Sora pasti bermimpi.
Samar-samar membuka mata, ia melihat ibunya duduk dengan kepala terkulai di samping tangannya. Lalu ada Kylo, juga berbaring di sofa kamar rumah sakit itu.
Tidak mungkin Vira meninggalkan pekerjaannya.
Tidak mungkin Kylo mau repot-repot menungguinya.
Mungkin Sora terlalu mendambakan perhatian dari kedua orang itu sampai-sampai otaknya menghibur diri dengan berhalusinasi. Dalam keadaan ini, halusinasi pun tidak apa-apa.
Kelopak mata Sora kembali menutup. Masih terlalu lemah untuk benar-benar terbangun.
Namun pagi harinya, Sora masih mendapati pemandangan yang sama di sofa. Tepat saat itu, Kylo juga baru terbangun. Mengerjap beberapa kali, Kylo pun akhirnya tersadar kalau Sora sedang mengawasinya. Mereka bertukar pandang sejenak dalam diam, sama-sama tak tahu apa yang harus diucapkan.
"Mau...minum?" tanya Kylo canggung. Suaranya agak serak karena tenggorokan yang kering.
Sora mengangguk, padahal tidak haus-haus amat.
Masih agak sempoyongan, Kylo menuangkan air dari teko ke gelas kosong kemudian membawakannya untuk Sora. Tak lupa ia menegakkan sandaran kasur dengan tombol di samping tempat tidur agar Sora bisa duduk bersandar untuk minum.
"Lo...nggak sekolah?" tanya Sora heran. Apa hari ini libur?
"Gue udah ijin ikut online—" Mata Kylo membesar maksimal. Raut panik nampak jelas di wajahnya. "Jam berapa sekarang?"
"7.15," Sora membaca jam di meja samping tempat tidur.
"Mampus! Gue belum mandi!"
Sora menontoni adiknya menghambur menyambar ranselnya dari atas sofa dan mengeluarkan selembar handuk.
"Ya udah sih, kan online juga. Emang mereka tau lo belum mandi?"
"Nggak bisa! Gue harus mandi!"
Bak dikejar anjing galak, Kylo berlari masuk ke kamar mandi yang ada di kamar itu.
Sora terkesima dengan percakapan mereka barusan. Untuk pertama kalinya, Sora dan Kylo sama-sama bicara lebih dari 5 patah kata.
Otot-otot bibir Sora memang belum mampu menarik senyum, tapi jauh di dalam hati, Sora tahu hal itu membahagiakan.
***
"Thank you for telling me everything. I appreciate it."
Di kantin rumah sakit, Vira duduk berhadapan dengan Dendra. Setelah menguras seluruh keberanian untuk menceritakan semua dari sudut pandang Dendra, hanya itu respon yang ia dapatkan dari Vira. Jujur, Dendra lebih baik dimaki atau disiram air daripada diperlakukan sedingin ini.
Sepanjang pembicaraan, Dendra menunduk tak punya nyali untuk membalas tatapan Vira. Didera rasa lelah yang luar biasa, Vira sampai lupa caranya beramah tamah pada Dendra.
"Keadaan Sora...gimana, Tante?" Dendra merasa tidak pantas bertanya, tapi ia harus tahu untuk paling tidak menenangkan hatinya.
"Secara fisik, all good. Tapi mental—" Vira melepaskan sebuah helaan napas panjang. "—that's another story."
Ada yang menghantam ulu hati Dendra saat mendengar hal itu. "Sekali lagi...saya minta maaf udah nyakitin Sora... While I should be the one who protect her," ucapnya layu dihukum rasa bersalah.
"It's too early for me to judge. Yang jelas sekarang kita mau fokus dulu untuk penyembuhan Sora. Jangan sampai ada distraksi yang bisa bikin kondisinya drop."
KAMU SEDANG MEMBACA
Under My Sky
Teen FictionKelakuan Sora yang kadang di luar nalar bikin Kylo, adiknya, pusing. Mana tahun ini mereka sekelas pula! Sora jadi nggak perlu jauh-jauh untuk ngejitak kepala Kylo. Diam-diam Fael dan Regy, sahabat Kylo, malah naksir sama kakaknya yang gila itu! Nov...