Bab 16

860 174 2
                                    

Happy reading, semoga suka.

Full version bisa didapatkan di Playstore dan Karyakarsa.

Full version bisa didapatkan di Playstore dan Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_________________________________________________________________________

Archibald menatap gadis cantik yang tengah tertidur di dalam bak mandi di tengah kamarnya itu. Rambut panjang gelapnya terurai cantik dan jatuh ke lantai di bawahnya dan kulitnya yang mulus serta putih tampak merona karena air hangat, juga karena hangat yang dihasilkan oleh api di perapian. Sepertinya Martha takut kalau gadis itu akan jatuh sakit, jadi dia membuat suhu di dalam kamar ini begitu hangat. Saat ia mendengar suara di ambang pintu, Archibald menoleh dan mendapati Martha berjalan masuk.

"Sudah berapa lama dia tertidur?" tanyanya langsung sebelum Martha sempat menyapanya.

"Oh, My Lord, maafkan aku, aku tidak tahu kalau Anda akan kembali secepat ini. Aku baru saja mengganti seprai tempat tidur Nona Florence. Dia sudah tertidur beberapa saat, dia kelihatannya tertidur sangat nyenyak dan damai, dan ruangan ini juga hangat, jadi aku membiarkannya."

Archibald mengangguk.

"Anda ingin aku membangunkannya sekarang?" tanya Martha kemudian.

"Tidak usah, biarkan saja," larang Archibald. "Aku akan menggendongnya keluar, tidak ada gunanya membangunkannya jika dia sudah tertidur. Florence tidak menyukai ramuan teh yang diberikan padanya, tapi kupikir dia bisa tidur nyenyak tanpa itu."

Setelah berkata seperti itu, Archibald lalu bergerak mendekati gadis itu dan kemudian dengan hati-hati menggendong Florence keluar dari dalam bak. Martha dengan cepat membawakan kain untuk menutupi tubuh gadis itu dan melindunginya dari dingin. Mereka kemudian membawa gadis itu ke dalam kamar dan dengan hati-hati Archibald membaringkannya di ranjang. Setelah itu, ia membantu Martha mengeringkan gadis itu dan bahkan membantunya mengenakan gaun kamisol agar Florence lebih nyaman dan hangat.

Saat Martha bertanya mengapa tubuh gadis itu dipenuhi lebam dengan ekspresi curiga di wajahnya, Archibald langsung membela diri. Ia tidak tahu, karena Florence menolak untuk berkata apapun.

Setelah Martha pergi, Archibald masih tinggal di dalam kamar gadis itu sambil menatap Florence yang sedang tertidur begitu lelap. Ia kini merasa bingung dengan perasaan yang dirasakannya untuk gadis itu. Apakah ia sedang bersimpati? Merasa kasihan? Merasa bersalah pada gadis itu? Tapi bagaimanapun, Florence tidak lebih dari seorang pelayan untuk Archibald. Ia membawa gadis itu ke kastil ini sebagai bentuk hukuman karena keluarga gadis itu telah bersikap sangat tamak. Oke, ia mungkin merasa bersalah karena telah memerawani gadis itu dengan begitu kasar dan menyakitkan tapi keperawanan Florence memang miliknya. Archibald berhak untuk itu, semua yang ada pada diri gadis itu adalah miliknya. Ke depannya, ia berjanji akan memperlakukan Florence dengan lebih lembut, tapi ia tidak akan membiarkan gadis itu terlalu mempengaruhinya.


Sold to The Devil - a dark romanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang