🧸🌷🧸🌷Tepat Jam lima pagi tadi Mbok Im sudah keluar dari rumah besar milik Pak Dirga. Dan sekarang tersisa lah Dewi dan tuan majikan beserta anaknya yang masih berusia 1 tahun 5 bulan saja di rumah itu.
Dan saat Ini di ruang tengah, tengah berdiri Dewi san sang Majikannya.“Kamu bisa apa?” tanya Pak Dirga dengan nada meninggi. Dilihatnya gadis belia di depannya yang tengah memilin ujung baju ketakutan. Dirga tak menyangka, jika asisten rumah tangga yang bertahun-tahun menjadi bawahannya merekomendasikan gadis kecil itu untuk menjadi babysitter anaknya. Bukan hanya itu, gadis yang dianggap ingusan itu juga harus mengurus semua isi rumah.
“Saya bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga Pak Tuan,memasak, mencuci dan menyetrika, menyapu dan mengepel lantai, mencabut rumput,saya juga bisa memasak, memandikan bayi, menyuapinya makan dan memenuhi kebutuhannya, Pak Tuan.
“Gadis kecil sepertimu?” Lelaki itu terkekeh.
Dewi menunduk.
“Siapa namamu? Dewi?”
“Iya, Tuan.”
“Berapa usiamu?”
“Tujuh belas tahun, Pak Tuan.”
“Apa hubunganmu dengan Mbok Im”
“Saya tetangga beliau di kampung pak Tuan,kami tidak memiliki hubungan darah,kami akrab karena beliau dan Ibu saya dahulu adalah teman sebaya.Tapi beliau sudah menganggap saya seperti anaknya sendiri Pak Tuan”
“Pantas dia mendatangkan kamu dan langsung ijin mendadak.Ternyata kalian sangat akrab” Lelaki itu menggeleng dengan mengumpat kasar mantan asisten rumah tangganya.
“Maaf, sebelumnya, Tuan. Apa saya diterima bekerja di sini?” tanya Dewi dengan nada ketakutan.
“Kamu masih sangat muda. Apa kamu yakin bisa mengurus anak saya yang baru berusia satu tahun lima bulan” Ada keraguan yang besar dalam suara pria dewasa itu
“Saya yakin bisa, Pak Tuan. Saya sudah terbiasa mengurus anak-anak tetangga rumah saya di kampung saat orang tua mereka sedang dinas ke luar kota”
“Anak tetangga kamu beda dengan anak saya. Dia itu pewaris perusahaan Dirgantara Perusahaan besar.”
“Maaf, Pak Tuan.”
“Saya tak ada pilihan lain untuk tak menerimamu. Bekerjalah! Tapi ingat, goresan sedikit di tubuh anak saya, maka kamu akan tahu akibatnya!”
“Baik, Pak Tuan.”
Lelaki itu menoleh ke jam mahal yang melingkar di lengannya. Urusan penting yang menantinya, tak memberi waktu lama untuk mewawancarai babysitter baru itu. Hanya menunjuk kamar jagoannya dan berlalu begitu saja.
“Maaf, Pak Tuan.”
“Ada apa lagi?” tanya Dirga geram. Ia menghentikan langkah kakinya dengan wajah yang menoleh ke belakang. Duda berumur dua puluh delapan tahunan itu mulai kehilangan kesabaran.
“Maaf, Pak Tuan. Saya hanya mau memberikan bekal ini untuk Tuan. Kata Mbok Im Pak Tuan tidak biasa makan diluar jadi….”
“Tidak perlu kamu jelaskan,” ucap Aksara yang mengambil kotak makan itu dan langsung berlalu.
Dewi memegang dadanya. Detakan jantungnya tak berirama seperti biasa. Bertemu Pak Tuan Dirga, membuat aliran darah itu berpacu lebih kencang. Apalagi ketika bentakan itu terdengar. Tubuhnya menegang, kesusahan untuk bergerak.
Ia selama 17 tahun hidup bersama Ibu tak sekalipun Ibu meninggikan suaranya saat berbicara bahkan saat marah sekalipun. Tapi sekarang? Dewi sepertinya harus belajar untuk terbiasa dengan Pak Tuanya itu.