E P I S O D E 31

496 15 0
                                    

🦆🦆🦆🦆

"Hari ini kau tidak usah pergi kemanapun,diam saja di rumah dan temani Arking bermain" Kata Dirga tegas.
Setelah mimpi buruk yang di dapatnya malam tadi,Dirga  berubah menjadi sedikit aneh.
Seperti sekarang ini contohnya,Ia banyak memberikan larangan pada Dewi.

"Mas Dirga, mimpi itu hanya teman tidur. Tidak selamanya benar" Pelan Dewi mencoba menenangkan rasa takut dalam diri pria itu "Percayalah saya akan baik-baik saja,hem?"

"Bagaimana jika mimpi itu benar-benar terjadi?" Timpalnya dengan wajah menegang" Dengar, pernikahan kita hanya menghitung hari,dan saya harus benar-benar memastikan kamu tetap baik-baik saja hingga hari itu datang. Jadi saya mohon dengarkan saya untuk kali ini. Tetaplah di rumah!" Tambah pria itu.

Dewi menghela nafasnya pelan. Lantas menyentuh tangan Dirga yang nganggur di atas meja.
"Saya berjanji akan tetap baik-baik saja,Mas. Izinkan saya,ya?"

"Tidak Dewi!Maut tidak pernah kita tau kapan datangnya!"Sungut Dirga  hampir saja meluapkan emosinya"Tolong mengertilah.Saya seperti ini karena saya takut sesuatu yang buruk terjadi padamu dan berujung saya yang akan kehilanganmu"

"Saya paham Mas. Tapi saya harus kuliah. Kasihan uang yang telah papa Simon keluarkan untuk membiayai kuliah saya-"

"Kau bisa berhenti kuliah!"

"Mas!?"

"Dengar mungkin bagimu ini adalah hal sepele,tapi bagi saya ini adalah sebuah keharusan yang perlu di waspadai. Hari sial tidak pernah terjadwal di kalender" Dirga menarik nafas panjang "Maaf jika membuatmu tidak nyaman dan merasa di kekang kali ini, tapi terlepas dari apapun yang saya katakan,saya hanya tidak ingin kamu kenapa-kenapa, mengertilah!Saya sudah kehilangan Tasya dan saya tidak sanggup jika harus kehilanganmu juga" Ucap Dirga panjang lebar.
"Tetaplah bersama saya,jangan pergi kemanapun" Setelahnya Dirga berlalu dari sana dengan rasa yang berkecamuk di dalam hatinya.

"Mas Dirga?"Panggil Dewi namun tak dihiraukan oleh Dirga yang berlalu masuk kedalam kamarnya.

"Neng sudah jam delapan,nggak ke kampus?"

Dewi menatap Mbok Atun yang muncul dari dapur, tersenyum kecil sebelum menjawabnya.
"Nggak Mbok"
"Mbok saya masuk dulu ya, permisi"

Mbok Atun mengangguk kecil lalu kembali ke dapur.

Dewi membuka pintu kamar Dirga.
Terlihat pria itu yang duduk dengan wajah sendu di bibir ranjang. Menghela nafas pendek Dewi pergi mendekati pria itu.

"Mau saya buatkan kopi?" Dirga diam tak bergeming, melirik pun tidak.
"Mas Dirga marah,ya?" Dirga masih diam.

"Maafin saya ya,kalau saya bikin hati Mas terluka"

"Saya hanya tidak ingin kehilanganmu, apakah itu salah?"

Dewi menggeleng kecil.
"Saya yang salah,saya tidak mengerti akan kegelisahanMu, maafkan saya"

Dirga menoleh dan langsung berhadapan dengan wajah Dewi. Wajahnya datar bahkan saat Dewi tersenyum begitu manis kepadanya.

"Saya kehilangan Tasya 17 jam setelah saya bermimpi tentang kematiannya,kau tau? Saya menceritakan mimpi itu padanya, namun Dia tidak percaya,Dia kekeuh untuk tetap pergi ke kantor meskipun saya sudah melarangnya, meninggalkan saya bersama Arking. Dan setelahnya saya mendapatkan telfon dari kepolisian bahwa mobilnya mengalami kecelakaan,dan Tasya yang tidak bisa di selamatkan, akibat ledakan yang terjadi setelah mobil terjun kedalam jurang" Pedih. Dirga terpaksa menceritakan kembali kejadian yang membuat terpuruk selama bertahun-tahun agar Dewi tahu alasannya melarang gadis itu seperti sekarang ini.
"Tapi tak apalah jika kau memang ingin pergi, silakan pergi!Saya tidak akan melarang mu"

One fine Day on 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang