“Dunia terlampau jahat jika seorang makhluk harus menebus kelicikan penghuni dunia lainnya .”
—Reizo SasmitaHappy Reading
.
.
.
"Pa, papa di mana?" Fares mencoba melihat di gelapnya ruangan. "Res udah bawain minuman," katanya sambil memegang tiga botol soda. Kakinya tak sengaja menginjak sesuatu yang dirasa keras, tetapi kenyal. Telinga menangkap suara isak tangis.
"Rei, itu lo 'kan?" tanya Fares. Dengan cepat ia mengambil ponsel lalu menyalahkan senter.
Di detik itu juga, Fares membeku. Jantungnya seperti tidak berdetak untuk beberapa saat, mata tak ingin tertutup, mulut terbuka kecil, dan benda-benda di tangan mulai berjatuhan. Kakinya ikut layuh.
Reizo berbalik, memperlihatkan pisau di tangan. Alis yang mengerut membuat mata tertutup, tubuhnya sungguh bergetar, keringat bercucuran di wajah.
Fares menatap tak berkedip mayat ayahnya yang tergeletak di atas genangan darah. "Papa!" Ia menjerit, memukul lantai dengan marah. Paru-paru seolah menyempit, otot-otot melemah, pandangan mulai buram.
"Fares ...." Suara Reizo sama bergetarnya, tangan ingin merangkul orang itu. Namun, Fares langsung mengelak.
"Papa ada salah apa sama lo, Reizo?!" Fares mundur, seolah takut akan kematian. Ia bingung mempertahankan keadaan, fakta atau mitos.
Reizo menggeleng, kepalanya memiring. "Papa udah gini."
Fares mencoba menapas normal. "Salah papa apa, Rei ...?" Respons Reizo tetap menggeleng.
Lelaki itu—Fares—memeriksa kondisi ayahnya. "Rei, tangan papa mana?"
"Enggak tau ...."
Kesabaran Fares habis. Di gelapnya malam, lelaki itu menarik Reizo untuk bangkit. Untuk yang pertama kalinya, Fares memukul Reizo. Lawannya terjungkal, tetapi dipaksa bangun. Bercak darah muncul di mana-mana, wajah Reizo hancur dipenuhi cairan merah.
oOo
Fares terbangun, udara terasa memanas, pelipis berkeringat. Mimpi yang tak disukai, masa lalu yang ingin dihilangkan muncul secara sengaja. Akan tetapi, tak bisa, seolah melarang untuk dilupakan. Kepala Fares menoleh ke kiri, mengambil sebuah bingkai foto sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SASVATA
Mystery / Thriller"Kapan datang? Janjinya mana? Tolongin. Di sini aku nggak bisa napas." "Sebentar ... batunya berat. Nggak bisa disingkirin." 🍂 Kebangkrutan usaha keluarga Neala membuat dirinya dan Kania-ibu Neala-pergi dari kota kelahirannya. Meninggalkan sang k...