21. Dunia Luar

1.1K 140 5
                                    

Bunyi hewan nokturnal mengisi sunyinya malam. Semilir angin membelai dedaunan. Syahdu dan damai. Seperti mata yang tengah terpejam. Menanti kesadaran datang.

Tengah malam. Persimpangan waktu antara usai dan mulai. Sebagian orang menganggap waktu ini adalah sakral. Tempat bagi para penghuni abstral berkeliaran. Yah, tak ada yang tahu rahasia semesta. Sebagai hamba, kita hanya perlu saling menjaga.

Begitulan prinsipnya, tapi kenyataan tak sepenuhnya berpihak. Lihatlah kaki gemetar Ailee. Sepertinya sudah menjadi tabiatnya takut dengan kegelapan. Dia berjalan di antara sunyi dinding-dinding malam. Lampu penerangan sudah dipadamkan. Berbekal kenekatan, Ailee menelusuri rumah dua tingkat entah milik siapa.

Saat bangun, Ailee sudah ditempatkan di suatu kamar. Tak begitu luas seperti milik para bangsawan. Dan ternyata dugaan Ailee benar. Rumah dua tingkat ini selayaknya rumah biasa. Terkesan sederhana dengan perabot sesuai porsinya.

"Sebenarnya di mana aku?" gumam Ailee. Masih mengendap-endap. Tangannya terus berpegangan pada dinding.

Terakhir yang dia ingat, sesuatu mendarat di leher belakangnya. Rasanya semakin berat. Ailee tak kuasa dan akhirnya ambruk. Itu sebabnya Ailee harus waspada dan terus mengendap tanpa suara. Mencari di mana pintu keluar berada.

PRANG!

Suara nyaring terdengar. Ailee menoleh ke salah satu kamar yang dari sela-selanya meberobos cahaya terang. Dari sanalah suara itu berasal. Kemungkinan di sanalah pelaku yang menyerang Ailee. Dan sialnya, Ailee harus melewati pintu itu untuk melancarkan aksi kaburnya.

Pelan-pelan Ailee. Pelan-pelan. Batinnya dalam hati.

Langkah Ailee terus melaju pelan. Tak menimbulkan suara. Fokusnya menajam. Sebab tak mau kejadian menabrak barang berujung ketahuan menjadi petakanya sendiri. Tinggal beberapa langkah lagi dan Ailee berhasil sepenuhnya melewati pintu itu.

Di depan sana ada tangga. Jika Ailee berhasil melaluinya. Pintu keluar pasti tidaklah jauh dari sana. Namun, semesta punya cara unik membuat hati Ailee bimbang. Pendengarannya seketika cemerlang ketika nama Licht disebut. Seakan segala pedulinya kembali. Ailee berhenti. Mendengarkan sejenak.

"Licht sialan itu pasti sedang menyesal. Tak ku sangka hari ini datang juga."

"Apa harus begini cara Ayah? Dia wanita. Tak sepantasnya diperlakukan kasar oleh bawahan mu!" sambung suara bariton lainnya. Ailee familiar dengan suaranya. Ya, ini adalah suara Tuan Allan. Dan apa-apaan dengan panggilan itu? Ayah? Pikiran negatif Ailee melalak. Jangan-jangan dia sengaja menawarkan tumpangan untuk tujuan ini? Tapi... untuk apa? Ailee tak seberharga itu sampai bangsawan sekelas Roswsord melakukan hal gila ini.

"Apa yang mereka rencanakan?" gumam Ailee lagi.

"Hei, kau menghalangi jalan ku."

DEG!

Ailee membeku. Seseorang berdiri di belakangnya. Tak berani menoleh. Nafas pun terasa berat. Bagaimana ini? Ah sial! Seharusnya Ailee langsung pergi.

"Hm? Bukankah kau---"

BUK!

Segenap usaha Ailew lakukan. Dia menyikut laki-laki itu dan berhasil mengenai perut.

Mungkin inilah kodrat wanita. Tak pernah menang dalam hal fisik. Ailee kalah, usahanya sia-sia. Saat hendak melaluinya. Tangannya dicekal. Membuatnya terus memberontak.

"Lepas!"

"Lepaskan aku!"

"Oh, aku baru ingat. Kau wanita yang dibawa Kak Allan." Dia mendengus. Tatapannya semakin dingin. "Mau kemana kau? Jangan harap bisa kabur dari tempat ini!"

The Broken CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang