E P I S O D E 5

1.1K 31 2
                                    


🧸🌷🧸🌷

“Saya hanya salah bicara. Maksud saya kalau kamu pulang,” ucap Dirga yang mulai tak jujur dengan hatinya. Hati dan pikiran tak sinkron. Ia tak mengakui rasa yang mulai tumbuh di hatinya.
“Mungkin saya hanya merasa kalau Dewi seperti istri saya. Dia yang baik, santun dan terlihat sangat sayang anak kecil. Tidak, tidak, tidak, tak mungkin Dewi dan Istri saya sama. Mereka dua orang yang berbeda dan saya sangat mencintai istri saya,” batin Dirga yang mulai kacau.

“Baby King kita makan sama-sama yuk!”

“Mamam mamam mamam” ucap lelaki kecil yang tengah memegang sendok di tangannya. (mamam=makan)

“Berdoa dulu ya, Baby! Gimana, Baby caranya? Angkat tangannya, lalu baca doa,” ucap Dewi sambil melakukan hal yang sama. Gadis kecil itu menengadahkan tangan yang diikuti dengan tangan-tangan kecil King yang terangkat. Lalu perlahan,Dewi baca doa perkata, yang diikuti oleh bibir King Meskipun hanya huruf vocal belakangnya saja. Tapi setidaknya, lelaki kecil itu sudah antusias dan menurut.

Dirga tersenyum kecil. Meskipun ada bagian dalam hatinya yang merasa tersindir. Selama ini, ia memang tak pernah berdoa sebelum makan. Tapi hatinya merasa hangat melihat interaksi King dan Dewi.

Dirga mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Sedangkan Dewi terlihat sibuk dengan suap-suapan kecil di bibir King. Hingga di menit berikutnya, Dirga mengambil piring yang dipegang babysitter nya itu.

“Makanlah! Biar King saya yang suapi.”

“Tapi, Tuan. Ini tugas saya. Apa ini artinya saya hendak dipecat?” tanya Dewi dengan nada ketakutan. Gadis itu terlalu menggantungkan hidup dengan pekerjaannya sekarang. Mbok Im pernah bercerita kepadanya, kalau perbulan bekerja di rumah Tuan Dirgantara bisa digaji sampai jutaan. Hal yang sangat menggiurkan untuk dirinya. Sangat-sangat cukup untuk biaya hidupnya dan Ibu di kampung dan juga untuk membayar hutang Ibu kepada para tetangga.Apalagi, di rumah tuannya itu, ia diberikan fasilitas mewah dengan makan dan minum gratis.

“Saya pecat kalau kamu menolak. Segera makan!”

Ekspresi ketakutan dari Dewi lagi-lagi mampu membuat sudut bibi Dirga tertarik. Ia mulai memperhatikan paras cantik babysitter kesayangannya. Wajahnya yang bulat dengan mata indah dan bibir yang tipis. Kulitnya tampak sehat dan cerah meskipun tidak menggunakan make up apapun.natural beauty
Sedetik kemudian Dirga menggeleng. Ia tak ingin berlarut menikmati wajah wanita lain. Cukup almarhum istrinya yang akan terus ada di hatinya.

“Kenapa? Apa mau saya suapi?” tanya Dirga yang mulai nakal. Ia menatap gadis di depannya yang hanya tertunduk tak segera makan. Bagaimana pun ia tetap lah laki-laki normal yang pikiran dan hatinya bisa tergerak ketika melihat lawan jenis.

“Tidak, Tuan. Saya bisa makan sendiri. Mohon maaf saya banyak merepotkan,” ucap Dewi dengan tertunduk. Ia sama sekali tak berani menatap lelaki yang berada di depannya.

Satu sendok, dua sendok,King terus menerima suapan dari ayahnya. Sedangkan Dirga yang kini mulai tak fokus, ketika Dewi kembali bersuara.

“Tuan, apa ada yang salah dengan saya?” tanya Dewi ketika ia menyadari Tuannya telah menatap ke arahnya dengan senyuman.

“A-apa?”

“Apa makan saya berantakan, Tuan?” tanya Dewi sambil memegang sekitar bibirnya. Takut makannya belepotan dan membuat Tuan di depannya risih.

“Oh, iya, ini, kamu makannya kayak anak kecil. Kayak King saja,” ucap Dirga yang mengambil tisu dan membersihkan area sekitar bibir.

Detik jam seakan berhenti di mana kedua pasang mata itu saling berpandangan. Mereka mulai menyelam ke mata masing-masing dengan perasaan yang semakin berantakan. Jantung Dewi berdetak tak pada semestinya. Aliran darahnya berdesir hebat. Apalagi ketika Dirga menarik sudut bibirnya, masih dalam satu pandangan yang sama.

One fine Day on 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang