Bab 45 - Menarik Garis Part 2 (flashback)

56 11 2
                                    

Selama beberapa hari, Regy dan Sora terkungkung prasangka mereka sendiri. Regy memang menuruti keinginan Sora, tapi bagi Sora perubahan sikapnya terlalu drastis. Bahkan terkesan dingin—mengalahkan dinginnya sikap Fael di hari pertama Sora masuk Navia.

"What? I'm not allowed to even say good morning?"

Sindiran itu menusuk ke ulu hati Sora ketika suatu pagi Sora tidak sadar Regy menyapanya di pintu kelas karena sedang berfokus membaca beberapa pengumuman di portal sekolah. Apa Regy ingin membalas sakit hatinya?

Sora tidak tahu, padahal Regy bertanya karena sekadar ingin memastikan sikapnya tidak melewati batas. Setelah melihat Sora menangis tempo hari, Regy berpikir semalaman dan setuju pada fakta bahwa dialah satu-satunya yang patut dipersalahkan atas keadaan yang rumit itu. Sehingga Regy harus benar-benar menjaga sikap di depan Sora.

Malam mereka pun mendadak sunyi.

Terbiasa saling chat atau telepon sebelum tidur, Sora dan Regy kebingungan apa yang harus dilakukan untuk mengisi kekosongan itu. Sora melihat status Regy online di aplikasi chat internal Navia. Namun, ia mengurungkan niat untuk menyapa lebih dulu, takut mendapat tanggapan dingin seperti tadi pagi.

Padahal, Regy di seberang sana punya jalan pikiran yang sama. Terlalu takut memulai percakapan dan malah membuat Sora marah. Alhasil, keduanya menatap layar laptop mereka dalam diam cukup lama sebelum salah satu dari mereka mengubah status menjadi offline.

Merasa otaknya terlalu mumet, Sora memutuskan untuk mengambil me time sepulang sekolah di salon langganannya. Satu set paket perawatan rambut dan kuku ia ambil dengan total pengerjaan sekitar 2,5 jam.

"Soraaa!" Alice menyapa, duduk di salah satu kursi perawatan lebih dulu.

"Eh, halo!" sapa Sora balik. Walau sebenarnya Sora sedang ingin sendiri, Alice bukanlah teman mengobrol yang buruk. Beberapa kali mereka bertemu di sini dan Sora suka mengobrol dengannya.

Kecuali kalau Alice sedang mengungkit Regy dan Kinan.

"Tumben sendiri. Regy mana?"

Sora memutar kedua bola matanya. "Sama ceweknyalah. Ngapain sama gue."

"You mean, cewek kelas X norak yang namanya Kinan itu?"

"Kalau lo cuma mau ngejelek-jelekin orang, gue pindah kursi nih—"

"Wait, wait! Lo denger dulu cerita gue!" Alice menahan Sora. "Lo tau nggak Regy book table di resto bokap gue?"

"Nggak." Kening Sora menekuk. Kenapa dia harus tahu?

"Intinya, tadi pagi cewek tengil itu nyamperin gue di toilet. Suaranya sengaja dikeras-kerasin biar satu toilet tau Regy book table untuk mereka. Trus dia bilang kayak gini, 'Tolong provide the best service ya, Kak!' PENGEN GUE PITES! Maksud gue, yakin banget bakal jadi Nyonya Ramuna? Bisa-bisanya nyuruh-nyuruh gue! Si Regy aja nggak pernah request apa-apa padahal dia bawa SATU KELUARGA!"

Sora memejamkan mata sejenak kala kepalanya berdenyut mendengar Alice mengomel. Tapi ia tahu kalau ia tak menanggapi, Alice tak akan berhenti. "Mungkin they have special occasion tonight?"

"Whatever it is, itu cewek norak banget! Lo tau kan semenjak dia jadian sama Regy, dia jadi sering ngebabuin teman sekelasnya?"

Again, kenapa Sora harus tahu?

"Si Giselle, teman sekelasnya, yang cerita. Katanya dia denger itu cewek ngomong gini, 'Biar nanti kalau gue jadi Mrs. Ramuna, lo nggak gue suruh-suruh lagi!'"

Sora kesal sih mendengarnya. Tapi dengan latar belakang Giselle yang sudah dendam kesumat pada Kinan dari awal penerimaan murid baru, Sora jadi tak tahu harus percaya yang mana.

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang