_Hidup adalah perihal menyambut dan kehilangan_
🌷🌷🌷🌷
"Selamat malam Tuan?" Sopan suara itu masuk kedalam telinga Dirga,pria itu menoleh dengan cepat dan mendapati Dewi yang muncul dari balik pintu. Gadis itu nampak begitu cantik malam ini, walaupun hanya mengenakan baju kaos yang nge-pas di badan dan rok bunga-bunga selutut, tapi mampu membuat jantung seorang Dirgantara tidak aman. apalagi saat inu gadis itu menguncir rambutnya tinggi dengan beberapa helai rambut yang sengaja taj terikat.
Dirga berdeham untuk menetralisir rasa gugupnya.
Kemudian Ia mempersilahkan gadis itu untuk duduk."Arking apa Dia sudah tidur?"
"Sudah Tuan"
"Tentang kesepakatan antara kamu dan Ayah saya, apakah kamu sudah memberi taukan nya kepada ibumu?"
"Sudah Tuan"
"Bagaimana katanya"
"Beliau tidak mengatakan banyak hal . Hanya menitipkan beribu kalimat terimakasih atas niat baik Tuan dan Tuan besar. Beliau juga mengatakan,jika sempat beliau akan datang menemui Tuan dan Tuan besar nanti "
"Tapi beliau setuju'kan dengan hal ini?"
"Iya Tuan"
oke.
sekarang Dirga benar-benar bisa bernafas dengan baik.
Percayalah sejak tadi Ia tak henti-hentinya memikirkan tentang jawaban Ibunda Dewi tentang penawaran ini.
Ia takut ibu gadis ini menolak tawaran ayahnya dengan alasan karena perbedaan usia antara dirinya dan Dewi.
Tapi syukurlah dugaannya itu salah."Kamu sendiri bagaimana?"
"Apanya yang bagaimana tuan?"
"sudah yakin dengan keputusan yang kamu ambil?"
"Sebenarnya jika boleh Jujur,saya sebetulnya ragu Tuan. Bukan apa-apa,di lihat dari sudut manapun saya sangatlah tidak pantas untuk mendapatkan hal ini apalagi sampai harus bersanding dengan Tuan. Kita punya banyak perbedaan Tuan, salah satunya perasaan. Saya yakin di dalam lubuk hati Tuan yang terdalam Tuan hanya mencintai Nyonya Tasya, dan tidak akan pernah bisa di gantikan oleh siapapun termasuk saya" Dewi tersenyum kecil, jemari kecilnya memilin ujung roknya
"Tuan, bukankah saya terlalu serakah dan tidak tahu diri? Kuliah saya akan di biayi hingga lulus,saya tetap mendapatkan gaji setiap bulan tanpa bekerja dan kemudian jika menikah dengan Tuan, setengah dari harta warisan Tuan besar akan di warisan kepada saya.Tidakah menurut Tuan itu berlebihan"
"Papa tidak mungkin salah dalam mengambil keputusan. Tentu saja hal ini sudah Ia pertimbangkan dengan baik sebelum Dia bicarakan kepada kamu. Dengar Dewi, Jika saya menjadi kamu saya tidak mau memikirkan hal-hal seperti yang kamu katakan tadi. Saya akan menganggapnya sebagai rejeki yang di berikan Tuhan,atau mungkin salah satu doa orang tua yang sudah diizinkan Tuhan untuk terjadi"
Dewi diam.Apa yang di ucapkan Dirga ada benarnya.
"Dan kamu salah tentang satu hal""S-salah? "Dewi gelagapan. Tanpa banyak berfikir gadis itu meraih kedua tangan Dirga yang nganggur di atas meja untuk digenggamnya.
"Maafkan saya Tuan. Maafkan atas kesalahan yang saya buat,tolong ampuni saya"Rasanya Dirga ingi tertawa dengan sangat keras.
"Memangnya kamu sudah tau apa kesalahan mu?"Sontak Dewi langsung menatap Dirga.
dan dengan kepolosannya Ia menggelengkan kepalanya membuat tawa Dirga benar-benar lolos.Dewi semakin kebingungan saat Dirga tertawa begitu keras.
Dan ini untuk pertama kalinya Ia melihat pria itu tertawa selepas ini.
Rasanya aneh melihat pria itu tertawa seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One fine Day on 2016
Ficção Adolescente*jadilah ibu dari anak saya* Cv: Pinterest