E P I S O D E 16

633 25 1
                                    

_Sebab tidak semua tawa adalah bahagia_

🌷🌷🌷🌷

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam,namum Dewi belum juga bisa untuk memejamkan matanya.
Sama sekali tidak merasakan kantuk seperti malam-malam sebelumnya.
Gadis itu terus bergerak gelisah diatas  ranjang besar itu.
Setiap kali Ia memejamkan kedua matanya rasa aneh itu akan kembali muncul.
Akh-gadis itu mendesah frustasi. Kenapa begitu sulit untuk tertidur.

Dewi menghembuskan nafasnya berulang kali dengan perlahan,Ia menatap sosok yang menjadi teman tidurnya malam ini.

"Sial. Bagaimana Tuan Dirga bisa tidur dengan begitu damai dan membiarkan Aku gelisah seorang diri?"

Dewi menutup kedua matanya dengan telapak tangan.
Haruskah Ia membangunkan Dirga dan menyuruh pria itu untuk tidur di kamarnya sendiri?
Namun Pria itu sudah cukup terlelap, apakah tidak mengapa jika harus kembali membangun'kan-nya kembali?

Lagian heran. Mengapa tiba-tiba pria ini ingin tidur bersama dengannya?
Tidak pria ini merasa takut jika akan terjadi sesuatu saat mereka tidur berdua diatas ranjang yang sama seperti ini?
Bukan apa-apa, sejujurnya Dewi tidak yakin jika Tuanya ini akan tetap tidur damai seperti sekarang jika Dewi bisa memejamkan kedua matanya.

Dewi memiringkan badannya kearah Dirga.
Ditatapnya lamat wajah itu. Teduh,tampan dan sempurna.
Dewi tersenyum sembari mengagumi keindahan ciptaan Tuhan di hadapannya.

"Tuan memangnya boleh Anda sebaik ini kepada saya? Tidak tau kah anda bahwa sikap anda sekarang membuat saya gelisah? Mengapa anda selalu muncul di depan wajah saya, bahkan saat saya menutup kedua mata saya?" Ia bersuara dengan pelan.

"maafkan saya,ya,Tuan yang begitu tidak tahu dirinya menaruh hati kepada Tuan.padahal seharusnya saya hanya perlu membalas kebaikan anda bukan malah menyukai anda'kan?" Dewi langsung menutup mulutnya saat Dirga berangsur-angsur membuka matanya.

Dewi gelagapan.
Sial.Apakah Dirga mendengarnya?

"Ada apa? Mengapa belum tidur,ini sudah hampir larut?" Dirga menatap Dewi yang hanya menatapnya.
"Apa kau sakit?" Gadis itu menggeleng. " Lalu apa? Apa yang membuatmu masih terjaga seperti ini?"

Dewi diam, haruskah Ia mengatakan bahwa Ia tidak bisa tidur karena pria itu?

"Tidak apa-apa Tuan. Saya hanya kepikiran Mas bayi,Ia hanya minum susu sore tadi,saya takut Dia aka-"

"Tidak usah kamu pikirkan. saya sudah minta Mbok Atun untuk mengecek dan membuatkan susu untuk Arking" Dirga menyela dengan pelan.

"Syukurlah jika begitu Tuan"

"Sekarang tidurlah. Tidak baik jika tidur terlalu larut"

"Eumm"

"Apa lagi?"

"S-sebenarnya s-say"

"kamu gugup?" Dewi menyengir kaku. "Kenapa? Apa karena saya?" Dewi mengangguk pelan
Semoga Tuannya tidak tersinggung dan sakit hati dan berujung marah kepadanya dan membatalkan perjanjian itu.

"Maaf,ya,Tuan. Saya hanya belum terbiasa"

Dirga meraih bantal guling yang menjadi pembatas diantara mereka.
"Kemarilah. Biar saya memelukmu."

Gila. Dirgantara gila. pria ini-akh!
Apakah Dia yakin Dewi akan bisa tidur jika Dirga memeluknya sambil tidur!?
oh tentu saja tidak.

"T-tidak,tidak. Tuan tidurlah saja sini saya akan pindah ke sofa" Tolaknya cepatnya. Ia beranjak dari tempatnya hendak menuju sofa dan tidur di sana namun Dirga dengan cepat menariknya dan mengurung tubuh itu di dalam pelukannya.

"Tidurlah.Selamat malam" Suara berat itu menyeruak tanpa permisi kedalam pendengaran Dewi,gadis itu menahan nafasnya saat Dirga mengecup kecil keningnya dan mengeratkan pelukannya pada tubuhnya.
"Berhentilah bergerak atau kamu akan membangun sesuatu yang besar di bawah sana"

"..."

🌷🌷🌷🌷

Dewi terjengit kaget bahkan sampai jatuh dari atas tempat tidur kala Ia membuka matanya pagi ini dan mendapati sosok Dirgantara yang lusuh seperti baju belum kena setrikaan.

Dirga hanya melirik Dewi lewat ekor matanya saat gadis itu bergegas bangkit dari jatuhnya.
Dewi menatap lamat-lamat wajah Dirga begitu Ia berada di depan pria itu.

"Tuan? Apa yang terjadi?"

Dirga hanya diam.
Dewi memajukan wajahnya agar semakin jelas Ia melihat wajah pria itu

Mata gadis itu membulat sempurna,Ia menarik wajahnya menjauh dari pria di hadapannya dengan mulut yang Ia bekap dengan kedua telapak tangannya.

Lingkaran hitam dibawah kantong mata Dirga dan kedua mata pria itu yang sayu, sudah cukup membuat Dewi paham apa yang terjadi pada pria itu. Pria itu kurang tidur,ah bukan kurang tapi mungkin tidak tidur semalaman.

Dewi mendudukkan kepalanya dalam.Ia tidak tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi semalam,tapi Ia yakin ini karena pola  tidurnya yang tidak bisa tenang karena terus menggeliat macam cacing tersengat panas matahari, sehingga Dirga tidak bisa merasakan damai dalam istirahatnya semalam.

"maaf Tuan"

Dirga melirik gadis itu sekilas,lalu tanpa permisi ia meninggalkan gadis itu di sana.

Dewi meneguk ludahnya kasar menatap punggung Dirga yang lenyap di balik pintu.
Apakah pria itu marah?

Dewi menyibak selimutnya dan bergegas menyusul Dirga.
Saat akan masuk kedalam kamar untuk menyusul Dirga, pintu tiba-tiba di tutup dengan cara di banting oleh pria itu.

Hal itu semakin membuat Dewi cemas.
"Tuan? Saya minta maaf atas kejadian semalam" Ucap gadis itu dari balik pintu.
"Tuan? Apakah Tuan marah?"
"Tuan saya mohon maafkan saya. Tuan saya tau Tuan mendengarkan saya,tolong bicaralah Tuan!"

"pergi!"

"..."

Dewi menempel telinganya di depan pintu.
"Tuan?"

tidak ada sahutan. Tangannya naik menyentuh kenop pintu.
"Tuan, apakah Anda baik-baik saja?" Ia mulai menarik kenop itu hingga pintu pun perlahan terbuka.

"Tuan? Anda tidur?" Kini pintu itu sepenuhnya terbuka.
Gadis itu memelankan langkah mendekati ranjang Dirga.
Di sana Ia bisa melihat pria itu sedang tertidur.

Dewi mengembuskan nafas pelan menatap Dirga yang begitu cepat terlelap. Ia menarik selimut milik pria itu hingga sebatas dadanya.Dewi tersenyum pelan sambil mengusap kecil helai rambut Dirga.

"Selamat beristirahat Tuan" Bisiknya pelan dan Ia segera meninggalkan kamar itu

🌷🌷🌷🌷


One fine Day on 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang