14.2 Sesuatu Yang Disembunyikan

190 66 4
                                    

Mulut Izzy menganga lebar ketika mobil yang ditumpanginya memasuki sebuah gerbang besar dan mewah.

Oh, mulutnya sudah menganga saat ia melihat Rolls-Royce bertengger dengan gagahnya di depan lobi rumah sakit.

Ia bahkan bisa melihat semua perawat dan pengunjung rumah sakit yang ada di sana, menatapnya dengan rasa iri yang begitu besar saat Izzy memasuki mobil mewah itu.

Ia sudah tahu jika Sir Oxley kaya, tetapi yang Izzy tidak tahu adalah sekaya apa pria itu. Dan sekarang, ketika mobil memasuki halaman rumahnya yang begitu luas dengan pepohonan hijau yang meneduhkan jalan berbatu itu, juga pemandangan danau pribadi di dalamnya, sekarang Izzy hampir bisa menebak sekaya apa Sir Oxley.

Lalu ketika mobil berhenti di depan sebuah rumah yang lebih cocok disebut kastil itu, Izzy tahu perbedaannya dengan Sir Oxley lebih jauh daripada langit dan bumi.

Pria ini jelas orang yang sangat kaya jika dilihat dari luas rumahnya yang berhektar-hektar, dan rumah sebagus ini.

Tidak hanya itu, ketika pintu terbuka, puluhan pelayan berseragam, menyambut pria itu di depan pintu dan mengangguk dengan hormat saat Thomas mendorong kursi rodanya.

Ia seperti memasuki dunia lain. Sir Oxley seakan hidup di abad yang berbeda, di mana para bangsawan mmendapatkan perlakuan seperti itu.

Seorang pelayan pria, keluar dari barisannya, mengangguk hormat pada Sir Oxley, lalu membimbing mereka memasuki koridor luas rumah itu. Dua orang wanita berdiri di samping Izzy dan mengambil tas yang ditenteng Izzy di kanan kirinya.

Pelayan tadi membuka pintu ganda besar di samping pintu lain yang tak kalah besar, dan Izzy bisa melihat jika itu adalah kamar yang ditempati Sir Oxley. Lagi-lagi Izzy menganga karena luas kamar itu bahkan mungkin hampir sama besarnya dengan luas apartemen yang ditempatinya bersama Leo.

Ranjang besar dengan empat tiang penyangga berukiran mewah, berada tepat di tengah-tengah ruangan, siap menyambut sang empunya kamar tersebut.

Thomas dan pelayan pria itu membantu Sir Oxley untuk menaiki tempat tidur, sementara Izzy meraih salah satu tas dari pelayan, dan dengan sigap menyiapkan alat-alat perawatan Sir Oxley.

Tadi, dokter Champbell sudah berniat ikut dengan mereka, tetapi Sir Oxley melarangnya dan berkata akan menelepon jika membutuhkan pemeriksaannya. Dokter Champbell menyetujui itu dengan enggan, lalu menginstruksikan pada Izzy apa yang harus ia lakukan begitu sampai di rumah.

Ia mendengarkan dengan cermat perintah-perintah dokter Champbell, mencoba mengabaikan Prince yang terang-terangan menatapnya meskipun Izzy telah kembali menjadi gadis jelek berkacamata.

Oh, tentang itu, Sir Oxley-lah yang memaksanya kembali mengenakan kacamatanya. Pria itu berkata bahwa Izzy hanya boleh berdandan seperti kemarin jika sedang libur. Namun, Izzy punya firasat buruk jika libur itu hanya sebuah mitos baginya.

"Apa ada hal lain yang Anda butuhkan, Sir?" tanya Thomas setelah Sir Oxley berbaring dengan nyaman di ranjangnya. Beberapa bantal ditumpuk di bawah kakinya yang masih diperban.

Pria itu menggeleng dan melambaikan tangan. "Pergilah. Aku akan memanggilmu jika butuh sesuatu."

Thomas mengangguk hormat, lalu memandang Izzy dengan cemberut sebelum mengajak semua pelayan meninggalkan kamar.

"Aku tidak tahu kenapa dia sangat tidak menyukaiku," gumam Izzy pada dirinya sendiri sambil mengambil infuse dari tas.

Ia mendengar Sir Oxley terkekeh, lalu pria itu berkata, "aku rasa Thomas hanya cemburu padamu."

"Cemburu?" tanya Izzy dengan kening berkerut.

Sir Oxley mengangguk. "Selama ini, hanya dia yang mengurusku. Dia merasa kau sedang merebut posisinya."

Izzy mendengkus. Jika Sir Thomas memberinya pilihan, Izzy jelas akan lebih memilih berada di rumah sakit. Selain ia akan lebih bisa bertemu Prince, ia juga akan mendapatkan jatah liburnya.

Berada di sini, membuatnya merasa seperti sedang diasingkan. Tidak ada teman, tidak ada rekan dokter, dan pasien lain yang akan membuatnya sibuk. Ia benar-benar seperti sedang dimonopoli oleh pria ini.

"Apa aku juga harus diinfus di rumahku sendiri?" tanya Sir Oxley sambil cemberut saat melihat Izzy mengambil jarum.

Izzy tersenyum. "Ini syarat pertama yang harus Anda penuhi ketika Anda memaksa untuk pulang, dan Anda sudah setuju," katanya mengingatkan, yang disambut gerutuan Sir Oxley.

"Aku akan baik-baik saja di rumahku sendiri. Jauh dari tempat dan orang-orang menyebalkan itu."

"Yah, saya juga berharap Anda segera sembuh agar saya bisa kembali ke pekerjaan saya semula."

"Kau akan meninggalkanku?"

Pertanyaan itu membuat Izzy, yang baru akan menusukkan jarum ke kulit pria itu, tertegun. Ia mendongak, memandang mata coklat berkilauan itu, dan tiba-tiba saja benaknya merasa kosong.

Sir Oxley menatapnya dengan pandangan memohon, sesuatu yang tidak pernah diberikan pria lain padanya. Permohonan untuk tetap tinggal.

"Iz, kau akan meninggalkanku?" tanya pria itu lagi, membuat Izzy tergagap dan mengalihkan pandangan.

"Jika Anda sudah sembuh, Anda tidak akan membutuhkan saya lagi, Sir," jawabnya dengan gugup. Tangannya gemetar, hingga ia kembali menjatuhkan jarumnya ke kotak, memutuskan menunggu hingga jantungnya kembali berdetak normal.

"Bagaimana jika aku tetap membutuhkanmu bahkan jika aku sudah sembuh?"

Lagi, pertanyaan yang diucapkan dengan penuh permohonan itu, membuat Izzy menatapnya lagi. Selama sejenak, tidak ada satupun dari mereka yang bersuara, hingga Izzy menarik napas panjang dan tersenyum.

"Kalau begitu Anda benar-benar akan membuat Thomas membenci saya karena benar-benar mencuri tempatnya."

Izzy berharap lelucon itu akan membuat Sir Oxley tertawa, tetapi pria itu bahkan tidak tersenyum. Ia tidak mengalihkan pandangannya dari Izzy, dan juga tidak mengubah ekspresinya sama sekali.

"Di mana keluarga Anda? Kenapa tidak ada yang menyambut Anda pulang?" tanyanya lagi untuk mengalihkan suasana canggung tersebut.

"Tidak ada," jawab Sir Oxley datar tanpa berpaling.

"Tidak ada?" ulang Izzy dengan kening berkerut. "Maksud Anda...Anda sendirian di rumah sebesar ini?"

"Ada Thomas dan yang lainnya."

"Anda tahu bukan itu yang saya maksud."

Bibir Izzy yang cemberut, entah bagaimana membuat Sir Oxley tersenyum kecil sebelum pria itu, akhirnya, mengalihkan pandangan dan menatap langit-langit kamarnya yang tinggi.

"Tidak ada. Aku tidak punya ayah, ibu, atau saudara di sini. Aku sendirian dan hanya bersama Thomas sejak bertahun-tahun lalu."

Hati Izzy merasa sakit mendengar suara Sir Oxley yang muram. Pria ini memiliki segalanya, tetapi bahkan tidak mempunyai satu hal yang sangat penting dan sederhana. Keluarga.

Sir Oxley sendirian, sebatang kara, dan mungkin saja, kekurangan kasih sayang. Dan Izzy, merasakan ikatan itu lagi. Ikatan aneh yang seakan menghubungkannya dengan pria ini karena ketidakpunyaan yang mereka miliki.

Izzy meraih tangan Sir Oxley, meremasnya dengan lembut hingga pria itu menatapnya lagi, dan berkata, "bahkan jika Anda sudah sembuh dan masih membutuhkan kehadiran saya untuk merawat Anda, saya akan tetap berada di sini. Saya tidak akan meninggalkan Anda."

Itu adalah sebuah janji, dan entah bagaimana, Izzy seakan tahu bahwa ia sedang menyerahkan hidupnya pada seseorang yang sama sekali tidak ia kenal sebelumnya.

Dan tampaknya, seperti yang pernah Johanna katakan, ia tengah berada dalam bahaya yang sama sekali tidak ia tahu apa, tetapi bahaya itu ada di sana. Sedang mengintainya, dan menunggu waktu yang tepat untuk menghancurkannya.

The Cursed Angel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang