21. KEHILANGAN

220 108 290
                                    

“Dititipkan oleh Tuhan sebagai putramu adalah hal yang kuangkuhkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dititipkan oleh Tuhan sebagai putramu adalah hal yang kuangkuhkan.
Atharizz Faresta Calief

Happy Reading

.

.

.

Lantunan ayat-ayat suci terdengar dari rumah Fares atau yang dikenal dengan Warung Calief. Banyak orang yang datang, ada yang ikut perihatin, dan ada yang hanya sekadar makan. Mereka mengatakan jika Aratrika terlalu depresi hingga melakukan tindakan bunuh diri. Wanita itu meminta untuk dikubur.

Fares bermonolog, "Enggak masuk akal." Kepala digelengkan pelan, pandangannya kosong.

Jika diperhatikan, Neala-lah seperti anak kehilangan ibunya. Ia terisak di samping jenazah yang tertutupi kain putih, tak henti-henti menangis dari kemarin. "Tante Trika ... maafin Ala. Jangan gini. Jangan kek papa ...."

"Semoga bu Trika pergi dengan tenang, ya," kata tetangga.

"Iya, Bu, aamiin. Semoga anaknya setelah hari ini tobat, ya, Bu." Wanita ini melirik Fares. "Biar nggak banyak dosa."

Mereka salah jika mengira Fares tak mendengar. Lelaki itu menunduk, rambut menutupi mata, ia tersenyum smirk. Suara mendadak hening ketika langkah kaki seseorang terdengar. Mereka berbalik guna melihat siapa yang akan menjadi pandangan semua orang.

Reizo Sasmita datang dengan Asyana Nayanika—setia berada di sisi kirinya—yang menjadi tangan dalam pembelaan. Mata Reizo tak kalah merah, kulitnya sedikit pucat, dan suhu tubuh meningkat.

"Bunda," kata Reizo panik sembari membuka sepatunya. Ia berlari menghampiri jenazah itu.

Fares melihat, mendadak berdiri dan mendorong Reizo yang berlari. "Keluar lo!"

Para pengunjung beristighfar, ini bukan saatnya bertengkar. "Nak, duduk dulu. Biarkan Tuan Sasmita ketemu sama Almarhumah Cali–"

Reizo balik menyerang. Tubuh Fares tersandung ke samping meja. "Lo ngertiin situasi, Faresta!" Air matanya keluar, tak habis-habis mengalir. "Bunda Trika juga ibu gue!"

Bapak-bapak berdiri untuk memisahkan. Namun, Fares langsung berbalik dan menumbuk wajah Reizo. Makanan yang disediakan di atas meja berjatuhan, piring dan gelas pecah. Neala di sana menutup telinga, memejamkan mata dan berharap semua adalah ilusi. Asya bersikeras berbicara, tetapi tak didengarkan.

"Lo buat gue habis kesabaran, Res," resah Reizo. Bola matanya tak terlihat karena tertutup—hanya sedikit celah melihat—bibir basah, rahang mengeras. "Udah, ya, setidaknya jangan di depan bunda."

"Hak lo manggil bunda gue sebagai ibu lo apa?!" Teriakan Fares terdengar ke seisi penjuru. "Bunda cuma punya satu anak, cuma gue!" Ia menggila, melempar kursi dan benda-benda di sekitar. Selalu hampir mengenai warga, untungnya tidak dengan mayat Aratrika.

SASVATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang