E P I S O D E 11

723 29 2
                                    

Bintangnya dong, please 🧸🌷

🧸🌷🧸🌷

"Tuan,tuan menangis?"  Buru-buru Dirga melap kedua matanya saat Dewi tiba-tiba muncul di hadapannya sambil tangan gadis itu memegang secangkir kopi hitam.
Di letaknya cangkir kopi  itu dan langsung mendekati Dirga yang membelakanginya-- memastikan bahwa matanya tidak salah melihat.

Dewi membalikkan badan Dirga.
Ia terdiam melihat kedua mata Dirga yang sembab dan memerah.
Benar seperti Ia duga,pria itu memang menangis.
Tapi apa sebabnya Dirga menangis malam-malam begini?

"Tuan?" Lembut Dewi. Semenjak adegan peluk memeluk kemarin pagi,kini Dewi menjadi sedikit lebih berani pada  Dirga. Seperti saat ini, dengan telaten jemarinya mengusap pipi Dirga yang basa karena air matanya.
"Tuan baik-baik saja,kan?" Tanyanya dengan wajah cemas.
Ini pertama kalinya Ia melihat Dirga seperti ini.Itu sebabnya Ia cemas. Mungkin saja Pria itu sedang ada masalah besar.

Dirga tersenyum.
"Kau bawa apa?" Tanya Dirga mencoba mengalihkan pembicaraan.
Pria itu mencoba mengalihkan segala pikiran aneh yang bersarang di dalam kepalanya.
Rasanya Ia hampir meledak memikirkan segala sesuatu yang mungkin tidak akan pernah terjadi sama sekali.

"oh.ini. saya buatkan kopi untuk Tuan."

"Terimakasih" Dirga meraih cangkir kopinya dan menyeruput dengan perlahan.
Dewi memperhatikan dengan saksama gerak gerik pria itu.
Raut wajah itu tampak kacau.
Deru nafasnya tidak beraturan.
Dewi yakin Tuanya itu sedang tidak baik-baik saja,dan tengah menghindar dari pertanyaan yang Ia berikan.

"Apa Arking sudah tidur?"

"Sudah Tuan!"

"Baguslah. Kau kenapa belum tidur?"

"Saya masih ada beberapa kerjaan yang belum selesai Tuan"

"Lanjutkan saja besok pagi. Ini sudah hampir larut. Pergilah untuk tidur!" Kata Dirga.
Tangannya kemudian meraih beberapa berkas yang tergeletak di atas mejanya.

"Tuan?"

"Kenapa?" Jawab pria itu tanpa menatap Dewi.

"Tuan baik-baik saja,kan?"

"Iya!" Dirga menatap Dewi singkat " Keluarlah jika sudah selesai. Saya harus kembali bekerja!"
Dewi sedikit kaget dengan kalimat Dirga yang terkesan cuek dan mengusir di telinganya.

"Tuan?"

"Apalagi?"

"Apa Tuan masih marah karena saya memecahkan Vas bunga Tuan pagi tadi?" Tembak Dewi asal.

"Tidak!"

"Atau Saya membuat sesuatu hal yang membuat Tuan merasa buruk hari ini? Jika benar begitu adanya,saya minta maaf,ya,Tuan. Sungguh saya tidak punya niat untuk membuat Tuan marah atau sedih.Tuan Dirga,mau,kan, maafin saya?"

Dirga meletakkan semua berkasnya dengan rapi dan tersusun di atas mejanya. Ia mendorong kursinya,dan mendekati Dewi yang menunduk.

"Bukan salahmu. Tidak perlu minta maaf. Kembalilah ke kamarku. Saya juga akan segera tidur" Suara Dirga melembut.

"Tuan maaf jika saya lancang. Tapi jika Tuan mau,Tuan bisa cerita sama Saya jika Tuan membutuhkan teman untuk bercerita. Saya memang tidak pandai memberikan saran dan nasihat, tapi saya bisa menjadi pendengar yang baik" Tutur gadis itu pelan.

Dirga menyentuh kepala Dewi.
"Selamat malam" Setelah mengucapkan ucapan itu pria itu langsung keluar dari ruangannya dan langsung mengunci diri di dalam kamarnya.

"Saya tidak tahu masalah apa yang sedang Tuan hadapi, tapi saya harap Tuan baik-baik saja" gadis itu melirih pelan menatap pintu ruangan yang sudah tertutup.

One fine Day on 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang