19. MENGANTAR

253 104 432
                                    

“Satu langkahmu senilai sepuluh patahan tulang tubumu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu langkahmu senilai sepuluh patahan tulang tubumu.
Atharizz Faresta Calief

Happy Reading

.

.

.

Selepas pulang sekolah, Neala bersikeras untuk ikut Fares berjualan. Warung sepi pengunjung tak menjadi masalah. Neala berkeliaran sambil membawa soto ayam yang dimasak Fares untuk dicicipi warga sekitar.

"Ini enak loh. Kok kalian pada nggak mampir? Apa jangan-jangan kalian emang alergi soto? Tapi kok bisa? Atau gara-gara Ala nongkrong di sana, kalian nggak mau masuk? Tapi 'kan Ala cuma duduk. Ala ada salah, ya? Maaf, jangan gini. Ala–"

Fares berada di belakang Neala. Tubuh yang lebih tinggi membuatnya mudah menjangkau Neala yang pendek. Tangan ditaruh di bibir gadis tersebut, ia tersenyum canggung kepada warga-warga yang lewat.

Neala berbalik, ia menarik bibir kiri ke belakang tanda kesal. "Kenapa aku ngomong selalu aja diberhentiin? Kata guru aku, itu tu nggak sopan. Kamu nggak sopan? Tapi aku liat sopan aja. Apa sama aku doang? Gara-gara aku kamu gini? Kenapa? Aku ada salah, ya? Maaf, ja–"

Sepertinya kasus penculikan akan terjadi di kawasan itu. Fares buru-buru menggendong ala bridal style. Gadis itu malah panik akan kuah soto yang tumpah, tak peduli jika dirinya tak menyentuh tanah.

"Itu anaknya bu Trika 'kan? Pantes aja warungnya sepi. Orang anaknya berzina."

"Enggak heran kenapa bapaknya meninggal. Pasti susah ngedidik anak cowok yang nggak tau akhlak."

"Saya punya anak cewek, bakal saya jaga. Saya kengkang juga nggak pa-pa, asalkan dia tetap bersih."

Faresta itu pendengarannya sangat kuat, meskipun cukup jauh, ia mampu mendengar. Tak peduli. Benar-benar tak acuh selama Neala tidak memperhatikan.

Suara jatuh benda berbahan kaca terdeteksi dari kamar Aratrika. Neala sontak melihat ke arah Fares yang belum menurunkannya, padahal sudah sampai di dalam warung. "Kenapa be–"

Lelaki itu mendaratkan Neala, kemudian merebut mangkuk. Ditaruh di meja, lalu menarik tangan Neala untuk ikut.

"Kek suara piring atau gelas yang jatuh 'kan?" tanya Neala ketika mereka sampai ke depan pintu kamar. "Kalau cermin, bisa jadi. Tapi kenapa bisa jatuh?"

Ganggang pintu dibuka Fares, memperlihatkan seorang wanita dengan kondisi rambut acak-acakan, kulit pucat, menggunakan cardigan, dan terduduk di lantai—sisi ranjang—lalu menyembunyikan wajah di kasur itu. "Capek ... udah capek."

SASVATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang