2. Malam Sunyi

2.8K 219 3
                                    

Licht menatap datar tumpukan kertas yang telah selesai ia periksa. Laporan dari delegasi yang Licht kirim ke kerajaan sekitar guna mengantisipiasi adanya pemberontakan seperti yang sudah-sudah. Sebagai menteri perhubungan, dirinya punya kewajiban membina hubungan baik dengan kerajaan yang bernaung di bawah kekaisaran.

Namun, Licht punya cara sendiri. Di balik kedok delegasi. Licht memerintahkan orang-orang kepercayaannya untuk memata-matai. Segala bentuk kejanggalan akan segera diselesaikan.

Ya, karena Licht tidak akan membiarkan bahaya sekecil apapun menimpa Lilyana. Kakaknya yang saat ini menjadi permaisuri negeri ini. Mungkin terdengar berlebihan. Tapi perlu digarisbawahi. Tanpa Lilyana, hidup Licht akan hancur. Dialah satu-satunya cahaya yang tersisa di hidup Licht. Satu-satunya keluarga yang memperlakukannya seperti manusia.

Diliriknya langit malam. Hitam pekat, titik terang bak pasir bertebaran di langit itu seolah membujuk Licht untuk segera terlelap. Sayang, tak ada secuil niat untuk mengatupkan mata. Tubuhnya masih bugar. Mungkin karena aktivitas panas yang belum usai dilampiaskan. Saat di ruang pemandian tadi.

Ah, bagaimana pun Licht tidak segila itu memaksakan Ailee. Dia tampak kelelahan dengan ujung mata menggenang cairan bening. Hasratnya harus dihentikan. Demi membuat gadis itu nyaman.

Ya, karena prioritas utama Licht adalah membuat gadis itu nyaman tinggal di sarang berlapis emas ini.

Botol wine yang beberapa menit lalu diantarkan kepala pelayan mengundang keinginan Licht untuk meneguknya. Rasanya kerongkongannya kering.

Jakun itu naik turun bersamaan segelas wine habis dalam satu tegukan. Manis mengecap indra perasa. Licht memandangi sisa wine yang tertinggal. Senyumnya terulas senada dengan pikiran liar yang tiba-tiba terlintas. Tentang Ailee dan segala hal yang telah ia lalui bersama.

Kehangatannya, rasa manis bibirnya, sentuhannya, lenguhannya. Ah, siapa yang menyangka, gadis kecil yang Licht ambil di panti asuhan rasanya akan senikmat ini.

Rasanya Licht sudah gila. Segi moralnya tak berfungsi. Memang sejak kapan moralnya tumbuh? Mereka mati sejak lama. Dibantai habis oleh tingginya ekspetasi. Hanya tersisa tubuh tanpa nurani. Selamat, seorang monster tercipta dari harapan egois sepasang yang menyebut dirinya orangtua.

Mustahil bagi seorang yang tak mengenal nurani untuk bersimpati. Bisa, tapi... apakah itu nyata, atau gimik belaka? Sebab, Licht tahu, dunia dan segala isinya bekerja. Entitas yang disebut manusia, mereka hanyalah raga yang digerakan oleh keinginan. Dan Licht, hanya mengikuti alurnya. Menyediakan keinginan yang mereka cari.

"Ailee," gumam Licht. Dibukanya laci dengan motif bunga sulur. Licht mengambil sebuah kotak di sana.

Sebuah kilau liontin bertahtakan berlian hijau berhasil membuat senyum Licht padam. Liontin inilah yang menjadi sumber keangkuhannya pada Ailee.

"Nasib mu sungguh buruk, Ailee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nasib mu sungguh buruk, Ailee."

Diusapnya liontin itu. Liontin yang sudah bersama Ailee sejak ia ditaruh di depan panti asuhan. Sayangnya liontin itu memiliki arti penting. Dan juga, sumber kebencian Licht.

The Broken CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang