E P I S O D E 22

519 13 1
                                    

🐫🐫🐫

"Dorrrrr"

Sila tertawa lebar saat Dewi terkejut akibat kejutan yang gadis utu berikan dari belakang punggungnya.

"Nona?"

Sila duduk di sebelah Dewi.
"iya. Lagi ngelamunin apa sih Lo,sampe gak sadar Gue datang"

"Tidak ada Nona"

"Gak usah bohong deh sama Gue"

"Maaf Nona"

"ihhhhh...Gue gak butuh maaf Dewiiiii" Gemas Sila pada gadis disebelahnya.
"Lagian mikirin apa sih?"

Sila diacungkan membuatnya berdecak pelan
"DEWI!?"

"Eh? Iya. Ada apa Nona. Nona butuh sesuatu?"

"Ck! Tuh kan Lo ngelamun lagi"

"Maaf Nona. Nona perlu sesuatu?"

"Gak. Lo gak mau cerita sama Gue?"

Dewi tersenyum kecil. Kemudian Di tatapannya Sila sebentar.

"Emmm....Nona,Apa yang akan Nona lakukan jika ada pria asing datang menemui Nona dan mengajak Nona untuk menikah?"

"Gue terimalah" Dewi menatap Sila dengan sedikit keterkejutan .

"Apa tidak apa jika langsung mengatakan 'iya' Nona?"

"Hidup itu jangan terlalu di bikin ribet. Ada nasi kita makan,ada uang kita happy happy,ada kesempatan ya manfaatin.
Lagian kenapa harus mesti menolak dan menunda terhadap niat baik orang?" Kata Sila "Ibaratnya tuh gini,Lo punya pacar tapi pacar Lo cuman jadiin Lo pacarnya tanpa mau mengubah status kalian ke yang lebih jelas,dan pada saat yang sama ada orang yang datang ke rumah Lo dan ngajakin Lo nikah. Mending Gue milih orang asing ini dan nikah, dari pada Gue harus pacaran dan mengharapkan sesuatu yang belum pasti dan ujung-ujungnya bikin dosa semakin numpuk"

"Seperti itu,ya,Nona?"

"iya. Dan asal Lo tau ya Dew,banyak orang yang pilih untuk menerima lamaran seseorang yang tulus dan serius ketimbang bertahan pada sebuah hubungan yang tidak jelas"

Embusan nafas terdengar dari hidung Dewi.
"Emmm...Nona?"

"why?"

"Apa Nona sudah tau? Tuan Dirgantara meminta saya untuk menikah dengan beliau"

"Terus jawaban Lo?"

"Kami akan menikah bulan depan Nona!"

"That's my girl. Terus kenapa wajah Lo masam begitu?"

"Saya tidak yakin dengan diri sendiri Nona. Apak menurut Nona saya bisa menjadi istri yang baik?"

"Jangan ngeremehin diri sendiri,gak baik. Lo harus yakin sama Diri Lo, bahwa Lo bisa jadi istri yang baik buat Bang Dir.Lo dengarin kata-kata Gue di dunia ini gak ada yang namanya istri yang baik ataupun istri yang buruk, karena semua istri itu terbentuk dari banyak kekurangan. Lo kalau mau jadi istri yang baik Lo harus belajar,bukan cuman belajar untuk mengurus rumah tangga Lo, tapi juga belajar memahami dan menerima segala kekurangan suami Lo" Tutur Sila. Di tatapannya Dewi lembut.

"Bang Dirga itu bukan tipe orang yang suka mempermainkan omongannya,Dia  juga bukan  tipe yang suka menuntut kesempurnaan dari pasangannya. Prinsip Bang Dir itu kek gini,
Kalau istri saya tidak bisa masak,tidak bisa mengurus saya dengan baik,atau katakan saja Dia tidak cukup mahir mengurus rumah tangganya,maka itu bukan salahnya,Aku yang memilih Dia maka itu menjadi tanggung jawab saya Dan saya sebagai pasangannya saya cukup membimbing Dia, seperti itu Dew"

"Iya Nona"

"Jangan insecure. Menerima kekurangan dalam diri itu adalah salah satu cara menghormati Diri  sendiri. Gue yakin Lo bisa. Lo gadis hebat"

"Terimakasih Nona"

"Jangan sungkan-sungkan kalau mau cerita, temuin aja Gue. Gue bakal dengarin Lo"

"Baik Nona. Sekali lagi terimakasih"

"iya. Btw masakin Gue mie dong,Gue belum makan. laper nih "

"Bagaimana jika saya buatkan Nona sup saja, mengkonsumsi mie dalam jumlah banyak tidak baik untuk kesehatan Nona"

"Beuhhh...good idea ini mah. Iya deh Lo masakin  buat  Gue ya?"

"Baik Nona. Kalau begitu saya permisi" Dewi pun pamit untuk masak.

"Dew ajarin Gue masak dong?"Kata Sila yang ternyata mengikuti Dewi hingga ke dapur.

"Tentu saja. Mari Nona saya ajarkan"

"Mantul banget dah calon ipar Gue ini"

"Hahaha...Nona bisa saja"

"kan mang benar. Btw Gue bantu apa aja nih?"

"eumm...Nona bantu mengupas bawang saja,bisa?"

"of course"

Dewi tersenyum kecil, kemudian Ia memberikan beberapa siung bawang putih dan merah juga sebuah pisau kecil.

"Hati-hati Nona pisaunya cukup tajam"

"Siap" Di sela-sela kesibukan itu Sila sesekali mengajak Dewi bercerita.

"Tidak Nona. saya belum pernah pacaran"

"Demi apa Lo gak pernah pacaran? Kok bisa sih Lo gak pacaran?Di larang sama Ibu Lo ya?"

"Tidak juga Nona. Biasa orang di kampung, semuanya di anggap saudara"

"iya kah. Jadi ini pertama kalinya Lo dekat sama seseorang?"

"Iya Nona"

"Gimana rasanya?"

"Deg deg-an Nona. Setiap saling bertatap rasanya seperti ada kupu-kupu yang banyak sekali di dalam perut"

"Wajar kali begitu mah. Gue juga begitu sama pacar Gue "

"Dulu? Kalau sekarang Nona?"

"Udah putus"

"Inalillahi"

"Kok inalillahi?"

"Tidak apa Nona. Boleh tau alasan kenapa Nona putus dari pacar Nona?"

"Dia selingkuh"

"Selingkuh?"

"Iya. Sama  sahabat Gue lagi. Amelia"

"Amelia?"

"iya. Lo kenal?"

"Tidak Nona. Hanya saja tadi saat di kampus saya juga mendengar seseorang menyebut nama yang sama, Amelia"

"Kampus? Emang Lo kuliah di Mana?"

"Universitas Jaya Purnama Indonesia Nona"

"Seriusan?"

"Iya nona"

"Sejak kapan Kok Gue gak tau?"

"Sudah hampir seminggu Nona. Maaf saya lupa memberi tahu Nona"

"Terus-terus.Lo tau siapa orang yang nyebut nama Amelia itu?"

"Da..Dam...Damar? Ah iya Nona namanya Damar Dia temannya Senior Alton"

Sila langsung terdiam.
Pikirannya berkeliaran tak terkontrol.

"Nona? Nona baik-baik saja?"

"Gue ke dalam dulu "

Dewi mengernyitkan keningnya menatap Sila yang berlari menuju kamar tamu.

"Apa Dia baik-baik saja?"

🐫🐫🐫




One fine Day on 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang