1. Dosa Manis

3.5K 267 8
                                    

Bunyi derap sepatu wanita memenuhi koridor. Lantai marmer menjadi pijakannya menuju ke tempat di mana handuk, wewangian dan juga jubah tidur ini seharusnya berada.

Pintu dengan gagang besi berlapis warna emas tepat di depan. Ailee meneguk paksa salivanya. Tanpa diminta jantung itu mulai berdetak tidak wajar. Walau sudah segenap usaha Ailee tahan.

"Kendalikan diri mu, Ailee!" gumamnya. Hembusan nafas menyusul kasar. Dengan kemampuan yang sudah terlatih selama dirinya tinggal di sini, Ailee mengetuk pintu itu tiga kali kemudian mengucap. "Tuan, saya membawa perlengkapan mandi."

Tidak ada jawaban maupun perintah. Ini adalah salah satu aturan dasar di kediaman ini. Jika si pemilik rumah tidak menyahut ada dua kemungkinan. Dia sedang sibuk atau suasana hatinya sedang buruk. Dalam keadaan ini, sudah beribu kali telinga Ailee diasupi cara menyikapinya.

Pertama, jika pemilik rumah sedang sibuk. Maka Ailee harus terlihat cekatan mengerjakan tugasnya. Kedua, jika suasana hati pemilik rumah sedang buruk. Mereka bilang, Ailee harus terus menunduk lalu segera pergi.

Entahlah, saat mereka mengatakannya, wajah mereka terlihat ketakutan. Seperti pernah terjadi sesuatu sebelum Ailee datang dan menjadi pelayan di kediaman Easther.

Perlahan Ailee membuka pintu itu. Kamar mandi beraroma menenangkan menguar. Jika Ailee tidak salah ingat, aroma ini pernah ia jumpai saat Tuan yang ia layani memberinya kesempatan menyicipi teh dari cangkir miliknya.

"Mawar?" gumam Ailee lirih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mawar?" gumam Ailee lirih. Ia semakin masuk ke dalam. Mencari sosok Tuannya yang seharusnya sedang berendam di bathup pemandian.

"Tuan?" panggil Ailee. Masih belum ada respon. Mata hazel itu juga belum menemui sosoknya. Ailee semakin masuk ke area pemandian. Di sini pencahayaan terlalu minim. Hanya ada beberapa lilin aroma terapi yang dipasang di sudut-sudut ruangan.

"Tu-" ucapan Ailee tercekat tatkala angin berhembus masuk melalui jendela yang terbuka. Berkat itu, beberapa lilin aroma terapi mati. Ruangan semakin redup. Sinar dari sang penguasa malam lebih mendominasi. Cahayanya masuk melalui jendela yang tersibak hordengnya.

Dalam kegelapan yang hampir memakan seisi ruang. Hanya satu titik yang tersinari cahaya bulan. Dan di sanalah Ailee menemukan Tuannya. Berdiri membelakangi Ailee. Air sebatas lutut tak bisa menutupi tubuhnya yang telanjang. Kepalanya mendongak. Menatap sang penguasa malam yang tampak bulat sempurna.

Tak jarang, Ailee menemui Tuannya yang seperti ini. Pernah terbesit dalam benak. Siapa yang dia lihat dengan tatapan kerinduan itu? Rasanya... Ailee ingin mengisi keputusasaannya. Tapi... tidak mungkin kan? Ailee hanya pelayan. Terlebih, Ailee punya hutang budi yang sangat besar. Jika bukan dia, mungkin Ailee tidak bisa merasakan indahnya jatuh cinta di usia tujuh belas tahun ini.

Ah, tidak! Ailee melirik malu-malu ke tubuh polos di sana. Ternyata, Ailee sudah mencintai laki-laki ini sejak pertama kali bertemu. Ya, enam tahun yang lalu. Ketika dia berbaik hati menyelamatkan panti asuhan tempat di mana Ailee tinggal.

The Broken CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang