"Apa kau benar-benar tahu yang dilakukan ayahku?" bisik Izzy begitu mobil Prince meninggalkan halaman apartemen yang kecil itu.
Nathaniel bergerak hingga berhadapan dengan Izzy. Mata gadis itu memerah, tetapi tidak ada air mata yang mengalir di pipinya. Namun, Nathaniel tahu bagaimana Izzy sudah menahan diri sekuat mungkin untuk tidak menangis. Apa yang tadi Jenkins bicarakan, pasti telah membuka luka yang sudah lama Izzy ingin lupakan.
Sejujurnya, Nathaniel memang tahu. Ia selalu melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk gadis-gadis yang akan didekatinya tidak terkecuali Izzy. Ia tahu apa yang terjadi pada keluarganya, atau setidaknya, apa yang selama ini diketahui juga oleh publik bahwa William Winter melakukan malpraktik kepada pasiennya yang merupakan salah satu orang terpenting di kota ini.
Akan tetapi, Nathaniel juga menelusuri bagaimana hubungan William dan Robert, termasuk fakta bahwa mereka berdua dulu adalah sahabat karib. Ada sesuatu yang membuat Nathaniel curgia. Terutama, karena begitu William dipenjara, Robert seakan memutuskan hubungan dengan Izzy dan ibunya.
Bukankah seharusnya sebagai orang yang sangat dekat dengan William, Robert yang akan menggantikan posisi pria itu untuk memperhatikan keluarganya selama William menjalani proses hukum? Kenapa Robert malah melakukan hal sebaliknya?
Saat ini, Nathaniel belum mengetahui jawabannya, tetapi tidak lama lagi, ia pastikan, dirinya akan tahu tentang itu dan mengungkap kebenarannya. Ia menduga bahwa Robert melakukan ini hanya demi kepentingannya sendiri.
"Kita bicara di dalam. Kau butuh duduk," kata Nathaniel lembut sambil menggenggam tangan Izzy dan menariknya ke dalam bangunan yang menyedihkan itu.
Tentu saja Nathaniel sebenarnya tahu jika Izzy tinggal di sini. Ia juga sudah melihat apartemen ini dulu ketika bangunan ini masih difungsikan sebagai rumah singgah untuk para imigran. Nathaniel hanya berharap bahwa Izzy punya tempat lain untuk ditinggalinya selain apartemen kecil dan menyedihkan ini.
Jauh lebih baik bagi gadis itu untuk tinggal bersamanya di luar alasan egois demi dirinya sendiri. Ia tahu dulu keluarga Izzy termasuk keluarga berada. Sayangnya, meskipun semua harta benda mereka habis demi menyelamatkan William dari penjara, hal itu tidak membuat sang kepala keluarga kembali bersama mereka.
William Winter diketahui meninggal di penjara, sementara anak dan istrinya hidup pas-pasan. Ibu Izzy juga meninggal tidak lama kemudian, meninggalkan Izzy sendirian. Dan benar-benar sendirian karena tidak ada keluarga lain yang dimilikinya. Hampir seperti Nathaniel.
"Di unit yang mana kau tinggal?" tanya Nathaniel ketika mereka tiba di lantai atas.
Izzy melepaskan genggamannya, lalu melangkah menuju pintu bertulis 201 dan membukanya. Leo melompat turun dari gendongan Izzy dan menghilang ke dalam rumah.
"Rumahku sama menyedihkannya dengan bangunan tua ini," gumam Izzy sambil berbalik menatap Nathaniel.
Ia tersenyum. "Aku tahu."
Kening gadis itu berkerut. "Kau juga tahu itu?"
Kali ini Nathaniel benar-benar tertawa. "Setidaknya dibanding rumahku, tempatku sangat menyedihkan."
Izzy menggerutu sambil membuka pintu lebih lebar dan masuk ke rumah itu diikuti Nathaniel di belakangnya. Benar saja, tempat itu memang...yah menyedihkan.
Rumah Izzy rapi tentu saja, bersih tanpa cela, tetapi memang sangat sederhana. Hanya ada satu sofa panjang di depan meja kopi yang rendah. Sebuah televisi kecil ada di meja di depannya. Tidak jauh dari sana, ada meja makan dengan dua buah kursi yang tampaknya sudah cukup tua karena warnanya yang kusam.
Dapurnya kecil, dengan peralatan memasak yang seadanya. Di sebelahnya ada ruang cuci mungil. Dan yah...hanya itu yang bisa dilihat selain satu pintu yang sudah pasti adalah kamar Izzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Angel (TAMAT)
Ficción GeneralVERSI LENGKAP SUDAH TERSEDIA DI KARYAKARSA Nathaniel dikutuk menjadi manusia dan diusir dari Eyden, tempat tinggal para malaikat, karena kesalahan fatal yang tidak bisa dimaafkan. Sang ayah memberinya 'tugas' sebagai syarat agar dirinya bisa kembali...