8. KARTU PUTIH

537 329 431
                                    

“Jangan terburu-buru menaiki tangga dan jangan tertinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan terburu-buru menaiki tangga dan jangan tertinggal.
Zr

Happy Reading

.

.

.

"Karna kalian maksa aku, jadinya aku turuti." Neala mengambil buku menu di depannya. "Aku pesan satu mie ayam pakai banyak sambel, dua bakso beranak, satu nasi goreng spesial, satu ayam bakar, satu cumi asam manis, nasi putih dua," katanya yang dicatat oleh pekerja di sana. "Minumnya juga, ya. Satu teh hangat, satu jus mangga, dua botol susu sapi. Yang terakhir tiga gelas air putih."

Reizo dan Asya menganga atas pesanan Neala. Niat ingin meneraktir, tetapi berujung bangkrut.

"Mbak sama Mas-nya mau pesan apa?" tanya pekerja di sana.

"Nasi goreng telur dua, bebek bakar tanpa nasi satu. Jus pir satu, es matcha satu, air mineral dua, " kata Asya.

Neala yang berada di depan mereka hanya melipat tangan di atas meja. Bibir melengkung, mata menyipit, kepalanya miring ke kiri.

"Serius lo habis, La?" Asya masih tak menyangka badan mungil itu sanggup memakan hal sebanyak itu.

"Nggak." Gadis itu menggeleng pelan. "Pasukan, ayo duduk!" Tangannya memanggil-manggil dua orang yang duduk berbalik badan di depan sana.

Dengan anggun dan tanpa rasa malu, gadis berbaju hitam putih selutut, memakai topi pantai, dan kacamata hitam—menggendong kucing hitam berkalung putih, berbaju putih pula—. Sang empu menggunakan sepatu hak tinggi. Di belakangnya, seorang lelaki berkacamata hitam, menggunakan jaket kulit dan kaos putih mengikutinya. Keduanya tersenyum seringai.

Rahang Reizo turun, mata melebar, alisnya berkerut. "Tamu nggak diundang ...."

Asya menutup mulut tak menyangka. Sesekali pun ia mengucek mata.  "Yang nyuruh lo datang ke sini siapa, sih?"

Kavitha duduk di tengah-tengah mereka bersama Kerbau. "Mommy listen omongan kalian." Ia menyandarkan punggung di sisi kursi. "Buat jaga-jaga aja, i with my boy berencana ikut."

Neala menahan tawanya. Ia teringat kejadian tadi. Di sekolah, Asya membujuknya untuk ikut makan. Gadis itu menolak berkali-kali. Namun, Kavitha dan Fares berada di ambang pintu mengisyaratkan setuju—mereka menunjuk diri sendiri—. Mulut Kavitha terbuka lebar dengan mata melotot saat Neala tidak mengerti sama sekali.

SASVATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang