Happy reading, semoga suka.
Yang mau baca duluan, bisa ke Karyakarsa, bab 34 - 36 sudah update ya.
Luv,Carmen
_____________________________________________________________________________
Florence sedang bermimpi, ia pasti sedang bermimpi, karena semua ini tidaklah masuk akal. Ada kegelapan tebal yang menyelimutinya, suara-suara mengerikan dari kegelapan itu yang terus berteriak padanya sementara ia mencoba bertahan, menepis rasa takutnya dan berusaha mencari tempat perlindungan, berusaha meraih sesuatu agar tidak terseret jatuh ke dalam kegelapan di bawahnya tapi tidak ada satupun yang bisa diraihnya. Florence merasa dirinya ditarik perlahan ke bawah, jatuh ke lubang tak berdasar itu diiringi oleh jeritan ketakutannya.
Rasanya ia seperti jatuh selamanya sebelum ia kemudian berhenti, entah mendarat di suatu tempat di dasar gelap tersebut. Florence nyaris buta, tak mampu menatap menembus kegelapan tebal itu. Lalu suara itu kembali, berteriak padanya, menggeram, memanggil, membuat Florence lalu mulai berlari, menjauh dari suara itu, ia harus pergi, lari, mencari tempat perlidungan, apa saja. Ia merasakan dorongan untuk menoleh dan Florence menoleh ke belakang dan melihat awan tebal gelap yang sedang mengejarnya. Awan itu seolah sedang meregangkan lengan-lengannya, menjulurkan tangannya, mencoba untuk meraih Florence dan ia kembali menjerit kencang sebelum terus berlari. Tapi anehnya, tidak peduli seberapa kencang ia berlari, ia seolah masih terpaku di tempat, tak bergerak seincipun, padahal jantungnya sudah memukul keras dan kakinya yang lelah seolah berubah menjadi jeli.
Apa? Apa yang sedang terjadi padanya?
Tangan-tangan gelap mengerikan itu akan segera mencapainya, Florence terus menggerakkan kakinya sekuat tenaga, jantungnya berdentam sangat keras dan napasnya tersengal begitu hebat tapi ia tahu kalau ia tidak akan bisa lari. Sudah terlambat. Ia menjerit ketakutan ketika lengan-lengan itu mencengkeram lengannya dan menyentaknya. Cengkeraman itu kuat, ia tahu ia tidak akan bisa lepas, napas Florence semakin tersengal dan ia menjerit kembali saat merasakan tubuhnya diangkat.
Mata Florence terbuka dan ia terbangun dari tidurnya hanya untuk menemukan bahwa ia berada dalam pelukan sang bangsawan pemilik kastil ini. Pria itu sedang menggendongnya dan sedang berjalan kembali menuju ranjang. Florence begitu ketakutan sehingga tidak berani bergerak. Apa? Apa yang terjadi? Mengapa ia berada dalam pelukan pria itu? Ia menatap sekeliling, merasa bahwa seseorang tadi sedang menjerit. Siapa? Tapi kemudian Florence sadar bahwa suara itu berasal dari dirinya. Ya, ia bermimpi. Semua kenangan itu membanjirinya dalam satu sapuan gelombang. Pertemuan mereka, bagaimana pria itu memaksanya, rasa sakit di kepalanya... oh, rasa sakit di kepalanya adalah yang terburuk. Semua perasaan itu telah menyebabkan Florence bermimpi buruk. Jadi apa yang dilakukannya? Ia tadi sangat yakin kalau sebelumnya ia berbaring di ranjang, ketika pria itu membersihkan dan menjahit lukanya. Mengapa ia sekarang berada di seberang kamar? Apakah ia tadi mencoba kabur? Apakah ia benar-benar berlari dalam tidurnya? Florence tidak berani lagi menatap pria itu dan tetap tidak berani bergerak, takut jika ia membuat kesalahan lain.
Jika Florence sampai membuat kesalahan lain, pria itu pasti tidak akan segan-segan menghukumnya. Oh Lord, semoga tadi Florence tidak menendang pria itu ketika ia sedang bermimpi. Jika pria itu memaksa memasukinya lagi, Florence pasti akan mati. Tapi jika pria itu tidak datang ke sini untuk memaksanya lagi, mengapa bangsawan ini bahkan ada di kamarnya?
Pelan, ia mencoba mencuri pandang ke arah pria itu dan buru-buru memejamkan matanya saat pria itu menatapnya. Jantung Florence berdebar hebat, apa pria itu marah padanya, atau akan mencelakainya lagi? Apa dia datang untuk menghukumnya? Tubuh Florence menegang saat ia merasakan pria itu menurunkannya ke ranjang. Pria itu akan melakukannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sold to The Devil - a dark romance
Romance"Baiklah, aku mengerti, George. Dan aku bersimpati padamu, tapi bagaimanapun, hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja." Archibald melihat pria itu berdiri dan siap kembali memohon, merendah, menjilat, apapun itu demi mengubah pikiran Archibald, jad...