Mature Scene 21+
Happy reading, semoga suka
...
Florence sempat ragu sejenak. Tapi ia tahu kalau pria itu tidak akan senang jika ia sampai berhenti dan bila itu sampai terjadi, Florence pasti akan menderita. Jadi, ia tidak boleh membuat pria itu marah. Keinginannya untuk tidak memancing amarah pria itu, ditambah juga dengan rasa penasarannya sendiri, membuat Florence meneruskan kembali sentuhannya.
Ujung pria itu terasa sangat lembut, seperti bola kapas, pikir Florence. Tapi ia tahu ketika berada di dalam dirinya, benda itu sama sekali tidaklah lembut, malah sebaliknya. Ia menyentuhkan satu jemarinya di sana, mengusap lalu mulai membungkusnya dan membuat Lord Whitlock tersentak. Terkejut, Florence langsung menarik tangannya menjauh. Ia lalu menatap pria itu ketakutan, berpikir bahwa ia pasti telah menyakiti sang bangsawan dan pria itu pasti akan menghukumnya lagi.
"Tidak apa-apa, Florence, tidak apa-apa. Maafkan aku atas reaksiku, tapi aku benar-benar sensitif di bawah sana. Tapi kau sama sekali tidak menyakitiku, oke? Kau boleh melanjutkan, jika kau menginginkannya," ucap pria itu dengan lembut.
Florence menatap pria itu untuk sesaat, mencoba memastikan apakah pria itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya ataukah tidak. Saat pria itu kembali menyandarkan dirinya pada dinding bak dan mengembalikan posisi tangannya semula, Florence memutuskan untuk melanjutkan. Ia memang sangat penasaran dengan pria itu dan mungkin saja setelah ini, ia tidak akan memperoleh lagi kesempatan yang sama. Siapa yang tahu seperti apa pria itu akan memperlakukannya nanti hingga beberapa tahun ke depan, merusak tubuh dan juga jiwanya hingga bahkan mungkin ia tidak akan lagi memiliki kesempatan untuk menikah dan memiliki seorang suami di masa hadapan, jadi sebaiknya Florence menggunakan kesempatan ini untuk memuaskan rasa ingin tahunya akan lawan jenis.
Sekali lagi Florence menjulurkan tangannya dan membungkus pria itu dengan telapaknya. Saat mencapai ujung lainnya, ia meraih kedua bola itu dan meremas lembut. Saat melihat sesuatu yang menarik perhatiannya di ujung kepala yang keras itu, ia mendongak untuk menatap bangsawan itu lagi.
"Itu namanya pre-cum, supaya aku licin dan bisa lebih mudah memasukimu nanti."
Florence mengerjap, menatap ke bawah sekali lagi sebelum kembali menatap pria itu. Melihat reaksinya, pria itu hanya mengeluarkan suara tawa kasar.
"Ayo, kau boleh merasakannya. Semua wanita berbeda-beda. Ada yang menyukainya, ada yang tidak. Kau tidak akan tahu jenis wanita seperti apa dirimu sampai kau merasakannya sendiri."
Florence lalu menunduk dan dengan penasaran, ia menjulurkan lidahnya untuk merasakan pria itu. Ia tidak tahu bahwa melihatnya seperti ini telah membuat kendali pria itu tergelincir semakin ke bawah. Ia bisa mendengar napas pria itu yang semakin kasar, bahkan mendengar pria itu memaki pelan.
"Oke, oke, hentikan, Flo, aku sudah berada di ujung kendali diriku." Pria itu kembali bernapas berat sebelum melanjutkan. "Maaf, aku seharusnya menghentikanmu lebih awal, tapi kau memberiku begitu banyak nikmat sehingga aku tidak ingin kau berhenti."
Florence hanya menatap pria itu tidak mengerti, mencoba memahami kata-kata yang diucapkan sang lord. Tapi kemudian pria itu menunjukkannya. Dia bergerak untuk meraih tangan Florence dan dengan lembut menempatkannya kembali ke kekerasannya. Lalu pria itu mulai mengarahkannya.
Saat ia tengah mengusap pria itu sambil menggoda kedua sisinya yang menggantung, ia kemudian menatap pria itu, mencoba mencari persetujuan dan Lord Whitlock menghentikan tangannya lagi. "Aku akan segera mencapai klimaks, apakah kau mengerti, Flo?"
Florence hanya menggeleng, menunggu pria itu memberi penjelasan.
"Kau ingat hari itu? Ketika kita berada di ranjangmu dan aku memeriksa luka di tubuhmu?"
Tentu saja Florence ingat. Jadi ia mengangguk pada pria itu.
"Kau ingat apa yang kulakukan padamu dan bagaimana rasanya?"
Bagaimana mungkin ia bisa lupa? Florence kembali merona lalu mengangguk lagi.
"Aku juga akan segera merasakannya tapi aku berbeda denganmu, ketika aku mencapai orgasme, benihku akan menyembur keluar dan aku tidak ingin kau terkejut ataupun takut, oke?"
Florence mengangguk kembali. Lalu tanpa aba-aba dari pria itu, tangannya kembali mengusap naik turun dan ia memusatkan perhatiannya pada bagian tersebut. Pinggul pria itu mulai menyesuaikan irama gerakan tangan Florence sementara kepala pria itu menekan sisi bak. Lalu saat pinggul pria itu bergerak lebih keras, ia melihat bagaimana pria itu meraih orgasmenya. Semburan pertama mengenai dada Florence, lalu yang kedua jatuh di atas perut pria itu dan sisanya jatuh di tangan Florence sementara ia masih terus mengusap. Ia terus melakukannya sampai pria itu memintanya untuk berhenti.
Setelah napas pria itu berubah teratur, mata mereka kembali bertemu dan pria itu menyunggingkan senyum lebar.
"Terima kasih, Florence. Kau membuatku merasa sangat luar biasa dan aku bangga padamu. Sekarang, aku akan membersihkanmu sebelum air ini menjadi dingin."
Dan setelah berkata seperti itu, Lord Whitlock meraihnya.
___
Full version tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
You can check my newest stories too di Karyakarsa, langsung tamat ya, tersedia paketnya juga Forced Fantasy Series. Khusus dewasa 21+
Luv,
Carmen
KAMU SEDANG MEMBACA
Sold to The Devil - a dark romance
Romance"Baiklah, aku mengerti, George. Dan aku bersimpati padamu, tapi bagaimanapun, hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja." Archibald melihat pria itu berdiri dan siap kembali memohon, merendah, menjilat, apapun itu demi mengubah pikiran Archibald, jad...