16. PENDAFTARAN

342 153 633
                                    

“Sungguh, aku sangat senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungguh, aku sangat senang. Mari mengulang kegembiraan di lain waktu.
Kavitha Devangana

Happy Reading

.

.

.

"Nek, ayo, Nek. Ini gratis," rayu Neala memberikan formulir pendaftaran.

"When lagi coba can hug Doraemon?" Kavitha ikut manas-manasi. Wanita tua tak berkacamata, buta huruf, dan membungkuk jelas tak dapat baca tulisan di sana. Kavitha merebutnya, ia menjelaskan setiap gambar di kertas.

 Kavitha merebutnya, ia menjelaskan setiap gambar di kertas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang, loh, Nek. Kepala Ipin mulus," kata Asya yang datang setelah membantu kakek random melewati kumpulan gadis-gadis.

Sejujurnya, kedatangan Kavitha bukanlah harapannya. Tak ada yang mengajak, tetapi anak itu sendiri yang menghantui Neala. Diikuti Fares yang selalu beralasan jalan tujuan mereka sama. Benar-benar hancur keinginan Asya ini. Sedangkan di sisi kanan, ada Reizo yang dikerumuni ibu-ibu. Mereka semua berebutan untuk mendapatkan formulir yang hanya ada 25.

Reizo menoleh, ia tersenyum sampai menampakkan gigi. Pasti berhasil membuat kekasihnya terbakar. Desahan pelan terdengar darinya. "Siapa nama, Ibu? Biar saya yang tulis."

"Saya, saya Siti. Wanita tercantik di komplek," kata orang itu buru-buru. Berdesakkan dengan ibu lainnya tentu membuat kesulitan membanggakan diri. Riasannya terlalu dempul, wajah abu-abu berbeda dengan tangan yang sawo matang. "Anak satu umur lima tahun, suami udah sama Tuhan!"

Sang suami lantas menoleh. Giginya hampir ompong. "Heh! Anak kau dah nikah, cucu nak lahir! Nenek gila." Meski begitu, mereka berdua saling menyayangi.

"Kokom dari Belanda," ucap salah satu dari mereka sambil menunjuk diri. "Asli anak Eropa, bapak Thailand, mama Jepang."

Si anak yang mendengar ibunya mengaku dari negara lain lantas pura-pura tak kenal. Yang tadinya memegang baju si ibu seperti anak yang takut kesasar, langsung mundur sambil menutupi wajah.

SASVATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang