12.2 Detak Jantung

180 69 6
                                    

Izzy mengangguk gugup dan dengan cekatan membuka plastik yang membungkus tempat makanannya. Gadis itu selalu bekerja dengan cekatan dan tanpa mengeluh. Nathaniel merasa puas karena ia tidak salah memilih perawat.

Setidaknya, ada satu keuntungan dari ketidaktertarikan Izzy padanya. Gadis itu bisa fokus bekerja, dan merawatnya dengan sangat baik. Thomas mungkin sudah mengurusnya semenjak ratusan tahun lalu, tetapi, Nathaniel akui, seorang wanita nyatanya membuat segalanya terasa berbeda.

Tentu saja di rumahnya ada pelayan wanita yang jumlahnya sangat banyak, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang mengurusnya secara pribadi. Selama ini, hanya Thomas yang benar-benar mengurusnya, dan Thomas sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Izzy.

"Misi apa yang Anda katakan pada Sir Thomas tadi?" tanya Izzy sambil lalu meskipun gadis itu juga terdengar ingin tahu.

Nathaniel menelan ludah dengan kelu. Ia tidak mungkin mengatakannya pada Izzy sekarang.

"Itu...itu hanya urusan bisnis. Ada misi yang harus kuselesaikan dalam bisnisku demi mendapatkan keuntungan besar."

Izzy menatapnya dengan kepala yang dimiringkan, sebelum mengangguk-angguk seakan dirinya mengerti.

"Jadi, apa kau bersenang-senang hari ini?" tanya Nathaniel lagi untuk mengalihkan pembicaraan,setelah ia mengunyah makan malamnya yang tidak enak itu.

Ia tidak suka makanan rumah sakit, tetapi Izzy selalu memaksanya untuk menelan nasi yang terlalu lembek atau sayuran yang terlalu hambar itu.

"Y...ya...saya...saya menghabiskan waktu dengan Leo, sebelum bersenang-senang bersama teman saya."

"Temanmu?"

Izzy mengangguk. "Johanna. Dia perawat di UGD. Kami tinggal bersebelahan di apartemen."

"Biar kutebak, dia yang memaksamu merubah penampilanmu seperti ini?"

Izzy memandang dirinya sendiri sekilas, sebelum kembali tersenyum gugup pada Nathaniel.

"Se...sebenarnya, saya yang mengajak Jo melakukannya. Anda bilang...saya harus mencintai diri saya sendiri jadi..." ia mengangkat bahu, "...inilah yang saya lakukan. Setidaknya, saya benar-benar melakukan semuanya untuk diri saya sendiri hari ini."

Mata Izzy berseri-seri hingga, entah mengapa, membuat hati Nathaniel ikut menghangat karenanya. Ia tidak tahu apa sebabnya itu semua, dan ia tidak ingin bertanya lagi pada Thomas. Sudah jelas pria itu tidak menyukai Izzy, atau perasaan apapun yang mungkin dikembangkan oleh Nathaniel dalam dirinya.

Untuk saat ini, Nathaniel hanya ingin menikmatinya dan fokus pada misinya untuk membantu Izzy mendapatkan cintanya. Pemikiran itu, membuat Nathaniel menghela napas kesal. Kenapa ia merasa tidak rela?

"Ada apa, Sir? Anda baik-baik saja?"

Nathaniel kembali memandang Izzy sambil mengangguk muram. "Aku benci makanan ini. Tidak enak," dustanya dengan lancar.

Izzy tersenyum, dan lagi-lagi Nathaniel merasa bias. Sialan! Kenapa gadis ini terlihat berkali-kali lipat lebih cantik saat tersenyum? Dan kenapa Nathaniel tidak menyadari itu sebelumnya?

"Saya membawa casserole yang sangat lezat. Anda mau mencicipinya?"

Nathaniel memandang Izzy dengan memohon. "Please, beri aku makanan yang layak malam ini."

Izzy bangkit dengan gesit, meraih tas yang dibawanya tadi dan mengeluarkan kotak makan. Sejak gadis itu bergerak, Nathaniel tidak mengalihkan pandangannya sedetik pun dari Izzy. Ketika gadis itu melangkah ke dapur mini untuk menghangatkan makanannya di microwave, ketika ia membuka lemari dan mengambil piring, atau ketika Izzy menoleh padanya dan tersenyum.

Ruangan ini terasa lebih hangat dan menyenangkan hanya dengan keberadaan Izzy di sini. Begitu jauh berbeda dengan dua belas jam terakhir ini. Jika rasanya semenyebalkan itu ketika Izzy pergi, Nathaniel tidak akan memberikan libur lagi pada gadis itu.

Izzy kembali mendekat padanya dengan piring beraroma harum. Perut Nathaniel bersorak dengan berisik kala hidungnya mencium aroma lezat itu, dan ia benar-benar tidak bisa menahan erangan saat casserole yang lezat itu berada di dalam mulutnya.

"Seharusnya kau membawakan aku makanan selezat ini setiap hari."

Izzy mengangkat alis. "Anda lupa saya baru diberikan libur hari ini?"

"Ya, dan itu akan menjadi libur pertama dan terakhirmu."

"Sir!" seru Izzy sambil melotot galak hingga membuat Nathaniel terkekeh. Izzy terlihat semakin menggemaskan saat mencoba terlihat marah seperti ini.

"Aku tidak akan mengijinkanmu libur lagi. Kau menyalahgunakan kepercayaanku."

"Oh, seandainya Anda tahu, salon sangat ramai di hari Minggu, begitu juga dengan pusat perbelanjaan dan kereta yang begitu berdesak-desakan. Rasanya semua orang di kota keluar hari ini."

Mata Nathaniel menyipit curiga mendengar nada berlebihan yang digunakan gadis itu. "Aku tahu kau berbohong, Iz."

Izzy terkikik hingga membuat Nathaniel ikut tersenyum. Hanya melihat gadis itu terkikik, membuat Nathaniel merasa begitu bahagia.

Pintu diketuk pelan dan terbuka sebelum Izzy bangkit untuk membukanya. Mereka berdua menoleh. Sosok Jenkins berdiri di depan pintu.

Namun, tidak seperti biasa, pria itu menatap Izzy dengan terpaku selama beberapa detik sebelum ia membuka mulut dan berbisik, "Izzy," dengan begitu lembut.

Detik di mana Jenkins membisikkan nama itu, Nathaniel dipenuhi rasa tidak suka yang kental dan kemarahan membara karena Jenkins langsung mengenali Izzy yang cantik.

Nathaniel tahu, tanpa diragukan lagi, ia merasa cemburu, sangat cemburu, dan keinginannya untuk menjodohkan mereka berdua menguap begitu saja. Hilang tanpa bekas. Tidak, ia tidak akan menyatukan Izzy dan Jenkins. Nathaniel tidak bisa melakukan itu. Tidak bisa. Ia ingin memiliki Izzy untuk dirinya sendiri.

The Cursed Angel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang