5. Dua Sayap

1.6K 181 4
                                    

Gerbang kokoh menjulang dengan simbol keluarga Easther terpampang tak jauh dari tempat Ailee sekarang. Kereta kuda yang dibawa Galan semakin dekat sampai akhirnya Ailee bisa melihat jelas keangkuhan gerbang yang tingginya seakan ingin menentang kuasa langit.

Dari sini, Ailee bisa melihat jelas gedung utama kediaman Easther. Penuh gemerlap lampu penerangan. Dari sekian banyak hunian, hanya mansion ini yang terlihat lebih terang.

Milik penguasa daerah selatan sekaligus pemilik serikat dagang terbesarlah kediaman ini. Sosok berpengaruh yang saat ini menjabat sebagai menteri perhubungan sekaligus adik ipar dari Kaisar Lukas.

“Rasanya… semakin jauh,” gumam Ailee. Mendongak dan menatap dua sayap yang menjadi simbol keluarga Easther.

“Ayo,” ajak Galan. Dia membawakan tas Ailee yang tak membawa banyak barang.

Kereta kuda yang tak memiliki izin masuk itu ditinggalkan di luar gerbang.  Galan sudah menyuruh seseorang untuk membuangnya dan membebaskan kuda tua itu.

“Tunggu!” cegah Ailee.

“Ada apa?”

“Kuda itu… bisakah dia tetap di sini? Paruh baya itu bilang, kuda ini sudah menemaninya sejak lama. Dia pasti akan kebingungan di luar sana.” Setelah berpikir mendalam selama perjalanan tadi. Mungkin benar paruh baya itu berusaha memperkosa Ailee. Hanya saja… kuda ini tidak tahu apapun. Dia tak sepantasnya ditinggalkan.

“Tentang itu, sebaiknya kau izin dengan seseorang yang lebih sedang menunggu mu di ruangannya. Jika itu kau, aku yakin beliau akan menuruti.”

Ailee sedikit terkejut. Ah, sebenarnya ini obrolan terpanjang sejak pertemuan Ailee dengan Sir Galan untuk pertama kali. Dan hal yang membuat Ailee terkejut adalah… orang yang sudah sejak lama membersamai Tuan Licht saja sanggup mengatakan itu. Apakah itu berarti….

“Sir Galan,” panggil Ailee. Galan sontak menghentikan langkah. Dia menatap lekat. Menunggu kelanjutan.

“Apakah… aku sepenting itu untuk Tuan Licht?”

Dia bisa saja mencari wanita lain. Kenapa dia justru repot-repot mengutus seseorang membawa pulang gadis seperti ku?

“Bisakah kau memberitahu ku. Sepenting itukah aku dihidupnya?” ucap Ailee mempertegas.

Galan diam. Mulutnya terkunci rapat. Ini bukan ranahnya untuk menjelaskan. Sebab, Galan juga tidak mengerti. Di tempatkan di sisi mana gadis ini sebenarnya?

Sebuah fakta bahwa Galan adalah salah satu pasukan elit milik Tuan Licht. Tunduk setia hanya padanya seorang. Di hari kudeta waktu itu, Galan ikut andil menumpas semua keturunan Kaisar Antonio. Bahkan Galan masih ingat hari di mana dia mendapat titah untuk membunuh Ailee. Satu-satunya keturunan Antonio yang tersisa.

Ah, hari itu sedikit rumit. Sampai akhirnya nyawa Ailee terselamatkan dan hidup dengan baik di rumah ini. Tanpa tahu sedikit pun di nadinya mengalir darah seorang penguasa.

Pada hakikatnya, Ailee adalah variabel kehancuran. Tapi… semenjak usianya genap tujuh belas tahun. Galan sedikit bimbang. Sebab, pemilik mata biru yang juga sosok terhormat itu perlahan menunjukan minat.

Helaan nafas terdengar berat, Galan berujar, “Tuan menyuruh ku untuk mencari mu. Itu yang ku tahu. Selebihnya tanyakan saja pada Tuan.”

***

Tidak seperti biasa, ketika hendak ke kamar yang terletak di belakang rumah utama. Kamar para pelayan berada. Ailee dicegah. Galan menginstruksikan untuk mengikutinya. Dan di sinilah Ailee berada.

Kamar mewah dengan kelambu megah. Warna pastel mendominasi. Membuat kamar ini terkesan elegan. Beberapa furniture Ailee pandangi. Ada kaca rias, set sofa, dan lainnya. Ah, bahkan kamar ini mengutamakan segi keindahan dengan menaruh beberapa lukisan dari pelukis ternama.

Sungguh! Kamar ini adalah idaman bagi setiap wanita. Dan Ailee tidak cukup layak mendambakan kamar ini suatu saat akan menjadi miliknya. Itu adalah kemustahilan. Mengingat dirinya hanya wanita rendah.

“Sir Galan, kenapa kau membawa ku kemari?” ucap Ailee. Bermaksud mencari jawaban dari tanda tanya di otaknya.

“Mulai hari ini, kamar ini milik mu.”

“A-apa?!”

"Kamar ini milik mu," ulang Galan. Seperti biasa datar dan dingin.

"T-tidak. Maksud ku, kenapa kamar ini jadi milik ku? Aku bahkan baru saja diusir kemarin. Nyonya Rosa bisa--"

"Kau adalah milik Tuan Licht. Untuk apa mendengarkan orang lain?" Terdengar helaan nafas lelah untuk ke sekian kali. "Tuan akan datang sebentar lagi. Sebelum itu... perbaikilah penampilan mu. Kau tampak kacau."

Ailee menyisir tubuhnya. Lalu menoleh ke samping. Tepat di mana cermin berada.

Memang benar, penampilannya ini seperti tunawisma yang tidak mandi tiga hari. Ugh! Ailee tidak bisa membiarkan Tuan melihat penampilan ini!

"Ba-baiklah."

Baju pelayan menjadi pilihan Ailee setelah selesai membasuh tubuh di tempat pemandian khusus pelayan. Syukurlah Tuannya belum datang. Ailee hampir tersandung saat berjalan kembali tadi.

Ditatapnya pantulan diri di dalam cermin. Ailee merapihkan rambutnya yang disanggul sesuai aturan pelayan. Atensinya teralihkan ke benda-benda kecil yang tersusun rapih di meja rias. Ailee gapai salah satunya.

"Ini bedak kan?" Dia sentuh permukaannya. "Wah, lembut dan wangi." Sekali lagi Ailee mengambil benda lainnya. "Yang ini... emh, ah! Ini pasti pemerah bibir." Tatapan itu penuh binar kekaguman. "Wah, cantik sekali warnanya. Beda dengan yang dijual di pasar."

Sebuah keinginan datang dari  haus akan rasa penasaran. Ailee mengusap pelan permukaan pemerah bibir itu. Telunjuknya terselimuti warna merah. Perlahan ia arahkan ke bibir lalu menempelkan. Memberikan warna merah natural pada bibir itu.

Seulas senyum berhasil mekar sempurna. Perpaduan nyata struktur wajah sehingga menciptakan proporsi sempurna keindahan. Inilah standar kecantikan yang digilai banyak lelaki. Sayang, si pemilik wajah tak mengerti potensi diri dan terus merendah bersama kasta yang menempel pada urat nadinya. Tapi untuk kali ini, Ailee benar-benar terpesona. Bibirnya yang kusam berubah ranum dan lembab.

Jujur, Ailee tidak pernah memakai hal-hal seperti ini. Hanya sebatas tahu tanpa berniat mencoba. Berbeda dengan pelayan lain yang berlomba mempercantik diri. Ailee pikir hal-hal seperti itu hanya membuang-buang waktu dan biaya. Lagi pula, Ailee tidak nyaman memakai bedak tebal saat bekerja.

"Sepertinya kau menikmati waktu mu dengan baik ya?"

DEG!

Ailee spontan berbalik. "T-Tuan." Tubuhnya reflek membungkuk sehingga tanpa sadar pemerah itu lepas dalam genggaman dan jatuh. Menciptakan suara memekik.

Dalam hitungan detik. Pemerah itu sudah berada di tangan Licht. Dia mengamati lekat sebelum berujar, "kau memakai ini?"

"Ma-maafkan saya Tuan. Saya bersalah. Maaf. Maaf." Bungkuk Ailee berulang kali.

"Kau tahu ini tidak pantas untuk mu bukan?"

Ailee semakin mengerutkan kening. Ah! Ini kesalahan fatal!

"Maaf Tuan. Tolong hukum saya Tuan."

"Hukum?" Seringai itu menampakan diri. Melengkapi wajah tampan terkesan menyimpan banyak hal. "Baiklah, kita lihat hukuman apa yang pantas untuk mu." Licht memangkas jarak. Ia raih dagu Ailee hingga wajah cantik itu sepenuhnya mendongak. Ia arsir bibir itu hingga warna merah membekas keluar dari area bibir.

"Ku bilang kau tidak pantas memakai pemerah.  Karena bibir mu saja sudah cukup...." Membuat ku gila!

CUP!





Main sosor aje ni orang. Nggak like ih.

Demi kelanjutan cerita. Harap vote & komen ygy

See you next!

The Broken CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang