Bab 20

754 145 2
                                    

Happy reading, semoga suka.

Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.

Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

__________________________________________________________________

Archibald mendatangi istal untuk membawa kudanya bersama sebelum ia pergi mencari Florence. Ia sudah membuat rencana, bahkan Archibald membawa makan siang mereka bersamanya. Tidak sulit untuk menemukan gadis itu. Tidak lama, ia sudah mendapati gadis itu yang sedang berdiri di tepi danau. Archibald diam sesaat, menatap gadis itu sejenak dari kejauhan. Bahkan dari jarak yang membentang di antara mereka, kecantikan Florence tidak berkurang sedikitpun. Gadis itu bahkan tampak lebih memukau, lebih hidup dan lebih bersemangat di bawah sinar matahari daripada ketika dia terkurung di dalam kamar gelap dan sempit itu.

Dengan pelan, ia kemudian menunggangi kudanya dan mendekati Florence dari belakang. Saat mendengar langkah pelan kaki kuda Archibald, gadis itu tiba-tiba menoleh. Sesaat mereka bergeming, saling menatap dalam rasa kejut. Archibald – karena ia tidak menyangka bahwa gadis itu bisa mempengaruhinya dengan cara seperti ini. Sementara Florence terkejut karena pria itu menemukannya di sini. Archibald cukup kecewa karena alih-alih tersenyum senang melihatnya, ia tahu Florence berharap tidak bertemu dengannya di sini.

Archibald menunduk menatap Florence lebih dekat. Ia tahu kalau gadis itu berharap ia segera pergi, tapi Florence harus belajar bahwa ketika berada di sini, Archibald-lah yang memegang semua kendali. Ia lalu mengulurkan tangannya pada gadis itu.

"Ulurkan tanganmu dan aku akan membiarkanmu duduk di depanku. Kita bisa pergi berkuda."

Itu bukan penawaran, tapi perintah dan Archibald tahu bahwa Florence cukup cerdas untuk tidak membantahnya. Walaupun seluruh tubuh gadis itu menunjukkan penolakan, tapi dia tetap mengulurkan tangannya dan membiarkan Archibald setengah mengangkatnya ke atas punggung kuda. Ia bisa merasakan tubuh gadis itu menegang saat Archibald menekankan dirinya dan setengah memeluk gadis itu ketika ia menarik tali kekang kuda. Archibald tidak berbicara selama beberapa saat ketika mengarahkan kudanya melangkah pelan di sekeliling danau.

Florence begitu tegang ketakutan dan ia berharap ia tidak menangis. Ia mencoba menenangkan kepanikan yang timbul dalam dirinya karena ia jelas tahu alasan mengapa pria itu berada di sini. Sejauh yang Florence tahu, keberadaannya di sini hanya memiliki satu tujuan dan tidak ada gunanya menolak kenyataan tersebut, hanya saja Florence tetap ketakutan memikirkan harus melayani pria itu lagi secepat ini.

Tapi pikirannya buyar ketika ia merasakan sentuhan lengan pria itu di dadanya. Tanpa daya, ia merasakan puncak dadanya mengeras dan perutnya ikut mengetat. Ia menunduk untuk melihat apakah pria itu melakukannya dengan sengaja tapi sepertinya pria itu tidak menyadarinya. Tangan pria itu masih memegang tali kekang kuda, menarik dan menyentak untuk mengontrol langkah kudanya. Florence menggerakkan tubuhnya, ia isa merasakan tubuh bawahnya melembap juga perasaan aneh yang memenuhinya. Oh Lord...

"Relax, jika kau terus bergerak-gerak, kau akan terjatuh dari kuda."

Florence mungkin berpikir kalau Archibald tidak sadar tapi Archibald menyimpan senyum kecilnya. Ia tahu kalau gadis itu masih tidak nyaman dengannya tapi ia senang mendapati bagaimana tubuh gadis itu meresponnya. Archibald menyukai bagaimana puncak-puncak dada gadis itu menegang ketika lengannya menyapu dada gadis itu. Ini terasa seperti siksaan manis bagi Archibald, berusaha menahan dirinya selama mungkin hanya untuk memenangkan gadis itu. Tapi sepadan, demi mendapatkan tubuh yang responsif daripada tubuh yang melawannya.

Tapi jika Archibald ingin bisa menahan dirinya lebih lama, maka lebih bijak jika ia menjaga sedikit jarak di antara mereka. Ia menjauhkan dirinya dari gadis itu dan terus berkuda sambil memperlihatkan pemandangan di sekitar kastil.

"Aku harap kau mau mengobrol denganku, Florence, tapi aku tidak akan memaksamu. Di samping itu, aku bisa membaca pikiranmu dengan jelas. Ekspresi matamu tadi sudah mengatakan segalanya. Biar kuperjelas, aku tidak pernah bermaksud menyetubuhimu di tepi danau atau di manapun di sini. Ketika aku menginginkannya nanti, aku akan memberitahumu. Dan tentu saja, itu akan terjadi di ranjangku."

Florence tidak mengatakan apapun, tapi gadis itu juga tidak lagi setegang tadi. Saat mereka turun dari kuda untuk menikmati makan siang di tepi danau, gadis itu juga tampak lebih tenang. Dia bahkan menghabiskan semua makanannya dan itu tentu saja membuat Archibald senang.

Saat mereka kemudian kembali ke kastil dan Archibald membantunya turun dari kuda, ia kemudian meraih gadis itu dan menatap ke dalam matanya.

"Florence, aku menginginkanmu malam ini. Saat kita masuk ke dalam kastil, aku akan meminta pelayan menyediakan makan malam di dalam kamarku dan juga air mandi hangat untuk kita berdua. Aku tahu kau tidak benar-benar mengharapkannya tapi selama kau rileks, percayalah, kau akan menikmatinya."

Florence tidak tahu harus bagaimana menanggapi perkataan pria itu. Ia hanya bisa mengangguk sambil berharap wajahnya tidak merah padam. Saat ketika mereka akhirnya berada di dalam kamar pria itu, dengan makanan yang telah diantarkan, juga air mandi hangat, pria itu tanpa ragu mulai melepaskan pakaiannya. Sementara Florence hanya berdiri diam di tengah kamar sambil menatap pria itu. Ia tidak akan menampik bahwa Lord Whitlock adalah pria yang sangat indah dan jantan. Kedua bahunya lebar dan kekar, dadanya juga bidang, perut pria itu rata dan terlihat kuat dan setiap bagian tubuhnya dipenuhi otot-otot yang kencang. Tapi yang membuat Florence sedikit gentar adalah kejantanan pria itu yang menggantung kokoh di antara kedua kaki cokelatnya. Ia mereguk ludah, berusaha untuk tidak panik.

Ya, ia tahu kalau beberapa hari terakhir ini, Lord Whitlock telah memperlakukannya dengan baik. Pria itu tidak mencoba memaksa atau melakukan apapun dan bahkan menjaga dan merawatnya ketika ia terluka. Tapi pertemuan pertama mereka telah membuat Florence begitu trauma. Bagaimana kalau pria itu kembali menyakitinya? Bagaimana jika dia melukai Florence ketika berusaha memasuki tubuhnya? Rasanya pasti akan sangat sakit. Florence akan...

"Apa yang kau lakukan?" tanya Archibald saat melihat Florence yang masih termenung sambil memegang sabun dan kain di tangan. "Aku tidak membutuhkanmu untuk membersihkan tubuhku. Aku ingin kau bergabung denganku. Lepaskan pakaianmu dan bergabunglah bersamaku, Florence."

Sold to The Devil - a dark romanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang