18. UKS

261 120 460
                                    

“Ketidakwarasan peserta adalah yang diembuh sang pelaksana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketidakwarasan peserta adalah yang diembuh sang pelaksana.
Zr

Happy Reading

.

.

.

Cahaya terik sang surya mampu menusuk-nusuk kulit penghuni dunia. Cuaca susah sekali ditebak. Beberapa jam lalu, begitu gelap seolah akan menangis, sekarang malah terlihat gembira langit ini. Beberapa kali Neala hampir jatuh jika tidak ditahan oleh dua orang di samping. Satpam itu benar-benar tidak memberikan keringanan. Sungguh panas. Ditambah tadi mereka divideokan lalu dikirim ke keluarga masing-masing. Sangat memalukan.

"La, gue bawa lo ke UKS," tawar Fares yang sudah bersiap menggendong Neala.

Gadis itu menggeleng, teguh pada pendiriannya. Tadi Asya duluan ke UKS dengan alasan sakit kepala. Diikuti Reizo yang berargumen sebagai petugas UKS, sedangkan tiga orang lainnya—Isvara, Kimari, dan Nero—diizinkan pulang karena dalih bahwa ada salah satu keluarga mereka yang meninggal dunia. Vara memberi bukti berupa foto yang kemudian dipertimbangkan. Itu semua adalah kebohongan besar.

"Stop deh. You udah kecapean. Ke U–"

Terlambat. Neala sudah menjatuhkan diri ke badan Faresta. Kulit pucat, bibir tak berwarna, mata terpejam, dan tubuh terasa panas. Lelaki itu berkeringat dingin, lari guna sampai ke tempat berlindung lebih cepat. Kavitha ikut dari belakang. Bubur yang ia beli pun masih ada di genggaman.

Di UKS, Reizo dan Asya sibuk berbincang. Tak terlihat sakit gadis itu. Enak sekali punya pasangan petugas UKS, tak perlu pura-pura pingsan untuk menghindari hukuman.

"Bajingan emang lo!" Fares menaruh Neala di brankar yang diduduki Asya. Tanpa pikir panjang ia menarik Reizo keluar dari tempat berbau obat-obatan ini. Lawannya pun tak mengelak.

Kavitha yang ingin masuk langsung keluar lagi setelah menyadari akan adanya pertengkaran. Asya bimbang, haruskah menolong Neala atau mencegah perkelahian? Jam istirahat belum berbunyi, tidak ada orang yang berkeliaran, tak ada yang bisa dimintai tolong. Pos satpam berada jauh dari sana, takkan terdengar jika ada keributan kecil.

"Shut up, Res." Kavitha memegangi lengan Fares, tetapi itu tidak ada artinya. Pegangannya langsung terlepas kala hantaman pertama mendarat.

Kepala Reizo terhuyung, tenaga Fares lebih kuat dari pukulan kemarin. Fares memukul telinga Reizo di arah yang berbeda, cukup sakit lampangan itu. Badan Reizo tertunduk hampir membentuk 90 derajat jika Fares tidak langsung menarik seragam lelaki itu ke belakang. Punggung lawan dijadikan samsak, kaki dan tangan bergantian menikmati objek di depan.

SASVATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang