3. Menghilang Tanpa Syarat

2K 206 1
                                    

"Ailee!"

"Ailee," panggil seorang wanita. Dari kejauhan ia berlari kencang dengan pakaian hitam putih khas pelayan. Itu sebabnya dia terengah-engah ketika sampai di depan Ailee.

"Ada apa, Carla? Kau membuat ku ketakutan."

"Hah... hah... Beritahu aku! Cepat beritahu aku!" seruduknya. Masih dengan nafas tersengal.

"Beritahu apa? Kau saja belum menyelesaikan ucapan mu," dengus Ailee. Yah, Carla memang begitu. Punya energi lebih. Satu-satunya hal yang ingin sekali Ailee punya. Tapi tidak bisa. Rasanya ada puluhan pukulan palu melayang ke tubuhnya saat berusaha menjadi Carla. Itu Ailee rasakan saat hendak akan tidur. Benar-benar menyiksa!

"Itu! Beritahu aku cara memikat lelaki!" ucapnya tanpa dosa.

"Ha?"

"Ayolah! Jangan pelit. Aku tahu kau punya triknya. Jean si koki saja terang-terangan bilang suka. Ah! Bahkan sekelas Tuan saja bisa takluk."

Semu merah pipi Ailee nampak. Spontan ia memalingkan wajah dan diam-diam tersenyum. "Ja-jangan bicara aneh-aneh. Tuan dan aku tidak ada hubungan apa-apa."

"Hmm, benarkah?" goda Carla dengan senyum tengil. Di kediaman ini, rasanya sudah menjadi rahasia umum bahwa Tuan mereka memperlakukan Ailee dengan cara spesial. Terlihat sekali perbedaannya saat mata sebiru langit itu menatap Ailee. Lembut dan penuh kehangatan. Seakan bisa melelehkan hati membeku berjuta-juta tahun lalu.

Bukan hanya itu, Ailee sering dibawakan oleh-oleh dari negeri seberang. Makanan ringan, buah-buahan asing, wine berkualitas. Tapi anehnya Ailee tidak pernah diberikan aksesoris. Padahal, Ailee ingin memiliki setidaknya satu pemberian yang bisa disimpan untuk kenang-kenangan.

Wajah Ailee tampak murung. "Tck! Jangan menggoda ku Carla. Tuan melakukan itu karena aku bekerja dengan baik. Kalau kau ingin, mulailah dari bangun lebih awal. Kau sangat susah dibangunkan!" dengus Ailee. Berkacak pinggang.

Ailee dan Carla ditempatkan di kamar yang sama. Itu sebabnya mereka bisa akrab. Selain karena usia mereka sama.
Ailee nyaman bergaul dengan Carla.

"Ayolah. Ayolah!" desak Carla. Ia menghentak-hentakan kaki sambil menarik lengan Ailee yang sedang menjemur pakaiannya. "Setidaknya beri aku satu trik. Ya? Ya?"

"Aku tidak punya trik apapun. Sungguh. Lagi pula...." alis Ailee mengangakat sebelah. "Siapa yang ingin kau pikat?"

"Emh. Itu... po-pokoknya ada."

"Biar ku tebak. Sir Galan, pengawal pribadi Tuan kan?"

"Ti-tidak mungkin! Bagaimana kau tahu?" selidik Carla dengan tampang terkejut.

Dalam hati, "semua orang juga tahu kalau respon mu seperti itu."

Ailee menghela nafas. "Yah, aku tidak bisa memberi saran terbaik. Tapi... bersikaplah anggun. Mungkin Sir Galan akan melirik mu."

"Sungguh?" ucapnya berbinar.

"Mungkin," imbuh Ailee datar. Walaupun begitu Carla jauh lebih bersemangat dan hal itu membuat Ailee mengembangkan senyumnya.

Syukurlah, Ailee pikir. Setelah keluar dari panti ia tidak akan bertemu orang baik. Ternyata masih ada satu di sini. Ailee akan menjaganya.

Sibuk dengan celotehan. Suara deheman menginterupsi. Dua wanita muda itu kompak menoleh dan mendapati Edward, kepala pelayan keluarga Easther.

Selayaknya etika yang berlaku. Mereka menunduk hormat pada atasannya.

"Ailee, ikut aku," ucap Edward memberi titah.

The Broken CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang