Mature Scene 21+
Happy reading, semoga suka.
Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
Luv,
Carmen
__________________________________________________________________________
Florence bangun keesokan paginya, merasa jauh lebih baik setelah tidur panjang. Ia bahkan sudah bisa bangun dan menggunakan pispot sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebelum Martha datang, ia sudah mengecek dirinya sendiri. Ia meraba jahitan di dahinya, bekas itu sudah mulai terasa gatal, pertanda baik. Lebam di lengan dan kakinya juga membaik dan tidak lagi terasa sakit saat disentuh.
Puas dengan pemulihannya, Florence berjanji pada dirinya sendiri bahwa ke depannya ia akan menghindari melakukan hal-hal yang bisa memancing amarah dan membuatnya terluka. Bukan saja sang bangsawan, pria yang kemarin memeganginya dengan kasar di perpustakaan juga harus dihindari. Ternyata tidak di sini, tidak di rumahnya sendiri, Florence harus menjaga sikap dan tidak boleh memancing emosi orang lain, karena jika tidak, ia sendiri yang akan terluka dan celaka. Florence mendesah pelan. Tapi setidaknya di kastil ini, ia hanya memiliki satu tugas spesifik. Lord Whitlock sepertinya hanya tertarik pada tubuh Florence dan selama ia tidak melawan, pria itu tidak akan mencelakainya. Apa gunanya juga melawan pria itu? Ia sudah tidak perawan lagi, tidak ada lagi yang perlu Florence lindungi. Lebih baik ia melakukan yang terbaik untuk bisa terus bertahan hidup, persis seperti yang selama ini telah dilakukannya.
Keesokan harinya, ia merasa jauh lebih baik lagi. Kali ini Martha kembali menyediakan air panas di dalam kamar pria itu. Dan seperti kemarin juga, ia hanya mandi berendam setiap kali pria itu turun ke ruang perpustakaan. Dan rutinitas itu berlangsung selama beberapa hari. Walaupun Florence menikmati kemewahan mandi berendam, tapi ia selalu khawatir kalau pria itu akan muncul sewaktu-waktu.
Tapi pagi ini sedikit berbeda. Lord Whitlock telah berangkat ke kota sebelah dan baru akan kembali dua hari lagi. Dan kemarin jahitannya juga sudah dilepas sehingga Florence bisa lebih bebas mencuci rambut dan juga tubuhnya.
Florence senang karena hari ini Martha membiarkannya mandi sendirian. Dan itu memberinya kesempatan untuk bereksplorasi dengan tubuhnya sendiri. Entah kenapa, ia merasa penasaran dengan perasaan yang dibangkitkan oleh Lord Whitlock hari itu. Oh ya, ia memang sempat merasa malu tapi kemudian rasa penasarannya menjadi lebih besar. Ia ingin mencari tahu, mengenali tubuhnya sendiri dan ketika berendam di bak besar ini, ia tiba-tiba merasa perlu untuk menjelajahi tubuhnya dan menyentuh kembali tempat-tempat yang disentuh oleh pria itu.
Florence memulai dari dadanya. Dengan jari-jarinya, ia mengusap lalu meremas kedua dadanya. Kemudian ia juga menyentuh kedua puncak dadanya. Kedua pucuk itu memang mengeras tapi ia tidak merasakan sensasi menonjok seperti ketika jari-jari pria itu menyentuhnya. Tapi ia ingat kalau pria itu tidak hanya sekadar menyentuhnya, tapi juga menjilatinya. Namun mustahil bagi Florence untuk melakukan itu, bukan?
Tapi pria itu mencubit puncaknya!
Jadi Florence mencobanya. Ya, memang ada sensasi kejut yang menyenangkan. Ia bisa merasakannya mengalir di dalam dirinya, tidak saja di dadanya, tapi sampai ke perut bawahnya. Ia lalu mencoba cara lain. Florence meraih kedua puncaknya, memutarnya pelan dan menariknya dan kembali merasakan sensasi gelitik itu memenuhi dirinya. Ia mulai menyukai perasaan itu, bagaimana perasaan yang ditimbulkan di dalam dirinya ketika ia bermain-main dengan tubuhnya sendiri. Walaupun rasanya sedikit berbeda daripada ketika pria itu menyentuhnya, namun juga tidak buruk sama sekali.
Pelan-pelan, jari Florence bergerak ke bawah perutnya. Ia mulai menyentuh dirinya sendiri di bawah sana, rasanya menggelitik, lebih dari menggelitik, membuat tubuhnya bergelenyar. Ia merasa malu ketika memikirkan apa yang tengah dilakukannya, tapi sesuatu telah bangkit di dalam dirinya, perasaan yang membuat tubuhnya terasa begitu ketat dan tegang dan kini menuntut untuk dipuaskan. Dan hanya dengan menyentuh dirinya di bawah sana, ia merasa lebih baik dan lega.
Ia terus bereksploari dan walaupun ia tidak benar-benar tahu apa yang harus dilakukannya, tapi kebutuhannya mengambilalih. Tubuhnya rupanya cukup tahu. Nalurinya bergerak. Tak lama, tubuh Florence mengejang, sesuatu terasa meledak di dalam dirinya dan ia mengerang. Kepala Florence tersentak ke belakang ketika perasaan nikmat itu memeluknya kencang dan tubuhnya bergetar oleh pelepasan yang sangat menyenangkan. Mata Florence terpejam dan paha-pahanya merapat saat pelan-pelan tubuhnya kembali pulih dan tenang.
Ia mungkin duduk di dalam bak itu selama beberapa saat, sebelum air bak itu berubah dingin dan ia tersadar. Florence bergerak bangkit menegakkan diri dan menatap sekeliling. Sial! Air mandinya sudah tumpah keluar. Ia menatap dirinya sendiri, kulitnya terlihat merona malu dan kedua puncak payudaranya menegang dan napasnya terdengar kasar. Florence mendesah hebat dan kembali menyandarkan dirinya ke dinding bak untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia hanya butuh sesaat. Setelah itu, ia akan membereskan kekacauan yang ditimbulkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sold to The Devil - a dark romance
Romance"Baiklah, aku mengerti, George. Dan aku bersimpati padamu, tapi bagaimanapun, hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja." Archibald melihat pria itu berdiri dan siap kembali memohon, merendah, menjilat, apapun itu demi mengubah pikiran Archibald, jad...