22. PEMUDA

210 105 327
                                    

“Bagaimana aku bisa melupakanmu, padahal kamulah isi pikiranku setiap waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana aku bisa melupakanmu, padahal kamulah isi pikiranku setiap waktu.
Reyans Arshaka Rafandra

Happy Reading

.

.

.

Para binatang mengeluarkan suaranya, meraung-raung guna mendapatkan pasangan, ada yang menjerit untuk meminta pertolongan. Kendati bulan muncul tak menjadi masalah untuk mereka. Angin terasa sejuk, menyapa mahkluk-mahkluk hidup yang menepati bumi.

Dari jendela lantai yang cukup tinggi, seorang lelaki memperhatikan seekor kucing yang dimangsa anjing secara hidup-hidup. Ingin rasanya menolong, tetapi tak punya tenaga sekadar menggerakkan anggota tubuh. Mulut pun amat sakit dirasa saat terbuka.

Pintu terketuk dua kali sebagai tanda akan ada orang masuk. Lelaki itu tak menggubris, dipikir itu adalah orang asing. Dicampurkan dengan tiga pasien membuat pemuda tersebut sesak. Bagaimana tidak? Setiap jamnya selalu ada orang yang datang untuk menyapa mereka. Jelas itu menimbulkan kecemburuan.

"Pasien Reyans Arshaka," panggil perawat di sana. "Kamar Anda sudah tersedia."

Reyans Arshaka Rafandra memejamkan mata. Tidak salah dengar atau halusinasi merebut kesadarannya? Sebab tak ada yang membayar, kecuali korban yang berhati lebar memberi sejumlah uang pas-pasan.

"Kami izin membawa Anda." Brankar mulai didorong.

Kekuatan seolah-olah sudah lenyap dikonsumsi oleh hewan, Reyans tak berdaya. Kepala berdenyut-denyut, amat tak nyaman.

"Bagaimana kabarnya, Dik?" tanya perawat itu. Mendapat sang pasien tidak merespons, ia pun tidak melanjutkan obrolan.

Seharusnya Reyans memikirkan bagaimana cara bertemu keluarganya, tetapi malah satu gadis yang tiba-tiba memenuhi isi pikiran. Terlintas wajah elok dipandang, gaun bermotif bunga, dan senyum manis saat berbalik. Rindu. Lelaki itu mengingatkan gadis ini ada sekarang.

"Sudah sampai." Si perawat memeriksa cairan infus sebelum pergi. "Kalau ada keadaan darurat, langsung pencet ini, ya."

Suara langkah yang terdengar menghilang, lelaki ini masih memilih bertahan dengan imajinasi wajah gadisnya.

"Kau tau berita sekarang, Reyans Arsha?"

Panggilan tak asing. Suara berat, tapi nyaman didengar. Kosakata yang terbilang bercampur antara baku dan tidak. Reyans membuka mata, pandangan langsung tertuju pada lelaki berbadan tegap—di bawahnya ada dua keranjang yang isinya sudah ludes—.

SASVATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang