Bab 1A

1.8K 183 4
                                    

Happy reading, semoga suka.

Di Karyakarsa, sudah update sampai bab 5 ya.

Di Karyakarsa, sudah update sampai bab 5 ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

____________________________________________________________________

George menatap Lord Whitlock dari seberang meja kerja pria itu. Ia tahu kalau ia sudah membuat segalanya berantakan ketika pria itu menangkap basah dirinya mencoba mencuri uang dari kotak penyimpanan barang berharga pria itu. Sekali ini, tidak akan ada yang bisa menyelamatkan dirinya.

Sial!

Tapi ia tidak bisa membiarkan pria itu menghancurkan segalanya begitu saja. Ia tidak bisa membiarkan semua usaha dan kerja kerasnya hancur berantakan dalam sedetik. George harus melakukan sesuatu, setidaknya untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Ia bekerja pada pria itu selama dua tahun, melakukan semua tugas dan urusan serta tetek bengek pria itu, mengikutinya ke mana-mana dan menundukkan kepalanya setiap kali dia berbicara dan memberi perintah, menyanjung dan memuji pria itu di depannya ini hingga mulutnya berbuih, bagaimana bisa setelah semuanya, ia membiarkan pria itu menjatuhkannya semudah dia menjentikkan jari-jarinya.

"George, kau tahu aku harus menegakkan keadilan, bukan? Kau kedapatan mencuri di dalam kastilku, tuanmu sendiri, maka sudah menjadi kewajibanku untuk memutuskan hukumanmu. Ada yang ingin kau katakan sebelum aku menjatuhkan hukuman untukmu, memandang kau cukup setia selama dua tahun ini."

Bangsawan angkuh itu berbicara dengan pelan dan tenang, sama sekali tidak ada emosi maupun simpati dalam nada suaranya dan George tahu kalau Lord Whitlock sama sekali tidak peduli akan nasibnya. Ia setia menurut pria itu? George tahu kalau Lord Whitlock hanya sedang mengejeknya. Jika dia memang berpikir bahwa ia setia dan tindakan tadi hanya kekhilafan George semata, dia akan memaafkannya.

Tapi setidaknya pria itu memberi George kesempatan untuk berbicara dan menjelaskan, ia harus memanfaatkannya untuk menyelamatkan dirinya dari masalah ini.

George meremas kedua tangannya pada kedua sisi topi yang ada di genggamannya untuk mengendalikan rasa cemas dan takutnya. Ia memajukan tubuhnya dari kursi yang sedang didudukinya dan membuat wajahnya tampak sememelas mungkin.

"Aku mohon, My Lord. Aku terpaksa melakukannya."

"Oh?" Alis hitam angkuh itu terangkat menatapnya. "Terpaksa? Maksudmu aku tidak cukup menggajimu?"

George langsung menggeleng cepat. "Tidak, tidak, bukan itu maksudku. Aku... aku hanya membutuhkan lebih banyak uang, My Lord. Untuk anak perempuanku. Dia akan debut musim ini dan membutuhkan pakaian-pakaian baru dan juga sepatu baru, pita-pita, perhiasan, aksesoris serta... Anda tahu, semua perlengkapan seorang gadis dan itu tidak murah. Aku sudah sangat berhemat dan menyisihkan sebagian besar gajiku tapi tetap saja semua itu tidak mencukupi. Bagaimana dia bisa mendapatkan calon suami yang layak jika aku tidak bisa memenuhi kebutuhannya untuk debut? Aku sama sekali tidak peduli dengan diriku, tapi aku dan istriku sangat berharap anak kami bisa mendapatkan calon suami yang bisa memberikannya hidup yang lebih baik. Aku... aku melakukan semua ini demi kasih sayangku pada putriku, My Lord. Aku ingin dia memiliki hidup yang lebih layak dari yang bisa kuberikan."

George percaya dia melakukannya dengan sangat baik. Ia tampak begitu bersungguh-sungguh. Tubuhnya condong ke depan dan wajahnya menampakkan kesedihan yang begitu kentara, ia yakin akan hal itu. Ia juga yakin kalau bangsawan angkuh ini mulai melunak, George bisa tahu dari tatapan pria itu. Ia sudah membuat alasan yang sangat tepat, pria itu akan mengasihaninya. Ya, tentu saja George akan kehilangan pekerjaan, ia juga pasti tidak akan mendapatkan surat rekomendasi, tapi itu bukan akhir dari segalanya. Yang penting, ia bisa lepas dari masalah ini dengan konsekuensi paling minimal – dipecat. Dan putrinya tetap bisa debut musim ini.

Archibald Whitlock merasa geli ketika menatap ekspresi pria itu. Apakah George Elrod benar-benar berharap kalau ia akan memaafkan pria itu begitu saja hanya karena George mengaku bahwa dia melakukannya untuk putrinya?

Ia masih menatap pria yang masih duduk di hadapannya dengan raut wajah seolah dia adalah pria paling menyedihkan di dunia dan Archibald menahan diri untuk tidak mendengus. Jujur saja, ia tidak pernah menyukai George Elrod. Oh ya, ia masih mempertahankan pria itu karena dia seorang pekerja yang baik. Tapi di samping kelebihan tersebut, sebenarnya Archibald tidak menyukai sifat George. Pria itu tampak terang-terangan menjilatnya. Selalu menunduk berlebihan jika berada di hadapannya, berbicara dengan nada yang terlalu sopan dan dibuat-buat, segala hal tentang pria itu tampak tidak tulus di mata Archibald. Tapi bukan hanya itu, ia juga sebenarnya sudah mencurigai pria itu. Sejak ia menyadari bahwa ada sejumlah uang yang selalu hilang dan pembukuannya tampak cukup mencurigakan, Archibald mulai mengawasi George.

Mencuri adalah tindakan yang sudah cukup buruk bagi Archibald tapi ia tidak percaya kalau George berpikir bahwa ia akan bersimpati karena pria itu mencuri demi anaknya? Demi seorang gadis? George ingin berkata bahwa dia mencuri supaya putrinya bisa masuk ke kalangan sosial yang lebih tinggi dan menggoda pria-pria malang lalu menjebak salah satu dari mereka agar menikahinya dan memberinya kehidupan mewah? That is disgusting. Bukankah itu sama saja dengan menyebut bahwa putrinya ingin melacurkan dirinya pada pria-pria kaya?

Jadi begitu. Jadi putri pria itu berpikir dia bisa memanipulasi pria kaya yang menginginkannya dan menjebak pria malang itu untuk menikahinya sehingga dia bisa hidup dalam kemewahan? Jalan pintas untuk hidup bergelimang harta, huh? Baik, Archibald akan memberi pelajaran pada George Elrod dan putri angkuhnya itu.

Sold to The Devil - a dark romanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang