Bab 21

722 138 2
                                    

Mature Scene 21+

Full version Sold to The Devil telah tersedia di Playstore dan Karyakarsa

You can ready my new ongoing novel too di Karyakarsa.

You can ready my new ongoing novel too di Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

____________________________________________________________________________

Lepaskan pakaianmu dan bergabunglah bersamaku, Florence.

Mendengar perkataan pria itu, Florence langsung menepikan sabun dan kain basah yang dipegangnya, lalu ia dengan cepat melepaskan pakaiannya dan bergegas masuk ke dalam bak. Florence begitu malu dan gugup sehingga ia memilih duduk membelakangi pria itu tapi bangsawan itu menarik Florence agar punggungnya merapat pada dada keras tersebut.

"Florence yang polos, kau tidak tahu kalau sikap malu-malumu ini malah membuatmu tampak dua kali lebih menggoda buatku. Dan itu hanya membuatku semakin bergairah."

Florence dengan cepat menggelengkan kepalanya sementara wajahnya terasa memanas.

Lalu pria itu dengan lembut menolehkan wajah Florence agar dia bisa menatapnya. "Aku tahu kita memiliki beberapa halangan yang harus kita singkirkan, Florence. Dan halangan pertama yang harus kita singkirkan adalah rasa takutmu. Aku tahu kalau kau takut padaku dan itu membuatku sedih. Tapi kau harus tahu kalau kau merasa takut pada sesuatu yang belum kau ketahui dan di saat kau mulai mengenalku, kau akan bisa menyingkirkan rasa takut itu dari dirimu."

Florence merasa ia agak sulit mempercayai ucapan pria itu tapi memilih untuk tidak mengatakan apapun.

Pria itu masih meneruskan ucapannya.

"Aku tahu kalau kau takut pada tubuhku, karena ukuran tubuhku yang jauh lebih besar dan lebih kuat darimu. Jadi, aku punya penawaran untukmu. Aku akan meletakkan tangan-tanganku di sini, di pinggiran bak agar kau bisa dengan bebas mengeksplorasi tubuhku. Kau akan melihat bahwa walaupun tubuh kita berbeda, tapi sebenarnya kita tidak begitu berbeda. Aku sangat bergairah sekarang, Flo, tapi aku akan mengendalikan diriku sendiri. Aku akan memintamu untuk berhenti jika kendali diriku mulai lepas, apakah itu kedengarannya cocok untukmu?"

Florence kembali menganggukkan kepalanya dan kini ia melihat pria itu meletakkan kedua tangannya di pinggiran bak. Sebenarnya Florence tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Apakah ia harus menatap pria itu? Apakah memang seorang wanita harus menatap seorang pria untuk membuatnya terangsang dan bergairah sehingga pria itu kehilangan kontrol? Bukankah itu agak sedikit aneh dan tidak biasa?

Pikiran Florence teralihkan saat ia mendengar Lord Whitlock terkekeh pelan tapi kali ini kedua mata pria itu menggelap bukan oleh amarah, tapi oleh rasa geli, oleh rasa senang dan sesuatu yang lebih dalam yang membuat tubuh Florence bergetar tanpa sebab.

"Ayo, lakukanlah, jangan ragu-ragu. Aku tidak akan menggigitmu, oke? Kau bebas menyentuhku, tidak ada tempat yang tidak boleh kau sentuh. Aku bersungguh-sungguh, Flo, aku ingin kau mengenalku dan tubuhku seperti aku ingin mengenalmu dan tubuhmu."

Florence cukup terkejut karena pria itu ingin ia menyentuhnya. Agak ragu, ia menjulurkan tangannya lalu mulai mengelus alis pria itu lalu turun ke pelipisnya kemudian mengelus pelan sisi wajah pria itu. Napasnya terkesiap sesaat ketika Lord Whitlock tiba-tiba menggerakkan kepalanya lalu mencium telapak Florence. Ia kemudian menjulurkan tangannya yang lain dan dengan keduanya, ia memijat pelan bahu kokoh pria itu. Keduanya sangat kencang dan kuat, otot-ototnya terasa bergerak di bawah tekanan telapak Florence. Penasaran, Florence meneruskan penjelajahannya dan jari-jarinya bergerak turun ke lengan pria itu.

Setelah puas, tangan Florence lalu bergerak ke dada pria itu. Ada rambut-rambut yang tumbuh di dada lebar itu, seperti jenis rambut yang ia miliki di bawah sana. Tapi rasanya lembut dan Florence menyukai rasa yang ditimbulkan ketika telapaknya mengusap dada berbulu itu. Jari-jarinya lalu menemukan kedua puting milik pria itu dan ia menyentuh dengan penasaran. Kedua puting itu juga menegak seperti miliknya dan tiba-tiba Florence merasakan keinginan untuk mendekatkan wajahnya dan menjilat salah satunya. Saat ia menundukkan dirinya, ia tiba-tiba tersadar dan buru-buru kembali menjauhkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, Florence. Sudah kukatakan kalau kau bebas menyentuh di manapun dan dengan cara apapun. Kau boleh menggunakan tanganmu, mulutmu, lidahmu, sebebasnya. Lakukanlah, kau penasaran, bukan?"

Florence lalu kembali menundukkan wajahnya dan kemudian menjilat salah satu puting pria itu dengan ujung lidahnya. Rasa Lord Whitlock unik, sedikit asin dengan cita rasa yang membuat darah Florence menderu pelan dan ia memutuskan bahwa ia menyukainya. Jari-jari Florence turun semakin ke bawah, menyentuh perut pria itu dan kemudian menggoda pusarnya.

Archibald menatap gadis itu sambil tersenyum, senang mengetahui bahwa gadis itu mulai merasa nyaman dan kini menurunkan kewaspadaannya.

Saat mencapai perut bawah pria itu, Florence berhenti sejenak. Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap Archibald ragu.

"Lanjutkan," ujar Archibald.

Gadis itu menurutinya. Dia menyentuhkan tangannya di sana dan menyapu ketegangan Archibald yang berdenyut keras. Lalu tiba-tiba gadis itu menarik tangannya kembali, wajahnya tetap menunduk, tak berani menatap Archibald.

Ia menunggu. Archibald menunggu sambil menahan napasnya untuk melihat apa yang akan dilakukan gadis itu selanjutnya. Jika Florence menolaknya, ia pasti akan berakhir dengan memaksa gadis itu lagi karena Archibald sudah tidak mampu menampung gairahnya. Ia tidak ingin melakukannya, tidak ingin menakuti Florence lagi, jadi ia berharap, berdoa agar gadis itu meneruskan sentuhannya.

Sold to The Devil - a dark romanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang