Seperti yang Sora duga, wajah-wajah kecewa bermunculan ketika kedua kandidat Ketua OSIS Navia diumumkan secara resmi di berbagai kanal media internal Navia. Bisik-bisik bernada negatif berseliweran sepanjang lorong.
"Keduanya sama aja. Sama-sama nyebelin."
"Satunya rese, satunya kaku kayak kanebo kering."
"Nggak seru ah."
"Masa ini doang sih calonnya?"
"Gue sih golput. Males."
Ada juga yang membandingkan dengan Regy dan Fael.
"Kenapa Kylo sih? Kalau Regy atau Fael yang maju, gue yakin langsung menang."
"Kayaknya Kylo cuma ambi doang."
Cuma anak-anak e-sport yang menyambut suka cita berita pencalonan diri Wino. "WOYYY! WINO KEREEEN!"
Yang moralnya minus juga ada. Sayangnya, ini menambah poin di sisi Timothy.
"Tergantung mereka mau kasih gue duit berapa, hahaha!"
Bukan hanya karakter personal para calon yang menjadi penilaian para warga Navia, tapi juga program kerja dan janji kampanye mereka. Lagi-lagi ini jadi plus poin di sisi Timothy.
"Ah, bikin program kerja begini doang sih, gue juga bisa. Bagusan program kerja kandidat tahun lalu. Kenapa sih sama pemilihan tahun ini? Udah dicepetin, yang muncul juga payah-payah gini."
Sora harus menahan Sarah untuk tidak melabrak anak kelas XII yang melontarkan komentar pedas itu. "Udah, Sar. Mereka ada benernya. Program Kylo emang boring," Sora mencoba realistis.
Les bahasa gratis, peremajaan fasilitas olahraga, pengetatan kualitas dan standar kesehatan makanan di kantin—malah terdengar seperti program hasil rapat orang tua murid. Jujur Sora pun tak tertarik. Tapi adiknya terlalu bebal padahal mereka sudah memberi masukan.
"Trus mereka percaya sama program-programnya Timothy yang di luar nalar itu?"
Navia Festival di GBK, voucher makan gratis 100 ribu tiap minggu, meniadakan jam pelajaran terakhir, mengundang artis-artis untuk jadi guru tamu, pesta pasca ujian akhir semester—paling tidak terdengar bombastis di telinga mereka.
"Yang penting janji aja dulu. Masalah penerapannya urusan nanti kalau udah kepilih. Bisa ya syukur, nggak ya nggak apa-apa. Karena kesempurnaan hanya punya Tuhan. Gitu sih prinsip bokap gue kalau nyalon."
Semua orang di ruangan itu tercengang mendengar pengakuan Wino yang terlalu blak-blakan. Ayah Wino adalah anggota Dewan dan sudah dua kali terpilih. Wino pasti sedikit banyak tahu lika-liku perpolitikan ayahnya.
Ruang anggar disulap sementara sebagai sekretariat tim sukses Kylo-Wino. Semua peralatan anggar disimpan rapat dalam lemari. Satu meja panjang ada di tengah ruangan dikelilingi kursi-kursi lipat. Sebuah papan berisi jadwal kampanye dan to do list terpasang dengan kaki di dekat dinding. TV LCD yang dipinjamkan Sheila bertengger menembak duplikasi dari layar laptop Sora yang kini menampilkan screen saver grup K-Pop Seventeen.
Jangan tanya bagaimana hawa ruangan itu saat ini. Panas bercampur tegang dengan topping pesimisme. Ketakutan Timothy akan menang jauh melampaui optimisme mereka terhadap kemenangan Kylo.
"Trus, gue harus gimana? Bohong? Bilang Navia mau pindah ke Hogwarts?" Kylo yang emosi menarik kursi lipatnya menjauh dari semua orang, seakan enggan dekat-dekat dan menjadi bahan penghakiman.
"Bukan gitu, Ky." Hanya Regy yang masih punya stok kesabaran cukup untuk menghadapi semua situasi ini. "Lo harus cari lagi ide-ide program kerja yang baru, menarik, tapi realistis untuk dijalankan. Karena kalau nggak realistis, apa bedanya lo sama Timothy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Under My Sky
Ficção AdolescenteKelakuan Sora yang kadang di luar nalar bikin Kylo, adiknya, pusing. Mana tahun ini mereka sekelas pula! Sora jadi nggak perlu jauh-jauh untuk ngejitak kepala Kylo. Diam-diam Fael dan Regy, sahabat Kylo, malah naksir sama kakaknya yang gila itu! Nov...