Bab 15

1.2K 177 5
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca versi full, silakan ke Karyakarsa/Playstore.

Yang mau baca versi full, silakan ke Karyakarsa/Playstore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

______________________________________________________________________________

Florence malu setengah mati ketika pelayan bernama Martha itu masuk.

"Permisi, My Lord, aku ke sini untuk melihat apakah Anda atau Nona Florence membutuhkan sesuatu? Anda lapar, Nona?"

Pria itu tidak mengatakan apapun dan keluar dari kamar meninggalkan mereka berdua. Sementara itu Florence masih berjuang mendapatkan kendali dirinya. Martha memang tidak mengatakan apa-apa, tapi ia yakin kalau wanita itu pasti memiliki asumsinya sendiri. Rasanya Florence ingin mati saja karena malu.

"Jadi, Anda ingin memakan sesuatu, Nona?" tanya pelayan itu lagi dengan suara ceria, sama sekali tidak tampak peduli bahwa dia mungkin sudah mengganggu sesuatu yang penting bagi majikannya atau bahwa Florence yang malang hanya ingin ditinggalkan sendirian. "Ketika kepala juru masak mendengar bahwa Anda terluka, dia berkata bahwa kau mungkin akan menyukai kaldu ayam. Kau suka? Aku bisa mengambilkannya untukmu."

Florence hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Ayolah, kau harus makan sesuatu. Kau tidak akan merasa lebih baik jika kau menolak memakan sesuatu. Aku tahu kalau sekarang kau berpikir bahwa segalanya terlihat buruk, tapi percayalah, semuanya akan baik-baik saja. Beri sedikit waktu bagi dirimu sendiri, dan semua akan baik-baik saja, Nona Florence."

Florence menatap wanita itu tak percaya. Semua akan baik-baik saja? Bagaimana caranya? Bagi Florence, semua tidak akan pernah baik-baik saja.

"Aku akan mengambilkan Anda makanan, tunggu sebentar."

Tak lama Martha telah kembali dengan nampan di tangan. Florence pasrah dan membiarkan wanita itu membantunya duduk lalu makan. Tapi setelah suapan pertama, Florence baru benar-benar sadar bahwa ternyata ia memang lapar. Sambil makan, ia mendengarkan Martha berceloteh.

"Lihat, aku benar, bukan? Anda pasti lapar. Habiskan semuanya agar Anda cepat pulih. Lalu aku akan memandikan Anda. Aku tahu, aku tahu, Lord Whitlock berpendapat bahwa Anda belum boleh mandi, tapi Beliau tidak mengerti wanita. Anda akan merasa jauh lebih baik setelah mandi, percayalah padaku. Jangan cemas, aku tidak akan membuat jahitan Anda basah, kita akan sangat berhati-hati saat aku mencuci rambut Anda nantinya. Oh, dan tentu saja Anda akan membutuhkan pakaian, tidak peduli apa pendapat Lord Whitlock tentang ini, aku akan membawakan Anda pakaian yang nyaman dan hangat untuk Anda, oke?"

Lalu wanita itu meninggalkan kamar, masih bergumam pada dirinya sendiri. Sungguh, Florence tidak pernah bertemu dengan seseorang yang berbicara sebanyak wanita itu. Tapi setelah itu, Florence kembali fokus pada makanan yang ada di hadapannya. Bukan hanya sup kaldu, ia juga mendapatkan roti hangat dan bahkan buah-buahan. Ia kembali memakan makanannya dengan lahap dan saat Martha kembali, Florence sudah menghabiskan makanan di nampannya tersebut.

"Sudah kutahu, Anda akan menyukainya. Kepala juru masak akan senang sekali melihat ini. Ayo, aku sudah menyiapkan bak air mandi hangat di depan perapian di dalam kamar Lord Whitlock, jadi lebih baik kita cepat mandi sebelum airnya menjadi dingin. Setelah itu aku akan membantu mengeringkan rambut Anda, jadi Anda bisa pergi tidur dengan rambut kering dan bersih, jadi Anda tidak akan sakit nantinya."

Florence menyingkirkan selimutnya dan mencoba menggerakkan kakinya. Ia tidak sadar bahwa seluruh tubuhnya terasa begitu sakit. Saat ia mencoba berdiri, ia kembali terjatuh ke atas ranjang. Martha langsung bergerak mendekatinya.

"Oh, you poor dear, biarkan aku membantu Anda, nice and slow, alright? Bersandarlah padaku, aku akan membantu Anda. Setelah berendam, Anda pasti akan merasa lebih baik. Aku meletakkan beberapa tetes minyak peppermint ke dalam air hangat, akan sangat membantu."

Saat ia masuk ke dalam bak mandi itu dengan bantuan Martha, Florence nyaris mendesah nikmat. Wanita itu benar, ia bahkan sudah merasa lebih baik. Ia bersandar pada dinding bak dan membiarkan air panas memijat otot-ototnya yang sakit. Dan saat pelayan itu mencuci rambutnya, Florence nyaris jatuh tertidur. Aroma minyak dan air hangat serta pijatan Martha pada kepalanya dengan segera membuat Florence terlelap.

Sold to The Devil - a dark romanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang