9. PERTANYAAN

537 319 295
                                    

“Luka yang dijahit tak menjanjikan akan tertutup sepenuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luka yang dijahit tak menjanjikan akan tertutup sepenuhnya.
Atharizz Faresta Calief

Happy Reading

.

.

.

Neala berlari—menuju toilet—tanpa memfokuskan pandangan ke depan, matanya berpusat pada buku bacaan di tangan. Gadis itu meringis kesakitan saat ia jatuh ke tanah. Neala mengangkat kepala, melihat seorang lelaki berkupluk yang bergetar hebat.

"Gara-gara aku kamu ketakutan, ya? Maaf, aku nggak sengaja. Yang mana sakit? Aku obati, ya? Kamu kenapa? Aku bukan orang jahat." Neala mendekat. Ia ingin memeriksa kondisi wajah lelaki yang disembunyikan. "Kamu–"

Tangan Neala ditepis orang di atasnya. "Aku nggak sengaja. Aku salah. Maaf, jangan gini." Mata Neala bergelimang air. "Biar aku obati ... kamu jangan marah ...."

"Lo apaan, sih?" Orang di atasnya menarik kerah Neala. "Mentang-mentang lo hebat, seenaknya lo rendahin orang lain?" Ia menyentil jidat Neala.

Neala menahan isaknya—mata melirik lelaki itu yang dilindungi gadis lain—lengannya kemudian ditarik menjauh, wajah ditampar. Perempuan yang tak tahu apa pun lantas terduduk di bawah. "Lo cacat, ya, sampe nggak ada otak?"

Bibir Neala bergetar, ia tak berani menatap orang itu. Namun, ia berhasil melihat nama di bajunya—Isvara Maula—. "A-aku nggak sengaja ... aku punya otak kok. Maaf. Gara-gara aku semuanya kacau, ya? Maaf. Aku obati, ya? Aku harus perbaiki semuanya, ya? Kamu marah gara-gara aku sakiti dia? Dia terluka parah, ya? Maaf, jangan gini."

"Alah. Bacot lo, jalang." Kaki Vara menendang kepala Neala.

Rahang Neala turun. Ingin menjerit, tetapi tak mampu dikeluarkannya, cairan bening mengalir deras dari mata. Kemudian, kepalanya menggeleng cepat. "A-aku bukan jalang ... aku anak baik." Kedua tangan berada di kepala yang seolah ditusuk jarum berkali-kali.

Tidak. Jangan lagi. Memori buruk itu tiba-tiba saja muncul. Neala benci.

Vara berjongkok, tangannya memegang dagu Neala, ditariknya ke kiri secara paksa untuk melihat kondisi lelaki tadi. Bersama gadis yang berdiri di depan bak perisai, ia menatap Neala dengan perasaan tak dapat dijelaskan. "Lo mau sok traumatis? Lo mau dapat perhatian supaya kita maafin lo?"

Neala menahan diri untuk tak menjauh, meski sakit kepala menjulang, ia tetap menggelengkan kepala keras dan cepat. "Aku nggak traumatis! Aku sehat." Neala terisak. "Aku memang mau perhatian kasih sayang, tapi bukan dari kalian ... bukan .... Maafin aku, maafin ...."

SASVATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang