8. Gelas Pecah

1.3K 150 2
                                    

"Hei kau,” tegur wanita paruh baya. Seperti kebanyakan bangsawan. Dia berwajah sombong dengan pernak-pernik menempel di mana-mana.

“Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” bungkuk Ailee sopan.

“Antarkan saya ke ruang istirahat. Tck! Yang benar saja! Saya baru tiba dari perjalanan jauh justru harus kemari. Bisa-bisa sehabis ini saya yang mati! Cih, suami tidak pengertian!” gerutu paruh baya itu.

“Baik Nyonya. Mari ikut saya.” Ailee berjalan pelan agar sang Nyonya bisa menyeimbangi. Gini-gini Ailee sudah menjadi pelayan selama enam tahun. Dia sudah khatam dengan para tamu yang sok berkuasa. Kuncinya tenang dan ikuti kemauannya selama tak menentang aturan.

Ruang istirahat ada di lantai dua. Setelah menunaikan tugasnya. Ailee kembali ke aula untuk membantu yang lain. Hanya saja, niat itu kandas ketika matanya samar menangkap punggung lelaki yang akhir-akhir ini tampak membungkuk.

Ailee sadar, Tuannya sedang tidak baik-baik saja. Sejauh ini sudah berapa kali Ailee diselamatkan oleh pria itu? Ini terdengar pongah, mungkin Ailee bisa membantu mengobati hatinya.

Jarak ia kikis dengan pintu yang mengarah ke balkon. Ada sedikit celah di mana Ailee tidak sengaja melihat punggung Tuannya tadi.

"Jangan bercanda! Anak ku sedang lucu-lucunya!"

Langkah Ailee berhenti. Ada suara lain. Kalau Ailee tidak salah, ini suara Kaisar Lukas. Ailee pernah beberapa kali mendengarnya ketika keluarga kecil itu kembali ke kediaman ini. Yah, walaupun Ailee belum pernah melihat secara langsung. Mendengar suaranya saja, Ailee bisa menebak beliau orang yang baik.

Bicara tentang hal baik. Permaisuri Lilyana juga tak kalah baik. Ailee memang tidak pernah berjumpa langsung dengan Kaisar Lukas. Tapi dengan Permaisuri Lilyana dan Putra Mahkota Ethan. Ailee pernah secara tidak sengaja bertemu Putra Mahkota di taman.

Kalau diingat-ingat. Saat itu Permaisuri Lilyana terlihat lega dan mengucap terimakasih berulang kali. Ah, beliau juga menuturkan bahwa anaknya tiba-tiba menghilang dan bersyukur telah ditemukan oleh Ailee. Setelahnya Ailee diberi hadiah sepatu baru. Satu-satunya sepatu mahal yang Ailee punya.

Ailee tersenyum simpul. Bukan karena hadiahnya Ailee menganggap Permaisuri Lilyana baik. Saat itu Ailee hampir tak bisa mengontrol ekspresi saat tiba-tiba Permaisuri Lilyana membungkuk dan mengucapkan terimakasih. Sungguh! Bangsawan mana yang bisa bersikap sepertinya?

Ailee pandangi nampan berisi gelas kosong. Bekas milik seseorang di ruang istirahat tadi. "Sebaiknya aku mengembalikan ini ke dapur," gumamnya lirih.

Niatnya kandas. Toh, sudah ada orang lain. Tubuh itu berbalik. Membelakangi dua orang yang tengah asik mengobrol. Sampai suatu pertanyaan dilayangkan dan berhasil membuat Ailee tak mampu bergerak.

"Lalu... bagaimana dengan mu? Kau tidak ingin menikah dan punya anak? Usia mu sudah lebih dari cukup. Lily juga sering menyampaikannya pada mu kan?"

DEG!

Menikah?

Pundak Ailee merosot. Menikah adalah suatu kewajiban. Di usia Tuan Licht, seharusnya dia sudah pantas di bilang perjaka tua. Ya, umur 26 tahun itu setidaknya sudah punya satu balita. Begitulah umumnya.

Dulu, Ailee pernah terbesit satu hal konyol dan narsis. Ia pikir sampai detik ini Tuannya belum menikah karena ada Ailee di hatinya. Ternyata hanya pikiran konyol oleh gadis usia labil.

Sekarang Ailee harus kembali ke kenyataan. Sekali lagi, matahari hanya bisa dipandang sebagai matahari. Seekor burung kecil dengan sayap mungil sepertinya. Tidak mungkin bisa menembus atmosfer. Sayap itu akan hancur dan tak akan bisa digunakan lagi.

The Broken CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang