17.2 Kabur

143 63 3
                                    

Jadi dia memilih pergi, batin Nathaniel getir ketika pagi itu ia melihat Izzy menyeret kopernya keluar dari rumah. Gadis itu bahkan tidak menemuinya lagi untuk sekedar berpamitan atau mengucapkan salam perpisahan. Namun, apa yang lebih menyakitkannya adalah bahwa Izzy pergi bersama Jenkins.

Nathaniel telah berharap banyak, bahkan mungkin terlalu banyak, pada Izzy. Ia pikir, gadis itu berbeda. Ia pikir, karena Izzy tidak jatuh cinta padanya seperti wanita kebanyakan, maka Izzy akan lebih mudah menerima kebenaran tentang dirinya.

Setidaknya, jika Izzy tidak mencintainya, mereka masih bisa menjadi teman, dan Nathaniel bisa tetap berpura-pura sedang menyelesaikan misinya.

Akan tetapi, gadis itu bahkan langsung melenggang pergi tanpa meninggalkan pesan apapun untuknya. Izzy benar-benar tidak membuang waktu setelah matahari pertama muncul, dan langsung angkat kaki dari rumahnya.

Kaki Nathaniel terasa nyeri karena ia berdiri terlalu lama di balik jendela untuk menatap kepergian Izzy. Namun, ada yang jauh lebih terasa sakit daripada kakinya. Jantungnya berdenyut-denyut dengan kesakitan yang tidak pernah Nathaniel rasakan sebelumnya.Rasa sakit itu bahkan seribu kali lebih sakit daripada yang ia rasakan setiap kali mengingat Aniela.

Kenapa ia harus merasakan hal ini kepada Izzy? Kenapa ia tidak bisa menjadi malaikat yang hanya mencintai dirinya sendiri seperti dulu? Ia sudah tahu jika cinta bukan sesuatu yang menyenangkan, tetapi kenapa ia harus jatuh cinta pada Izzy?

Nathaniel tidak pernah menangis sebelumnya, tidak dalam seumur hidupnya panjang baik sebagai malaikat maupun manusia. Namun, kali ini desakan untuk mengeluarkan air mata terasa begitu menyesakkan. Dadanya begitu sakit menahan semua ini.

Beruntung suara ketukan terdengar dari luar kamarnya, sehingga keinginan untuk menangis itu kembali ia usir jauh-jauh darinya.

Dengan tertatih-tatih, Nathaniel menyingkir dari jendela untuk kembali ke tempat tidurnya. Itu pasti Thomas yang ingin mengabarkan bahwa Izzy sudah pergi.

"Masuk," kata Nathaniel ketika ia sudah kembali duduk di atas ranjangnya yang besar.

Sesuai dugaannya, Thomas masuk ke kamar. Wajah pria itu tampak sama muramnya seperti biasa.

"Miss Winter sudah pergi bersama Sir Jenkins beberapa menit yang lalu, Sir," lapornya dengan suara resmi khas kepala pelayan.

Nathaniel membuang muka, tidak ingin Thomas melihat kesakitan di wajahnya.

"Aku tahu," jawabnya dengan muram. "Seharusnya aku tidak mengakui siapa diriku yang sebenarnya. Ya kan?"

"Anda sudah melakukan hal yang benar, Sir."

Kali ini Nathaniel tertawa getir. Hal yang benar. Tentu saja bagi Thomas ini adalah hal yang benar. Keberadaan Izzy di rumah ini hanya akan membuat Nathaniel memikirkan pilihan-pilihan hidup yang dulu diambil Thomas, dan ia tahu, pria itu tidak ingin Nathaniel mengambil jalan hidup yang sama dengannya.

"Gadis itu mungkin akan menjadi semakin dekat sekarang dengan Sir Jenkins, dan itu berarti misi Anda akan segera berhasil."

Nathaniel bahkan tidak peduli lagi kepada misinya. Apa gunanya hidup abadi di Eyden jika ia tahu hatinya telah menjadi milik Izzy di sini?

Sekarang ini, Nathaniel bahkan tidak bisa lagi membedakan apa yang benar dan yang salah. Satu yang pasti ia tahu adalah bahwa hatinya sangat sakit dengan kepergian Izzy, dan juga bahwa gadis itu tidak bisa menerima fakta ia adalah seorang malaikat.

"Anda akan bisa mendapatkan kekuatan Anda lagi, jika Anda bersikap rela dengan semua ini."

Kali ini Nathaniel memandang Thomas. "Apa maksudmu?"

"Ketika misi Anda mendekati berhasil, Anda akan bisa menyembuhkan diri dengan mudah seperti dulu lagi. Anda akan kembali merasa lebih bugar, dan tidak memerlukan banyak istirahat seperti sebelumnya. Ketika Sir Jenkins benar-benar telah membalas perasaan Miss Winter padanya, kekuatan Anda akan kembali sepenuhnya. Anda bisa melakukan apapun yang tidak mungkin bagi manusia biasa, dan Anda akan mendapatkan sayap Anda yang indah kembali."

Thomas terdengar begitu senang dengan bayangan itu. Bayangan melihat Nathaniel menjadi malaikat lagi sepenuhnya. Akan tetapi, tidak dengan Nathaniel. Ia justru merasa kesal karena itu berarti, Izzy akan semakin jauh dari gapaiannya.

"Dalam beberapa hari ini," pria itu menggeleng, " dalam beberapa jam, saya yakinkan Anda akan bisa berjalan normal lagi seperti biasa. Sir Jenkins tampak begitu senang melihat Miss Winter tadi. Pria itu akan dimabuk kepayang sebentar lagi."

Tangan Nathaniel terkepal. Rasanya ia ingin memukul sesuatu, atau Thomas, sekarang juga.

"Keluar dari kamarku, Thomas. Hari ini aku tidak ingin diganggu siapapun."

"Tapi, Sir, Anda harus..."

"Sekarang!" bentaknya hingga membuat pria yang lebih tua itu membungkuk hormat sebelum berlalu dari kamarnya.

Kamar itu terasa dingin tanpa kehadiran Izzy. Nathaniel memejamkan mata dan membayangkan hari-hari di mana Izzy selalu berada di sampingnya. Rasanya, itu adalah waktu terbaik bagi Nathaniel semenjak dirinya menjadi manusia.

Biasanya, di jam seperti ini, Izzy akan menghambur masuk ke kamarnya, memeriksa denyut nadinya, menanyakan apakah ia bermimpi buruk, lalu membantunya dengan segala urusan di kamar mandi.

Gadis itu bekerja dengan sangat baik, dan seorang perawat yang professional. Izzy tidak pernah menggodanya seperti para perempuan lain. Justru, seringnya, Nathaniel-lah yang ingin menggodanya.

Izzy memang tidak berdandan cantik lagi seperti dulu. Namun, setelah tahu betapa cantiknya Izzy di balik kacamata dan pakaian seragamnya, Nathaniel tidak bisa melupakan kecantikan gadis itu begitu saja. Izzy begitu sempurna. Jauh lebih sempurna daripada Aniela.

Suara garukan kasar di depan pintunya, membuat Nathaniel tersadar dari lamunannya. Ia menajamkan telinga saat mendengarkan garukan itu lagi, juga suara malas-malasan di baliknya, seakan sedang meminta untuk dibukakan pintu. Siapa itu?

Menyibak selimutnya, Nathaniel turun dari tempat tidur, dan berjalan pelan ke depan pintu. Ia menempelkan telinganya, mendengarkan lagi. Suara garukan itu terdengar lagi, kali ini diikuti geraman kesal dan tidak sabar khas...seekor kucing?

Saat Nathaniel membuka pintu, bulu gemuk berwarna putih itu melesat masuk ke kamarnya, dan mendongak, seraya mengeong memandang Nathaniel dengan mata hijaunya yang tajam. Kenapa Leo masih ada di sini?

Nathaniel sangat membenci kucing. Dan alasan utama ia memperbolehkan Leo dibawa kemari adalah karena gadis itu sangat mengkhawatirkan peliharaannya ini. Ia membolehkan Izzy membawa Leo kemari asal hewan itu dijauhkan darinya.

Namun, kali ini, Nathaniel harus benar-benar berterima kasih pada Leo karena hewan itu memilih kabur dari Izzy dan kembali padanya.

Nathaniel menunduk, menatap Leo yang masih mengeong itu, dan tersenyum tulus untuk pertama kalinya pada Leo. Izzy mungkin memilih untuk pergi dari rumahnya, tetapi Leo tidak. Dan jika Izzy menyadari kucingnya tidak ikut pulang bersamanya, maka, mau tidak mau, gadis itu akan kembali kemari. Dan saat itu terjadi, Nathaniel tidak akan melepaskan Izzy lagi.

The Cursed Angel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang