“Semesta, bisa jelaskan kepadaku apa itu cinta?”
—Neala Falisya Nathania
Happy Reading
.
.
.
"Pasangan selanjutnya ialah Reizo Sasmita dan Asyana Nayanika!" Mereka bertepuk tangan kala nama itu terpanggil. Pasangan yang dinanti-nanti. Mereka terkenal di penjuru sekolah lantaran asmaranya yang menimbulkan keirian.
Sama seperti pasangan sebelumnya, mereka berjalan berlawanan untuk memamerkan kostum. Setelah selesai memperlihatkannya, keduanya berhenti di tengah-tengah. Reizo menyerahkan mahkota dari tangan. Kemudian, musik mulai berputar. Mereka berdansa tanpa kesalahan. Sempurna. Itu kata yang terlontar dari para peserta. Alunan irama begitu indah, berbeda dari lainnya yang menggunakan ciptaan orang, kali ini Reizo-lah penciptanya.
"Juara! Juara! Juara!" Semua mendukung ketika juri mulai menuliskan angka di kertas mereka.
"Lo emang yang terbaik, Rei." Asya tersenyum bangga. Ia mengangkat kepalanya guna melihat wajah Reizo.
Di sisi lain, Neala menaikkan bibirnya. "Fares, kalau kita nggak juara, nggak pa-pa? Uangnya kebuang sia-sia dong. Aku harus ganti, ya?" Ia menghadap Fares, tangannya dikepalkan di depan wajah. "Nggak pa-pa, aku ganti!"
Fares melirik tanpa menoleh, tangannya terangkat ke kepala Neala. "Siapa bilang sia-sia? Orang pengakuan gue nggak sia-sia."
"Pengakuan apa? Emangnya kamu ngapain? Kamu ngomong apa? Kapan? Kok bisa? Ke siapa?"
Lelaki itu menahan tawanya. Ia menunjuk ke arah MC. "Udah, kita liat aja dulu."
"Seluruh peserta sudah tampil. Kini, juri akan memutuskan siapa yang yang berhak mendapatkan juara." MC itu mengerutkan keningnya saat membaca naskah selanjutnya. "Ah, maaf. Ada kesalahan. Kita masih punya satu pasangan untuk maju ke depan!"
"Kepada Kavitha Devangana dan ...." MC itu menggaruk kepalanya. "Kerbau Devangana?" Ia membaca berulang kali nama tersebut, sedangkan para murid menoleh ke belakang.
"Kavitha Devangana ada di sini." Gadis itu datang menggunakan pakaian hitam berlengan panjang dan sepanjang selutut. Ia menggunakan kacamata hitam, berambut pendek sebahu dan diberi cat abu-abu. Kavitha menggendong seekor kucing hitam yang menggunakan helm.
Kavitha berjalan anggun. Ia menyapa para murid yang dianggap penggemarnya. Mereka pun membawa suasana ini menjadi asik dengan bersorak. Tak ada musik yang mengiring, Kavitha hanya melambaikan tangan dan pergi. Namun, hal itu tak berjalan mulus. Saat ia ingin menuju kursi, guru penjas yang menjadi wali kelasnya mengejar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SASVATA
Mystery / Thriller"Kapan datang? Janjinya mana? Tolongin. Di sini aku nggak bisa napas." "Sebentar ... batunya berat. Nggak bisa disingkirin." 🍂 Kebangkrutan usaha keluarga Neala membuat dirinya dan Kania-ibu Neala-pergi dari kota kelahirannya. Meninggalkan sang k...