30. Kabur

865 108 2
                                    

“Ikutlah dengan ku. Akan ku berikan kebebasan yang kau inginkan.”

Ailee memandang heran. Tak seperti Allan biasanya. Wajah teduhnya menghilang. Digantikan tatapan serius. Tersirat kegelisahan di sana.

“Apa yang terjadi?" selidik Ailee.

“Kau percaya pada ku kan?” Tak sampai hati Allan menyampaikan. Ide bejat dari keluarganya sendiri. Yang awalnya ingin menyelamatkan justru memanfaatkan.
Ailee mengangguk samar. Hatinya masih digandrungi kecurigaan. “Kita akan pergi dari sini?” tanya Ailee. Memancing.

“Hum, nanti malam aku akan menjemput mu. Bersiaplah dengan pakaian hangat. Sebisa mungkin jangan pakai gaun.”

“Kenapa?”

Allan diam. Ucapnya tercekat. Dia tahu gadis ini tidak bodoh. Rambutnya ia sugar. Pelipisnya tampak mengkilat ulah keringat. “Ailee, kita akan kabur. Kediaman ini tidak baik untuk mu. Mereka… mereka ingin melakukan sesuatu yang buruk. Jika kau ingin bebas. Percaya pada ku. Aku berbeda. Aku ingin kau bahagia.”

“Allan,” panggil Ailee lembut. Senyumnya mengembang syahdu. “Terimakasih. Aku tahu kau ingin menolong ku. dan aku juga tahu… ketulusan mu itu bukan sepenuhnya untuk ku.”

Allan diam. Terhenyak.

“Allan, Selama ini aku mengamati mu. Kau orang yang dingin. Cenderung tidak peduli dengan orang asing. Aku bukanlah orang yang bisa kau selamatkan dengan mempertaruhkan nyawa. Itu harga yang terlalu besar untuk gadis seperti ku. Ada sesuatu, kan? Sesuatu yang membuatmu ingin melindungi ku. Aku ingin tahu itu Allan.”

“….”

Lengang. Allan memilih bungkam. Susah untuk hatinya terbuka. Tentang rasa sakit yang selama ini terbiasa ia pendam.

“Allan, aku percaya pada mu. Tapi kau tidak mempercayai ku. Kita rekan yang sedang menyamar jadi sepasang kekasih bukan?” Ailee tersenyum hampa.

Baiklah, mungkin sudah saatnya mengakui alasan yang membuat Allan bertindak sejauh ini. “Ailee. Aku punya seseorang yang sangat kucintai di masa lalu. Orang itu… sangat mirip dengan mu. Aku melihatnya ada pada diri mu. Maaf Ailee. Maaf. Aku sama buruknya seperti mereka. Aku memanfaatkan mu untuk menghapus rasa bersalah ku padanya. Maaf….”

Ah, sekarang Ailee tahu apa yang menyebabkan tatapan Allan kadang memancarkan kesedihan. Rupanya dia punya kisah seperti itu.

***

Pukul dua belas malam. Ailee mengendap-endap di antara temaramnya malam. Sesuai rencana, mereka akan bertemu di danau belakang. Tidak jauh dari sana, ada hutan dengan pohon-pohon rindang. Terhubung dengan aliran sungai yang menuju ke arah lautan.

Di depan sana, di bawah cahaya rembulan. Tanpa obor maupun lentera. Ailee melihat siluet seseorang. Tubuhnya terbalut jubah besar.

“Allan?” panggil Ailee.

Siluet itu menoleh. Di sini gelap. sangat gelap. Mata Ailee harus menyipit untuk memastikan. Dan saat cahaya bulan berhasil menyoroti wajahnya. Spontan Ailee mundur.

Tidak! Dia bukan Allan!

“Si-siapa?”

Siluet itu maju. Mengikis jarak dengan sorotnya yang dingin. Ailee tak bisa mengalihkan pandangan. Seolah dia bisa saja ditikam dari belakang kapan saja. Siaga, jantung Ailee berdetak tidak karuan.

Jarak mereka semakin dekat. Siluet itu tak mengurangi laju langkahnya dan melewati Ailee begitu saja. Nafas Ailee tersengal hebat. Peluhnya merembas cepat. Dia menoleh ke belakang. Punggung lebar itu menjauh. Ailee ambruk. Kakinya tak berdaya. Untuk beberapa menit, Ailee diam. hingga seseorang memanggil namanya.

The Broken CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang