Bab 22 - Pemilihan

46 13 0
                                    

"Ky, makan yuk."

Fael membujuk Kylo untuk kedua kalinya. Fael mungkin kelihatannya yang paling dingin dan pendiam di antara mereka semua, tapi sebenarnya dia yang paling mengkhawatirkan kondisi Kylo.

Kylo bergeming, menatap kosong pada layar laptopnya. Bentakan Sora di kantin tempo hari memenuhi kepalanya.

"Yang milih lo? Nggak ada! Not even me!"

Padahal diam-diam Kylo berharap di saat tidak ada yang memilih, Sora menjadi satu-satunya suara yang ia miliki. Dia merasa percaya diri mendaftarkan namanya karena di balik mulut kejam Sora, dia tahu Sora akan selalu mendukung dan melindunginya, seperti yang sudah-sudah.

Kemarin, apa yang Sora ucapkan terlampau keras menghujam hati Kylo. Sampai-sampai Kylo berpikir untuk menarik pendaftarannya kembali.

Tapi dia tidak rela sekolah tercintanya dikuasai oleh seorang Timothy Lim.

***

"Oh, lo adiknya Sora ya?"

Jadi adik seorang Sora Azalea adalah sebuah tekanan batin tersendiri bagi Kylo. Ia tak akan pernah mempunyai identitasnya sendiri, lepas dari nama Sora.

Bagaimana tidak? Dengan kecantikan, bakat, dan kemampuan sosial yang dimiliki, di mana pun Sora berada, Sora selalu jadi kesayangan semua orang.

Kylo lelah dan ingin dikenal karena dirinya sendiri. Ia pun mengasah satu-satunya kelebihan yang ia miliki: otak.

Kylo tidak terlahir jenius. Dia belajar mati-matian, les sampai malam, menceburkan diri ke berbagai lomba akademik dan berteman dengan orang-orang pintar, hingga ia mencapai prestasinya saat ini.

Berhasil masuk Navia—sesuatu yang tak sanggup Sora raih—terasa seperti kemenangan terbesar Kylo saat itu. Akhirnya ia punya sinarnya sendiri.

Di Navia, tak ada yang mengenal Sora kecuali Wino. Itu pun Wino tak mau ambil pusing untuk coba berteman dengan Kylo. Pertemuan Kylo dengan Regy dan Fael di hari pertama penerimaan murid baru juga Kylo anggap sebagai pertanda baik. Regy yang terlampau santai. Fael si anak basket yang introvert. Kepribadian mereka masing-masing saling melengkapi dan menyeimbangkan.

Lalu, sesuatu terjadi pada Sora di sekolah lamanya. Orang tua mereka mengambil keputusan untuk memindahkan Sora ke Navia dan memastikan Sora dalam radar Kylo. Awal mendengar kabar itu, tentu saja Kylo protes keras. Bagaimana mungkin Sora melenggang masuk ke gerbang Navia begitu saja sedangkan Kylo harus belajar mati-matian untuk meletakkan namanya di daftar absen!

Tapi setelah mendengar alasan sebenarnya, Kylo mulai paham kalau ini mungkin satu-satunya keputusan terbaik bagi Sora. Kondisi kesehatan dan mental Sora kala itu begitu mengkhawatirkan. Dia banyak menangis—meracau soal sakit yang ia sendiri tak tahu di mana letaknya. Ia harus hiatus sementara dari lapangan, kehilangan kesempatan untuk berlaga di kejuaraan dunia. Apalagi kalau sesak napasnya kambuh, Sora benar-benar tersiksa.

Kylo tak tahu cerita lengkapnya, yang jelas Vira sering menyebut kalau kesalahan terbesar Sora adalah menerima seorang cewek sinting sebagai sahabatnya. Semenjak saat itu. Sora jadi sering pulang malam—menganggap konyol jam malam yang Vira terapkan. Sora juga jadi suka bohong dan melawan guru. Sungguh, Kylo hampir tidak mengenali kakaknya lagi.

Saat Sora akan pindah ke Navia, Vira berulang kali berpesan agar Kylo mengawasi Sora. Namun beberapa bulan setelah itu, Kylo mulai mempertanyakan, sebenarnya siapa yang menjaga siapa?

Kalau tidak ada Sora, mungkin Kylo sudah celaka berulang kali. Sora mendonorkan darahnya saat Kylo kecelakaan. Sora juga diam-diam menghajar anak kelas XII yang suka memalak Kylo. Bersama Regy, mereka berhasil membungkam orang-orang yang membuat gosip kalau nilai Kylo hasil meretas soal-soal ujian di server sekolah.

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang