E P I S O D E 4

1.1K 35 1
                                    


🧸🌷🧸🌷

Ini kali pertama Dewi menampakkan kaki di lantai mall. Ia dibuat takjub dengan bangunan besar dan isinya. Manik matanya di manjakan oleh semua barang belanjaan yang komplit. Dari sayur, buah, ikan dan aneka jenis daging segar, semuanya ada di sana.Dewi menggendong King yang sesekali lelaki kecil itu berjalan digandengnya dan terkadang ikut masuk di kereta dorong. Sedangkan Dirga terus mendorong keranjang belanjaan sambil mengambil berbagai macam bahan yang disebutkan oleh Dewi

“Ini sayur bayamnya,” ucap gadis berambut panjang itu sambil mengambil sayur yang dimaksud. Sedangkan King kini tengah duduk di keranjang belanja yang tengah didorong Dady~nya. Dewi memutar sayur yang dipegang, mencari bandrol harga yang tertera, hingga di detik kemudian manik mata hitamnya membulat secara sempurna.

“Kenapa hanya menatapnya , tidak dimasukkan ke sini?” tanya Dirga menyadarkannya dari lamunan.

Dewi meneguk salivanya sendiri, “Ini harganya tidak salah, Tuan? Seikat ini dua belas ribu.”

Dirga mengambil sayur dari tangannya gadis itu, memperhatikan nominalnya dan memasukkan bayam tersebut ke keranjang belanja. “Harganya memang segitu.”

“Tapi, Tuan, itu mahal sekali. Di belakang rumah saya banyak sayur bayam yang terkadang sampai berbunga enggak ada yang metik. Beli di pasar pun relative murah, seikat besar hanya seribu lima ratus rupiah.” jelas gadis itu sungguh masih tidak percaya dengan harga sayur bayam yang di jual di sini

“Tapi di sini bukan desamu,Dewi. Harga segitu wajar.”

Mereka kembali berjalan, di mana Dirga mulai memilih daging segar. Lagi-lagi gadis tersebut dibuat terkejut dengan harga yang fantastis. “Segini dua ratus ribu, Tuan?” tanya Dewi sambil memegang bongkahan daging kecil yang dialasi Styrofoam. Kertas label menempel di plastic tersebut, Daging sapi segar dan nominal Rp 200.000.

“Kamu itu pernah belanja atau tidak?”

Dewi menggeleng pelan, “Saya tidak pernah beli daging, Tuan. Saya enggak paham harga daging. Teryata semahal itu.”

“Belum pernah makan daging sapi?”

“Sudah Tuan, sewaktu Idul Adha banyak tetangga yang bagiin daging Qurban gratis.”

“Syukurlah, setidaknya kamu bisa mengolah daging ini.”

Satu persatu bahan makanan sudah masuk keranjang, berikut dengan susu dan pampers  untuk King. Sengaja Dirga memberikan banyak kebutuhan anaknya supaya tak kekurangan lagi.

“Ada yang mau dibeli lagi?”

“Sepertinya sudah semua, Tuan.”

Mereka kembali mengayunkan langkah, mendekati meja kasir berada. Satu persatu bahan tersebut diambil petugas hingga wanita berseragam tersebut menyebutkan nominal keseluruhan. Hampir tiga juta. Dewi terkaget. Reflek tangannya menutup mulutnya yang menganga. Bagi Dewi, uang segitu bisa dia habiskan untuk berbulan-bulan lamanya.Dewi jarang berbelanja. Ia lebih sering mengambil sayur belakang rumah untuk di masak. Lauknya pun seadanya. Yang terkadang tempe, tahu atau ikan asin yang bisa dimasak untuk berkali-kali makan.

                                      🌷 🧸🌷🧸

“Kalian masuk dulu, saya ada perlu sebentar,” ucap Dirga ketika Dewi dan anaknya sudah duduk di mobil. Lelaki dewasa itu mengingat sesuatu yang belum dibelinya.

“Baik, Tuan.”
Dewi  tak berani menanyakan kepentingan majikannya. Meskipun sejujurnya, ia takut berada di mobil hanya berdua dengan King Sifat katrok nya itu, membuat ia takut kalau mendadak kendaraan roda empat itu berjalan sendiri tanpa ada yang memegang kemudi. Apalagi majikannya membiarkan mesin mobil dalam keadaan menyala. Belum lagi kalau ada orang yang berbuat kejahatan. Bukankah di kota rawan kriminal?

One fine Day on 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang