E P I S O D E 32

488 11 0
                                    

🐚🐚🐚

Hari ini seperti yang dijanjikannya semalam,Dirga sedang berada di sebuah butik ternama milik salah satu kenalannya untuk menemani Dewi fitting baju untuk acara pertunangan nanti.

"Kamu mau ambil yang mana?"

"Yang ini saja Mas"Tunjuk Dewi pada gaun kebaya berwarna putih yang terlihat sederhana tapi  sangat indah dan berkelas.

"Kamu yakin mau mengambil yang ini? Tidak mau melihat yang lainnya?"

"Yakin.Sudah ambil yang ini saja"

Dirga mengangguk mengerti, cowok itu kemudian menemui pemilik butik untuk berbicara perihal baju yang di inginkan oleh Dewi tadi.
Setelahnya Ia kembali menemui gadis itu,"Saya sudah bicara pada Bunga,kebayaMu akan di antar saat acara pertunangan nanti, sekarang kita ke tokoh perhiasan, membeli cincin"

Dewi mengangguk kecil lantas mengikuti langkah Dirga yang keluar dari butik "Mas pasti capek ya,mengurus semuanya sendiri?Maafin Aku ya Mas,Aku tidak bisa membantu Mas"

"Saya malah senang jika harus di repot-kan dengan hal-hal seperti ini. Dulu pun saat menikah dengan Tasya saya mengurus semuanya sendiri" Balas pria itu tersenyum. Ia membuka pintu mobil untuk Dewi dan mempersilakan gadis itu untuk masuk.
"Lagian saya hanya menentukan konsepnya saja seperti apa, selebihnya orang suruhan papa yang akan mengurus semuanya" Tambah pria itu lagi.

"Termasuk baju pengantin?"

"Iya. Sila sudah menyiapkan beberapa baju pengantin untuk kamu pilih dan kenakan"

"Acara pertunangan, tidak masalah'kan kalau menggunakan kebaya yang tadi?"

"Tentu saja.Saya menghargai semua yang kamu inginkan "

"Terimakasih Mas"

Beberapa menit kemudian mereka pun tiba disebuah toko perhiasan yang sangat besar dan luas.

Begitu menginjakan kakinya di sana,Dewi tak henti-hentinya mengangumi tempat itu.
Desainnya begitu mewah.
Matanya berbinar menatap deretan cincin kawin yang terpampang nyata di hadapannya.cincin-cincin itu berkilau. Semuanya terbuat dari emas asli dan berlian murni.

"Dewi!"

Dewi tersentak dari lamunannya, menatap Dirga dengan linglung "I-iya. Kenapa, ada apa Mas?"

"Kamu yang kenapa?kok melamun?"

Gadis itu menggeleng pelan lalu kembali menatap deretan cincin yang tersusun begitu rapih di dalam kaca.
"Aku bingung harus pilih yang mana, mereka semua terlihat indah dan lucu.Aku bingung"

"Baik kita beli semuanya"

Dewi melotot kaget, refleks langsung memukul pria itu.

"Kenapa,apa ada yang salah?" polos pria itu

"Aku tau Mas orang kaya, punya banyak uang. Tapi nggak harus semuanya di beli juga. pemborosan namanya" Sungut gadis itu"Aku hanya bingung bukan berarti Aku tidak bisa memilih salah satu dari mereka!"

"Baiklah. Tentukan dengan cepat, setelah ini kita akan pergi melihat gedung"

"Yang ini bagus ya Mas?" Tunjuk Dewi pada cincin emas yang polos.

"Bagus"

Dewi mencebik pelan. Kemudian gadis itu kembali melihat ke cincin yang lain.

"Bagaimana dengan yang ini, bentuknya lucu ya Mas" Tunjuk Dewi pada Cincin berwarna perak dengan beberapa mutiara asli di diatasnya.

"Ya"

Dewi menghela nafas panjang.

"Mas kenapa sih?"

"Tidak apa-apa. Sudah menemukan cincinnya?"

"Hem. Aku mau yang ini saja" Kata gadis itu menunjuk pada Cincin silver yang polos.

"Kamu serius?" Tanya Pria itu seperti tidak yakin dengan pilihan gadis itu.

"kenapa? Cincinnya bagus, lucu, dan yang terpenting Aku suka"

"Yang bagus banyak, sayang. kenapa pilih yang ini?"

"Aku maunya yang ini Mas"

"Yang ini saja ya, yang ada mutiaranya atau nggak yang ini saja yang ada berlian nya,ya?"

"Nggak Mas. Aku mau yang ini "

"Oke. Terserah kamu saja!" Pungkas Pria itu tidak puas dengan pilihan yang di berikan Dewi "Mbak saya ambil cincin yang ini sepasang"

Setelah membeli Cincin, dan fitting baju Dirga dan Dewi pun pergi menentukan gedung untuk acara lamaran dan acara resepsi pernikahan nanti.

Kali ini Dewi tidak mau menentukan,Ia serahkan semuanya kepada Dirga. Mulai dari gedung hingga dekorasi, termasuk juga dengan catering.

Hampir satu jam lamanya Dirga memilih gedung,menentukan dekorasi dan memilih menu catering hingga akhirnya Ia benar-benar fix dengan semua pilihannya itu.

"Sudah Mas?" Tanya Dewi menghampiri pria itu yang baru saja selesai berbicara pada pihak Wedding organizer.

"iya sudah.Kenapa?kamu capek?Mau pulang?"

"Aku lapar"

"Baiklah,ayok kita cari makan" Ia menarik lembut tangan wanita itu dan membawanya ke sebuah restoran mewah.

"Mas tidak makan?"

"Saya masih kenyang "

"Saya lanjut makan,ya,Mas"

"Iya"

"Mas?"

"Kenapa?"

"Saya suap,mau?"

Dirga menatap Dewi yang menyodorkan sendok yang penuh dengan makanan di depannya, meletakkan ponselnya keatas meja, Dirga memajukan badannya, membuka mulutnya untuk menerima suapan dari gadis itu.

"Sekali lagi,mau?"

"Sudah cukup"

"Yakin?"

"Iya. Habiskan makanannya, setelah itu kita pulang"  katanya mengusap sayang kepala Dewi, membuat sang empu tersipu malu juga senang.

🐚🐚🐚

"Mbok, Mas bayi di mana?" Tanya Dewi begitu Ia tiba di rumah.

"Lagi main Neng di kamar" Jawab Mbok Atun

"Dia sudah makan,Mbok?"

"Belum Neng,cuman minum susu saja. Tapi Mbok suapin,nasinya malah di lepehin"

"Aku ke kamar Mas Bayi dulu,Mbok. Mbok bisa bawa ini ke dapur?"

"Bisa Neng bisa" Mbok Atun sigap menerima barang belanjaan gadis itu.

"Makasih Ya Mbok"

"Iya Neng sama-sama"

"Mbok?"

"Iya Neng"

"Hari ini nggak usah masak,ya?Mas Dirga ngajak kita semua makan di luar"

"ah,siap Neng" Semangat Mbok Atun " Mbok permisi ke belakang dulu ya Neng" Dewi hanya mengangguk kecil.

"Mau kemana?" Tanya Dirga yang muncul tiba-tiba.

"Mas? ini mau ke kamarnya Mas bayi"

"Oh. Mas sendiri mau kemana, rapi sekali"

"Mau keluar sebentar, ketemu papa. Kamu mau ikut?"

Dewi menggeleng. Ia sudah sangat lelah.
"Mas sendiri saja,ya?Aku capek abis jalan tadi."

"Ya sudah kamu istirahat saja di rumah. Saya pergi dulu"

"Hati-hati ya Mas. Salamin buat Papa"

"Iya, sayang"

Dewi mengantar Dirga hingga ke depan pintu. Kemudian Ia kembali masuk, namun tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"Halo?" Sapa Dewi sopan.

"...."

"APA?!"

🐚🐚🐚

One fine Day on 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang