Izzy mengamati Sir Oxley yang tertidur lelap, sebelum ia membetulkan selimut pria itu dan berjingkat-jingkat keluar dari kamar setelah mematikan lampu.
Sir Oxley, bukan, Nathaniel. Pria itu tidak mau lagi dipanggil Sir Oxley seakan dirinya adalah pria tua yang kaku dan angkuh. Ia menginginkan Izzy memanggilnya Nathaniel, seperti mereka berdua adalah seorang teman.
Teman. Itu mungkin agak terlalu berlebihan, tetapi Izzy tahu bahwa tidak ada gunanya mendebat pria itu. Jadi, ya, ia menuruti permintaan pria itu untuk memanggilnya Nathaniel meskipun mereka sama sekali bukan teman.
Walaupun menikmati kebersamaannya dengan Nathaniel, Izzy sadar bahwa kedudukannya di rumah ini hanyalah sebagai perawat pria itu. Tidak lama lagi, Nathaniel akan sembuh dan menyuruhnya pergi dari rumah ini. Ia tahu itu.
Sudah hampir satu bulan Izzy tinggal bersama Nathaniel, dan selama kurun waktu itu, hanya dua kali ia pulang ke apartemennya. Pertama untuk mengambil pakaian dan lebih banyak perlengkapannya, selain pamit pada Johanna dan penghuni lain. Dan kedua, ketika ia mengambil Leo. Ia merindukan kucing itu, dan meskipun Nathaniel benci kucing, pria itu mengijinkan Izzy membawa Leo ke rumah ini.
Dengan syarat, ia diantar oleh supir Nathaniel. Pria itu tidak mau ia pulang sendirian karena takut Izzy akan terlambat seperti dulu. Atau bahkan tidak kembali.
Kadang, Izzy berpikir jika ketergantungan Nathaniel padanya agak membahayakan. Bukan berarti Nathaniel menyukainya atau apa.
Hah! Itu jelas tidak akan terjadi dalam satu juta tahun sekalipun. Ia, Isobel Winter yang berpenampilan biasa-biasa saja, jelas tidak akan membuat pria menyukainya. Walaupun, yah...bisa dikatakan, sekarang Prince lebih sering menghubunginya sejak malam itu.
Oke, ini bukan tentang Prince meskipun jelas ia bahagia pria itu hampir seperti Prince yang dikenalnya dulu. Hampir.
Kadang, Izzy bertanya-tanya apakah perubahan penampilannya saat itu yang membuat sikap Prince berubah? Apa karena ia pernah terlihat cantik dan seperti Izzy yang dulu, yang membuat Prince seperti itu? Hingga saat ini, Izzy belum menemukan jawaban untuk pertanyaan itu karena ia belum bertemu Prince lagi setelah itu. Setelah ia kembali seperti Izzy yang muram dan tidak berdandan.
Pria itu beberapa kali mengajaknya bertemu untuk sekedar makan siang atau makan malam. Akan tetapi, lagi-lagi, Nathaniel tidak memberinya ijin untuk keluar rumah selain ke rumahnya sendiri. Itupun, Nathaniel terus menerus meneleponnya dan memintanya untuk cepat kembali.
Kadang, Izzy merasa seperti sedang mengasuh seorang anak kecil dan bukannya pria dewasa jika sikap manja Nathaniel muncul. Pria dewasa yang tampan, seksi, dan begitu kaya raya. Entah seberapa kaya orang tua Nathaniel dulu hingga mewariskan semua kemewahan ini pada Nathaniel.
Izzy mendorong pintu ganda besar di sebelah kamar Nathaniel. Itu adalah perpustakaan pribadi milik Nathaniel, dan setiap kali memasukinya, Izzy selalu merasa lebih bahagia. Jika ada satu dari beberapa hal yang membuat Izzy betah tinggal di sini, itu adalah perpustakaan super lengkap ini.
Mulai dari sastra kuno, buku novel abad ke tujuh belas cetakan pertama, dan buku-buku lain, semua ada di perpustakaan Nathaniel. Rasanya seakan Nathaniel mengumpulkan itu semua sejak beratus-ratus tahun lalu.
Sambil menyamankan posisi duduknya di sofa besar yang sering sekali ia duduki, Izzy membuka novel terakhir yang belum selesai ia baca. Novel itu masih ada di meja rendah depan sofa seperti terakhir kali Izzy meninggalkannya.
Dulu, di rumah keluarganya, ayahnya juga memiliki perpustakaan pribadi. Walaupun tidak sebesar yang dimiliki Nathaniel, buku-buku di sana juga sangat lengkap. Mereka bertiga suka sekali membaca, terutama Dad.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Angel (TAMAT)
General FictionVERSI LENGKAP SUDAH TERSEDIA DI KARYAKARSA Nathaniel dikutuk menjadi manusia dan diusir dari Eyden, tempat tinggal para malaikat, karena kesalahan fatal yang tidak bisa dimaafkan. Sang ayah memberinya 'tugas' sebagai syarat agar dirinya bisa kembali...