The Cursed Angel (TAMAT)

29. Kemenangan Yang Sia-Sia

Nathaniel merasa begitu lemah setelah kekuatan Sang Iblis menghantamnya bertubi-tubi. Sayapnya sangat sulit untuk dikepakkan, dan sekujur tubuhnya terasa sakit. Ia yakin, kekuatannya akan segera sirna sebelum dirinya mampu menghabisi Sang Iblis.

Kekuatan mereka sangat jauh berbeda. Sang Iblis berusia ribuan tahun lebih tua darinya, dan kekuatannya menjadi semakin besar karena kebencian yang dirasakan Robert hampir di sepanjang hidupnya.

Setiap kali manusia yang dirasuki Sang Iblis merasakan kebencian, amarah, dan juga dendam, maka kekuatan iblis di dalamnya akan bertambah sepuluh kali lipat dari biasanya. Itulah yang menjadikan iblis tetap ada karena setiap manusia, sekecil apapun itu, pasti merasakan kebencian dan dendam dalam dirinya. Walaupun bentuk kebencian itu ada untuk dirinya sendiri.

Bahkan sejak dulu saja, akan sangat sulit untuk melawan Sang Iblis, apalagi sekarang dengan kekuatannya yang sudah bertambah besar.

Sebenarnya, ada satu cara agar ia bisa mengalahkan Sang Iblis. Seperti kebencian yang hanya bisa dilawan dengan kebaikan, maka cinta sejatinya juga bisa mengalahkan segala kekuatan yang dimiliki Sang Iblis. Namun, itu berarti pengorbanan yang besar dari Sang Takdir.

Nathaniel tidak mau mengorbankan Izzy hanya agar dirinya bisa mengalahkan Sang Iblis. Maka, ketika Leo dan Thomas mengatakan itu padanya, Nathaniel langsung menolaknya mentah-mentah. Ia akan mengalahkan Sang Iblis sendiri, apapun caranya. Bahkan meskipun harus kehilangan nyawanya sendiri.

"Jadi hanya begitu saja kekuatanmu, Anak Muda?" Sang Iblis melayang-layang di atasnya dengan senyum mengejek. "Kau masih separuh manusia karena kutukanmu. Akan sangat sulit bagimu mengalahkanku. Tapi aku cukup menikmati permainan ini untuk bersenang-senang."

Nathaniel menatap Sang Iblis dengan penuh kebencian. Ia mencoba bangkit dan kembali mengepakkan sayapnya, tetapi sebelum ia terbang tinggi, Sang Iblis kembali melemparkan serangan bola apinya pada Nathaniel hingga ia jatuh tersungkur dan terseret beberapa meter jauhnya dari tempatnya semula.

"Kau pikir masih punya kekuatan untuk mengalahkanku?" Sang Iblis mendekat padanya. "Aku akan membunuhmu dengan mudah, dan setelah kau mati, tidak akan ada yang melindungi kekasihmu. Aku akan mengambil kekuatan cinta sejatinya padamu, dan aku akan menjadi tidak terkalahkan."

"Jangan coba-coba!" Nathaniel meraung marah hingga seluruh tubuhnya bergetar.

Dengan penuh amarah, ia mengepakkan sayap, mengabaikan seluruh rasa sakit di tubuhnya, dan menyerang Sang Iblis. Selama dirinya hidup, tidak akan ia biarkan Sang Iblis menyentuh Izzy.

Meskipun Thomas dan Paul terluka parah, masih ada Leo yang masih bisa menjaga Izzy. Kucing itu akan membawa Izzy pergi dari sini dan juga...

Gelegar petir memekakkan telinga Nathaniel ketika, lagi-lagi, Sang Iblis menyarangkan bola api dan selubung asap hitamnya pada Nathaniel. Ia terlambat menyadari itu, dan selubung asap itu mengikat tubuhnya kuat-kuat, membuatnya meluncur ke tanah dengan bunyi yang begitu keras.

Ini saat dirinya akan mati. Kekuatan hitam Sang Iblis telah mengikatnya dengan begitu kuat hingga Nathaniel tidak mampu bergerak. Tubuhnya semakin lemah seiring kekuatan yang semakin hilang darinya.

Sang Iblis terbang mendekat, bersiap untuk menghancurkan Nathaniel sekali lagi, dan terakhir kalinya, dengan bola api merahnya.

Nathaniel memejamkan mata, bersiap untuk menerima akhir hidupnya. Benaknya mengulang kembali semua kenangannya bersama Izzy dan wajah cantik gadis itu. Ia hanya berharap jika Leo telah membawa Izzy jauh dari sini hingga gadis itu aman dari Sang Iblis.

Namun, keanehan terjadi, bukannya rasa sakit yang diterimanya, ia justru merasakan selubung asap dan bola api panas yang membelit tubuhnya perlahan terurai. Angin bertiup dengan kencang, tetapi bukan dalam kondisi yang mampu merusak. Anehnya, angin itu terasa menyejukkan dan mengobati semua kesakitan dalam dirinya.