Frisly bangun dari tidurnya, ia melihat Bianca yang sedang duduk ditempat tidurnya.
Frisly mengubah posisinya menjadi duduk. "Lo ngga tidur Bian?" tanyanya.
Bianca menggeleng. "Gue masih mikirin siapa orang yang cepu ke ortu gue, gue cuma mau tau maksud dia aja." jawab Bianca.
"Gimana kalau kita panggil Sarah sama Tamara kesini? Siapa tau mereka bisa bantu." saran Frisly.
Bianca mengangguk tanda setuju. Frisly pun mengabari Sarah dan Tamara agar cepat ke rumahnya.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya Sarah dan Tamara sudah berada di dalam kamar Frisly.
"Lo kenapa Bian?" tanya Sarah.
Bianca menengok Frisly, ia mengode agar Frisly saja yang menjelaskan.
"Gini, nyokap bokap Bianca pulang ke rumah karna mereka dapat kabar kalau Bianca pacaran. Dan kayak yang kalian tau, ortu Bianca ngelakuin apa aja ke Bianca." ucap Frisly menunjuk pipi Bianca.
"Sekarang Bianca sama gue mau cari tau siapa yang udah cepu ke ortu Bianca soal ini, dan kenapa ortu Bianca sampai sebegitu emosinya." jelas Frisly.
Sarah dan Tamara mengangguk.
"Yang punya no ortu gue cuma guru dan kalian bertiga, bukan kalian kan?" tanya Bianca memastikan.
"Yang pasti bukan gue sih Bian, gue support hubungan lo kok." balas Sarah.
"Bukan gue juga." ucap Tamara.
"Serius bukan lo kan, Ra? Soalnya gue liat kan dari awal lo ngga suka sama hubungan Bian." tanya Frisly memastikan.
"Bukan gue Ly, ngapain juga coba. Gue bersikap kayak gitu kemaren ya karna gue kasian sama Arga. Tapi, sekarang kan gue udah ngga begitu deket sama Arga, jadi ya buat apa?" balas Tamara.
"Mungkin ngga sih kalau Arga yang cepu? Secara kan dia masih belum bisa terima kenyataan soal hubungan Bian." curiga Tamara.
"Bisa jadi tuh." ucap Sarah setuju.
"Tapi, dapat nomor nya dari mana? Kalau bukan dari kita berempat?" tanya Frisly lagi.
"Guru, bisa aja guru yang kasih. Arga tuh ketos dan Bianca wakilnya, bisa aja Arga alasan ke guru kalau dia perlu nomor ortu Bianca. Mau ngga mau guru pasti kasih, apa lagi Arga nih ketos pasti dipercaya sama guru." jelas Tamara.
"Masuk akal sih kalau menurut gue." balas Frisly. Sarah mengangguk setuju.
Bianca mencencerna apa yang teman temannya bilang. "Bener juga."
Bianca mengambil ponselnya, membuka room chat Arga dan menelfonnya.
Setelah beberapa detik, Arga pun mengangkat telfon Bianca.
"Halo Bian, kenapa?" tanyanya didalam telfon.
"Temuin gue di taman deket sekolah sore ini, gue tunggu." ucap Bianca, lalu ia pun menutup telfonnya begitu saja.
"Beneran mau lo temuin orangnya?" tanya Sarah.
"Iya lah," balas Bianca.
"Coba lo pada pikir deh, apa yang orang itu omongin sampai ortu gue seemosi ini?" tanya Bianca.
"Emang boleh seemosi itu?" tanya Sarah bercanda.
Frisly memukul tangan Sarah. "Diem." bisiknya.
"Mungkin aja ya nih Bian, si orang ini bilang yang macem macem soal Agata. Makanya, ortu lo kayak ngga seneng liat lo pacaran sama dia. Iya ngga sih?" opini Frisly.
Tiba tiba saja ada yang mengetuk pintu kamar Frisly. "Nak, ini ada orangtua nya Bianca mau jemput." panggil orang dibelakang pintu yang diyakininya adalah mamanya.
Frisly membuka pintu. "Itu mamanya Bianca dateng mau jemput Bianca." ucapnya.
"Oh iya ma, makasih ya." balas Frisly.
Frisly menengok ke arah Bianca. "Bian, ada nyokap lo." ucapnya.
Bianca mengangguk, ia pun segara turun dari kasur dan akan siap siap.
Setelah selesai, mereka berempat pun keluar menuju ruang tamu.
Disana sudah ada mama Bianca yang duduk disofa.
"Ayo pulang, kita bakal pindah ke jogja." ucap mama Bianca.
Bianca terkejut begitupun ke tiga temannya. "Hah? Yang bener aja. Aku ngga mau, pokoknya aku mau disini walaupun cuma sama bi Siti." bantah Bianca.
"Ngga usah ngeyel ya kamu, mama udah urus kepindahan sekolah kamu. Hari ini juga kamu pindah ke jogja." jelas mama Bianca.
"Apa sih ma, ngga bisa kayak gitu. Udah cukup mama papa halangi kebahagian aku, aku butuh kebebasan. Masa cuma karna aku pacaran, aku harus kehilangan sekolah aku, temen temen aku, rumah aku." ucap Bianca.
"Bian stop ya, jangan ngebantah. Sekarang ikut mama pulang," perintah mama Bianca.
"Tan, jangan kasar kasar sama Bianca." ucap Sarah.
"Ngga usah ikut campur."
"Tan, pacar Bianca itu baik. Ngga seperi apa yang tante dan om pikirin. Semalem aja, dia yang tolongin Bianca pas Bianca diganggu preman." bela Frisly.
"Akal akalan dia aja itu, udah kalian ngga usah ikut ngebela pacar nya Bianca." ucap mama Bianca.
Mama Bianca menarik Bianca. "Ya udah okey, tapi ngga sekarang. Kasih aku waktu seminggu buat buktiin kalau pacar aku ngga seperti apa yang mama papa pikirin. Kalau dalam waktu seminggu aku bisa buktiin, aku ngga akan ikut ke jogja. Tapi, kalau aku ngga bisa buktiin, aku bakal ikut pindah ke jogja." ucap Bianca.
"Kasih aku kesempatan."
Mama Bianca mengangguk. "Okey, mama kasih kesempatan seminggu. Tapi dalam waktu seminggu kalau kamu ngga bisa buktiin, kamu harus ikut pindah ke jogja." setujunya.
Bianca mengangguk. "Aku mau disini dulu, mama bisa pulang duluan."
"Ya udah, awas aja kamu macem macem ya. Mama pantau." ancam mama Bianca.
Bianca mengangguk menandakan iya. Mama Bianca pun pergi dari rumah Frisly, sekarang mereka ber empat pun duduk diruang tamu.
"Gue harus gimana?" tanya Bianca.
"Lo omongin baik baik sama Agata, cari jalan keluarnya berdua." saran Sarah.
"Gue kenal Agata, gue yakin dia orang yang baik. Kalau lo aja bisa diluluhin, apa lagi ortu lo." ucap Frisly.
"Coba aja lo omongin dulu sama Agata, pasti dia punya saran kok." yakin Tamara.
Bianca mengangguk paham. "Makasih ya."
"Kalau gitu, gue bakal selidikin dulu siapa yang cepu ke ortu gue. Baru abis itu selesaiin masalah yang ini." ucap Bianca.
"Gue ada rencana." batin Bianca.
"Kita bantu kok." ucap Frisly menepuk pelan pundak Bianca.
Bianca tersenyum. "Makasih banyak banyak banyak ya, kalian selalu ada sama gue dalam kondisi apapun."
"Kita kan keluarga, kita pasti bantu kok." ucap Sarah.
"Bener tuh, kita pasti selalu ada disini buat lo." setuju Tamara.
"Jangan ngerasa sendiri ya, Bian?" sambung Frisly.
Lalu mereka bertiga pun memeluk Bianca.
***
Siapa ya kira kira yang cepu?Jangan lupa tinggalin jejak yaa, makasiii.
KAMU SEDANG MEMBACA
kita dan kisah paskibra [TERBIT]
Teen Fiction- "Masa sma ga akan indah kalau ngga ada kamu dan paskibra." - Bianca Tritania. Waketos dan juga anggota paskibra. Setiap hari, ia harus menghukum lelaki bernama "Agata" yang selalu telat, yang ia ketahui adalah ketuanya di paskibra. Agata Mahaputra...