"Kau baik-baik saja, Ryu?" tanya Bangchan saat mereka berada di lift menuju lantai dasar. Ryu— alias Aera tersenyum dan mengangguk, tidak mengatakan apa-apa.
"Kau tidak perlu berpura-pura padaku, Ryu." Namun Ryu masih tidak menanggapi, terlihat tidak berniat untuk bicara sama sekali. Bangchan pun tidak memaksa, ia hanya terus memandang wanita itu.
Hingga saat memasuki mobil, Ryu akhirnya menarik lengan Bangchan untuk bersandar sambil menutup mata. Hal itu membuat Bangchan yang hendak menjalankan mobil jadi teralihkan.
"Semuanya akan baik-baik saja, jangan khawatir," ujarnya sambil mengusap pelan kepala Ryu. "I'll always care for you, karena aku sudah jatuh terlalu dalam padamu. Aku terjatuh lebih dalam dari yang kau kira."
Tanpa bisa terhalau setetes air mata jatuh di pipi Ryu. Hatinya menghangat mendengar kalimat itu. She needs that a lot.
"Aku baru saja mengatakannya pada ayah, Chris. Aku baru saja melakukannya. Ayah akhirnya tau," ungkapnya dengan suara bergetar.
"I know, love. Kau melakukannya dengan baik."
Ryu membuka mata, menumbukkan netranya pada milik Bangchan. "Everything will be okay, right?" cicitnya.
Hati Bangchan mencelos mendengar cicitan itu. Ia lekas menarik Ryu ke dalam dekapannya. Ia sungguh tak bisa melihat wanitanya menangis. Ia tak pernah sanggup mendengar cicitan itu. Ia hancur melihat wanitanya rapuh, ketakutan, dan tidak percaya siapapun. Dunianya runtuh tiap kali wanitanya tertatih tapi tetap berpura-pura tegar.
"Kau tau, Ryu? Jika nanti kau tidak menemukan hidup baik padamu, kau harus berlari padaku. Larilah padaku bahkan jika semua orang menuntutmu. Larilah padaku jika dunia menjadi kejam. Karena aku selalu berada di sini, membuka tangan lebar-lebar."
"I can give it all for you, I will give you world."
***
Malam ini mereka kembali berkumpul di ruang rapat mansion untuk membahas kelanjutan misi. Seperti biasa, Bangchan duduk di tengah dengan Ryu di sebelah kanannya. Para anggota pun berpakaian semi formal. Tak lupa, senjata api setia menempel di saku mereka untuk mengantisipasi serangan tiba-tiba.
"Yang perlu kita cari tau untuk saat ini adalah, apa makna aksara itu."
"Bagaimana kalau kita mencari di mesin penerjemah?" Mingyu menggeleng.
"Sampai saat ini belum ada teknologi penerjemah yang mampu menerjemahkan aksara lontara. Yang ada hanya kamus Bugis atau Makassar, itupun versi latin. Mungkin kita perlu mempelajari aksara dan bahasa ini, tapi itu mustahil."
"L, bukannya kau pandai banyak bahasa? Kau tidak tau bahasa ini?" tanya Eunwoo kemudian. Ryu yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya lalu mengangkat kepala.
"Aku baru saja mendapatkan informasi terbaru dari pemerintah," ucapnya kemudian melirik layar, menunjukkan sebuah video. Bangchan menyandarkan punggung, jarinya bergerak mengetuk meja, menantikan kalimat Ryu. "Oasis mengirim video ini."
Mereka semua terdiam saat video itu diputar. Layar menunjukkan seseorang yang duduk, mengetuk-ngetuk meja menggunakan jari, di sebuah ruangan gelap dengan satu penerangan. Kepala orang itu di luar frame, tapi pakaian serta tato di dadanya terlihat dengan jelas. Seorang pria.
"Halo, aku Oasis. Aku ingin memberi kejutan. Bukannya ini pertama kalinya aku menunjukkan diri secara langsung?" Oasis tertawa, tapi suaranya disamarkan.
Jungkook yang menyadari sesuatu segera menyentuh pistolnya di balik saku dengan napas tertahan. Netranya bertemu dengan milik Jaehyun dan Yuju yang juga terlihat awas. Ketiganya melirik Bangchan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awakening Oasis: Falling Again
Fanfiction[SELESAI] Oasis, penjahat kelas kakap yang menjadi buronan di banyak negara itu tiba-tiba mengirimkan pesan peringatan. Menteri Pertahanan segera membentuk tim khusus gabungan tentara dan agen intelijen terbaik. Terbentuklah tim bernama Ymmune. Tim...