[ BAB - 49 ]

29.3K 2.1K 1K
                                    




Bantu koreksi typo, ya❤

BAB 49 FOR HIM















Dikawal Thonio, Alam dan Navella tiba di kantor polisi. Mereka berada di ruangan khusus, di mana mereka dapat dengan mudah berdiskusi dengan para netizen yang mencibir si nona artis.

Tadinya, Navella ke sini dengan kepala mendidih— ia tak sanggup mengendalikan emosinya. Tetapi, saat ia melihat pelaku secara langsung, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Entah, lah—mendadak kepalanya berdenging akibat bingung.

Masing-masing pelaku duduk di samping wakilnya. Ada lima orang yang tertangkap; Navella sampai ingin tertawa, emosinya campur-aduk.

Membayangkan kelima orang tersebut menghujami Nugget dengan berbagai kalimat mengerikan, yang ternyata anak-anak di bawah umur.

“Alika dan Sayna, dua belas tahun, Thalina empat belas tahun, Yulia enam belas tahun, dan Putriani, tujuh belas tahun.”

Anak-anak yang masih berseragam sekolah ini ..., berhasil membuat Navella bolak-balik rumah sakit dan psikiater hanya dengan kalimat yang mereka tulis di kolom komentar.

Tuhan—this world kinda crazy.

Mereka serentak menunduk, tak berani menatap Navella dan Alam. Si nona artis yang mengenakan masker pun melepasnya, ia memandang kosong—menyelami pikiran di kepala.

“Saya minta maaf mewakili anak saya. Maaf, saya gagal mendidik mereka. Pak, Bu—tolong jangan penjarain anak saya. Masa depan anak saya masih panjang,” ujar seorang ibu, yang merengkuh sang anak berambut kriwil di sebelahnya.

Dibatasi meja panjang, Alam menelisik si ibu yang memohon maaf dengan tatapan datar.

“Saya mau anak Ibu yang bicara. Dia berani ngetik jahat ke istri saya. Kenapa giliran ketemu langsung malah melempem? Mana coba bilang depan kami, kamu mau anak keguguran, 'kan?”

Alam menyuarakan pendapatnya, rahang pria itu mengeras—pertanda tengah menahan diri agar tidak tersulut emosi di depan jajaran pelaku.

“Sayna? Ayo, mana omongan pedes kamu?” lanjut Alam, paling menghapal nama tersebut.

Sayna adalah pengetik komen yang mendo'akan si Nugget lahir sebelum waktunya dan hingga Alam; si pria penyabar, kehilangan kesabarannya.

“A ....” Sayna mematung, bibirnya kelu. Memainkan jemari guna meredakan kegugupan. “....”

Tenggorokannya tercekat, gemetar sekujur badan— sebab didera rasa takut yang luar biasa.

“Pak Alam, tolong—anak saya masih SMP.” Seorang bapak membuka suara. “Saya berjanji ke depannya saya akan membimbing anak saya supaya enggak ngulang kesalahan yang sama.”

Kelemahan Navella satu, ia paling mudah luluh ke orangtua. Sebagai insan yang tumbuh tanpa orang tua, ia benar-benar tidak tega pada mereka semua dalam kasus apapun.

Orangtua memang seharusnya membela anak-anak mereka, bukan?

Namun, Navella juga calon orangtua—akankah ia memaafkan mereka yang telah bertindak keji?

“Thonio,” panggil Alam. “Bawa istri saye pergi, saya pengen ngomong sama mereka.”

Navella spontan menoleh ke Alam. “Anu ....”

Alam menghadap istrinya. “Nduk, kamu udah liat mereka, 'kan? Mulai dari sini, saya yang ambil alih. Kamu enggak usah mikirin apa-apa lagi,” tuturnya lembut, seraya menyelipkan telapak tangan leher Navella. Jempolnya mengelus pelan garis rahang si lawan bicara. “Tunggu saya, sebentar, aja, okay?”

MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang