Bab 28

11 1 0
                                    

Sore itu, Ryu dan Shin Youngseok kembali ke Pantai Yoshino Kaigan. Para pasukan gabungan yang tadinya menaikkan siaga mendapat perintah dari Shin Youngseok untuk menurunkan senjata. Shin Youngseok berencana untuk menyelesaikan semuanya baik-baik, sesuai dengan alur permainan sang Anak.

Ryu dan Shin Youngseok berdiri bersisihan menghadap hamparan laut yang diwarnai senja langit. Angin berembus sedikit kencang, air laut mulai pasang, dan Shin Youngseok memantapkan keputusan pada momen ini.

"Ryu, maafkan ayah."

Cukup dengan tiga kalimat itu, hati Ryu mencelos. Air mata yang selama ini tersimpan seakan memberontak ingin keluar, tapi ia menahan setengah mati.

"Lucu. Butuh belasan tahun bagiku untuk mendengar kalimat itu keluar dari mulutmu," balas Ryu getir. Ia menggigit bibir, berusaha menahan tangisan.

"Maaf, ayah sungguh minta maaf. Aku tidak bisa membayangkan luka yang kau miliki. Tapi ketahuilah, nak. Ayah sayang padamu."

Kalah. Ryu tidak berhasil menahan air matanya. Tanpa diminta air mata itu mengucur deras, menggambarkan bagaimana tersiksanya ia selama ini, berusaha bertahan hidup dan berkali-kali di ambang kematian. Seluruh keringat, air mata, serta darah telah dikeluarkannya, dan itu untuk mendengar kalimat ini.

Shin Youngseok masih menatap lurus ke depan, berusaha menyembunyikan air matanya yang diam-diam mengalir.

"Jika memang mengaku sebagai Oasis adalah satu-satunya cara untuk menebus kesalahan ayah, akan kulakukan. Ayah akan melakukannya untuk menunjukkan seberapa sayang ayah padamu."

Hening sejenak.

Hingga tiba-tiba Shin Youngseok membalikkan badan pada seluruh pasukan gabungan serta anggota Ymmune. Dia mengangkat kedua tangan tanda menyerah. "Aku menyerahkan diri. Aku mengaku, akulah Oasis yang asli."

Pengakuannya tentu saja membuat seluruh orang yang ada di sana terkejut setengah mati. Pun dengan anggota Ymmune. Alih-alih menangkap anaknya, Shin Youngseok mengorbankan dirinya sendiri menjadi Oasis.

Ryu masih belum menoleh. Hatinya bergemuruh hebat, isakannya makin besar. Ada rasa tidak rela di sisi lain hatinya, tapi ia tidak melakukan apa-apa.

Maka dengan segera Jungkook dan Jaehyun mendekat, memasang borgol pada tangan Shin Youngseok. Beberapa pasukan gabungan juga mendekat dan mengarahkan senjata pada sang Menteri Pertahanan untuk mengancam.

"Sebentar."

Seluruh orang menoleh pada Ryu, begitupun Shin Youngseok. Ryu melangkah ke hadapan sang Ayah, "biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya," ucapnya lantas memeluk Shin Youngseok.

Untuk pertama dan terakhir kalinya, ayah dan anak itu saling jujur dengan perasaan mereka. Untuk pertama dan terakhir kalinya, ayah dan anak itu memeluk penuh kasih. Untuk pertama dan terakhir kalinya, Ryu merasakan kasih sayang yang selama ini didambakan.

"Hiduplah dengan bahagia, nak," bisik Shin Youngseok sebelum mengurai pelukannya dan membalikkan badan, berjalan meninggalkan sang anak. Hingga sesuatu yang tak bisa diprediksi terjadi.



Duar!

Tubuh Shin Youngseok limbung dan terjatuh. Kedua pupil Ryu membesar melihatnya. "Ayah!" Serunya dan berlari. Pandangannya mengabur begitu menyentuh tubuh sang Ayah yang telah bersimbah darah.

"Siapa yang telah menarik pelatuknya? Brengsek! Siapa yang menyuruhmu menarik pelatuk?" teriak Ryu pada semua orang bersenjata di sana.

"Jangan pergi, ayah. Kenapa kau justru mati?" Ryu terisak menatap ayahnya yang kini sudah tak bernyawa.

Macca segera mencari tau siapa gerangan yang telah melancarkan peluru. Jika bukan dari mereka, maka itu dari orang-orang yang mengepung mereka. Hingga dia menemukan seseorang yang berusaha kabur. Dengan segera dia mengejar orang itu. Ada pengkhianat di antara mereka.

Ryu yang menyadari hal itu segera bangkit dan mengeluarkan pistol, menembak asal beberapa kali membuat para pasukan gabungan mengangkat senjata padanya. Ia menggila. Dan seseorang tak bersalah bisa saja mati.

"Turunkan senjatamu!" teriak Jungkook.

"Persetan! Kalian semua pengkhianat!"

"Sekali lagi turunkan senjatamu atau kami terpaksa meluncurkan peluru untuk melumpuhkanmu." Jungkook kembali memperingati, senjatanya juga telah terangkat sejak tadi.

"Aku akan membunuh kalian semua! Ah, tidak, aku akan membunuh diriku sendiri." Pistol yang tadinya mengarah ke sembarang arah beralih. Kepala Ryu kini  disentuh moncong pistol yang dipegangnya sendiri. Ia sangat putus asa, hingga untuk hidup pun rasanya tidak berguna lagi.

"Turunkan senjatamu!" seru Jaehyun.

Ryu menggeleng, bersiap menembak dirinya sendiri.

"Ryu." akhirnya Bangchan bersuara. Pria itu mendekat perlahan.

"Jangan mendekat, brengsek!" Namun Bangchan tidak mengindahkan seruan itu.

"It's okay, Ryu. It's okay. Tolong jangan lakukan ini, aku tidak bisa kehilanganmu untuk selamanya." Perlahan, pria itu mulai membujuk. "Kemarilah, letakkan pistol itu. Kau masih memilikiku. Kumohon."

Bangchan membuka tangannya, menunggu Ryu datang. Dan bujukannya berhasil. Ryu perlahan menjatuhkan pistol yang dipegangnya dan berjalan dengan sedikit tertatih. Yang lain menghela napas lega dan ikut menurunkan senjata.

Begitu Ryu berada tepat di hadapan Bangchan, Bangchan lekas menarik dan membawa wanita itu ke pelukannya. Tangisan Ryu kembali pecah. Ia benar-benar membutuhkan sandaran ini. Hanya pria ini yang dimilikinya sekarang.

"Sudah kukatakan, bukan? Kau boleh berlari padaku kapan saja. Larilah padaku jika dunia menjadi kejam padamu, aku akan memberikanmu duniaku," bisik Bangchan, mengelus kepala Ryu yang terisak di pundaknya.

Bangchan adalah tempat berpulang Ryu. Di saat ia jatuh dan tersungkur berselimut debu, Bangchan datang menawarkan dunia padanya. Bangchan datang memberi bayang agar ia tak merasakan panas yang menyengat lagi.

Hanya Bangchan, seseorang yang pernah menjadi kekecewaan bagi Ryu. Seperti kata Banda Neira.

Yang patah tumbuh.

Yang hilang berganti.

Yang hancur lebur akan terobati.

Yang sia-sia akan jadi makna.

Yang terus berulang suatu saat henti.

Yang pernah jatuh kan berdiri lagi.

(Banda Neira - Yang Patah Tumbuh)

***

Awakening Oasis: Falling AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang