Bab 73 - Pertemuan yang Tidak Disadari Part 1 (flashback)

49 10 2
                                    

Dendra dan Sora duduk berhadapan. Dengan penampilan formal mereka, tentu saja menyedot perhatian seluruh pelanggan warung tenda itu. Suara terbanyak jatuh pada, "Habis kondangan ya?" Benar sih. Mereka kan memang habis menghadiri pestanya Myra.

Ada juga pelanggan yang sukses membuat pipi Sora dan Dendra kompak merona dengan mengucapkan selamat bertunangan. Sekejap khalayan Dendra berkelana terlalu jauh membayangkan ucapan itu adalah kenyataan.

Sora tak bisa menahan tawa saat seorang anak perempuan kecil berusia sekitar 3 tahun, berdiri bengong di samping meja mereka dan percaya kalau Sora adalah tokoh dongeng yang turun ke dunia nyata.

"Kalau aku seusia dia, aku juga akan mengira hal yang sama. You're too beautiful for my eyes." Dendra mengiyakan tanpa bermaksud menggoda. Sora serasa ditarik mundur ke masa-masa pacaran mereka. Pujian semacam itu biasa terlontar ringan dari mulut Dendra.

Semua kisah dari sisi Dendra yang terungkap malam itu menambal semua lubang dalam versi Sora. Kini cerita itu utuh, masuk akal, dan berharga untuk mereka berdua simpan seumur hidup. Kecanggungan luntur, prasangka sirna, yang tersisa hanyalah pertanyaan bagaimana mereka harus bersikap satu sama lain setelah ini.

Teman? Tentu saja tidak. Mereka bahkan tidak melalui tahap itu sebelum jadian. Dendra tak tahu bagaimana harus memperlakukan Sora sebagai seorang teman kalau tiap kali mereka bertemu pandang, Dendra ingin merengkuh cewek itu kembali ke pelukannya.

Stranger? Memperlakukan Sora seperti orang asing adalah yang terburuk. Mending Dendra mati saja.

Ex.

Sepertinya hanya itu status yang pantas mereka sandang untuk saat ini. Menjadi mantan tidak selalu bermakna buruk. Mantan punya spektrum melampaui teman biasa, namun juga tak bisa melampaui garis batas yang mereka torehkan. Mereka tidak perlu melupakan apa yang telah mereka lalui bersama. Dan move on adalah pilihan masing-masing individu.

Roti panggang tak tersentuh. Hanya minuman yang diteguk habis. Es susu coklat untuk Sora dan teh hangat untuk Dendra. Diam menyelimuti masing-masing yang sedang coba untuk mengisi satu per satu rongga dalam memori mereka.

"Kayaknya..." Suara Dendra memecah keheningan. "Kita secara nggak sadar pernah bertemu di satu tempat sebelum ini."

Kening Sora mengerut, mengingat-ingat tapi gagal. "Oh ya? Kapan?"

"Awal Desember. Sky Forest, Bogor?"

Sora tersentak. Matanya membulat setelah ingatannya ditarik ke beberapa bulan yang lalu. "You were there?" Saat mereka field trip ke Sky Forest, Myra memang sempat bilang kalau sepupunya ada di sana dan nyaris memaksa Sora untuk ikut menemuinya. Jadi...itu Dendra?

Senyum Dendra melebar, bahagia mengetahui kalau waktu itu dia tidak berhalusinasi. Firasat Dendra tidak pernah salah kalau soal Sora. Radar Dendra belum rusak, selalu tahu kalau gadis itu sedang ada di sekitarnya.

Wajah cerahnya berubah kecut dalam sedetik ketika menyadari siapa sosok laki-laki yang bersama Sora saat itu—

Regyanta Ramuna. Pasti dia.

***

Awal Desember tahun lalu...

Matahari belum terlalu terik tapi Kylo sudah merasa kepanasan memimpin barisan kelasnya di samping 4 deretan bus pariwisata yang siap mengangkut seluruh siswa kelas X SMA Navia untuk piknik ke Sky Forest Bogor.

4 kelas sudah masuk ke dalam bus lebih dulu secara acak. 3 lainnya akan bergantian masuk menyusul tanpa mengetahui kelas mana yang sudah ada di dalam bus mereka.

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang