Bab 19

712 152 6
                                    

Happy reading, semoga suka.

Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.

Yang mau baca cerita baru saya di Karyakarsa dan Playstore, silakan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang mau baca cerita baru saya di Karyakarsa dan Playstore, silakan ya. Love The Way You Lie langsung tamat ya, adult romance.

 Love The Way You Lie langsung tamat ya, adult romance

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_____________________________________________________________________________

Florence bangun keesokan harinya dengan perasaan yang lebih ringan dan senang dan ia tidak perlu mengkhawatirkan keberadaan Lord Whitlock. Masih ada lebih dari setengah hari sebelum pria itu kembali dan itu artinya ia bisa mendapatkan sedikit kebebasan sebelum pria itu pulang. Mengejutkan ketika ia sadar bahwa ia menyukai tempat ini daripada harus tinggal bersama dengan keluarga mengerikan itu di rumahnya sendiri. Selain pria itu dan pelayan bertubuh besar tersebut, menurut Florence, orang-orang di kastil ini tidaklah buruk. Mereka memperlakukannya dengan cukup baik, terutama Martha.

Boleh dibilang kalau ia cukup senang. Terutama kemarin, ketika Martha membiarkannya berjalan-jalan di taman dan tempat itu ternyata benar-benar indah. Ada danau kecil di taman itu yang membuat Florence tidak bosan duduk dan menatapnya. Ia bahkan diizinkan masuk ke dalam perpustakaan, di mana ia menemukan banyak sekali buku-buku menarik dan bahkan Martha membiarkannya membawa beberapa buku itu ke taman bersamanya. Bukan saja berjalan, duduk dan membaca di sana, Florence bahkan berbaring dan menatap matahari di atasnya, membiarkan sinar itu menghangatkan kulitnya dan untuk pertama kali setelah ayahnya tiada, ia jatuh dalam tidur lelap yang damai. Jadi pagi ini, ia tidak sabar lagi untuk mendatangi tempat tersebut.

Tapi saat ia bangun dan berganti pakaian lalu turun untuk sarapan, Martha memberinya kabar yang membuat Florence sedikit kecewa. Rupanya Lord Whitlock sudah pulang tengah malam tadi. Tapi Martha memberitahu Florence bahwa pria itu masih tidur dan ia tetap diizinkan untuk berjalan-jalan di taman. Hal itu membuatnya sedikit lega, tahu bahwa pria itu tidak memberi perintah untuk terus mengurung dan menguncinya di dalam kamar tak berjendela itu. Setelah terburu-buru menyelesaikan sarapan, Florence bergegas menuju taman. Jika ia beruntung dan pria itu membiarkannya, Florence mungkin tidak perlu berurusan dengan bangsawan itu hingga malam menjelang. Well, Florence tidak akan menghindar, ia tahu ia tidak akan bisa menghindar dan ia akan harus melakukan apapun yang diinginkan oleh pria itu dan Florence berharap ia cukup kuat untuk melewati semua itu – namun setiap kali pria itu tidak membutuhkannya, tentu saja Florence boleh menikmati waktunya sendiri, bukan?

Sementara itu, Archibald bangun kesiangan. Matahari sudah tegak ketika ia terbangun dan jam sarapan sudah lewat jauh. Tapi ia sudah lama sekali tidak tidur senyenyak ini, jadi tidak masalah buatnya. Archibald meregangkan tubuh sejenak sebelum bangkit dan bangun. Dan yang membuatnya semakin bersemangat adalah bahwa hari ini ia tidak perlu lagi harus memuaskan dirinya sendiri. Hari ini ia bisa dengan bebas memanggil Florence dan menyuruh gadis itu memuaskan dirinya.

Sial! Bagaimana mungkin ia langsung mengeras hebat hanya karena pemikiran itu? Lagipula ini masih terlalu pagi. Dan kali ini, Archibald ingin gadis itu naik ke tempat tidurnya dengan sukarela, tanpa paksaan, tanpa perlawanan, bukan karena dia takut atau merasa terintimidasi. Hari ini, ia harus melakukan sesuatu untuk meluluhkan rasa takut gadis itu padanya.

Setelah mencuci muka dan berpakaian, Archibald lalu menyempatkan diri untuk mengintip ke dalam kamar gadis itu. Tapi saat menemukan kamar gadis itu kosong, ia termenung sesaat. Mungkin Florence masih sarapan di dapur, jadi ia turun.

Saat bertemu dengan Martha di ruang makan, ia langsung menanyakan hal pertama yang melintas di dalam benaknya. "Di mana Florence? Dia tidak ada di kamarnya."

Martha meletakkan sarapan Archibald di hadapannya sambil menjawab ceria. "Oh, dia ada di sekitar sini, My Lord. Dia rutin mendatangi taman kastil dan menghabiskan sebagian besar waktunya di sana selama Anda tidak berada di sini."

Archibald mengerutkan keningnya tidak suka. "Kau membiarkannya berkeliaran? Good Lord, Woman, bagaimana kalau dia kabur? Apa kau tahu kerugianku?"

Martha berdecak tidak suka saat mendengar nada yang digunakan oleh Archibald. "Tentu saja dia tidak akan kabur, My Lord. Aku juga tidak mungkin membiarkannya terkurung di dalam kamar pengap itu sepanjang hari, jadi aku mengizinkannya berkeliling. Tolong jangan berbicara tentang uang dan kerugian Anda seperti itu padaku, aku merasa malu pada Anda, My Lord. Dia bukanlah properti Anda, Florence gadis yang baik dan manis, berhentilah bersikap semena-mena padanya."

Setelah berbicara seperti itu, dengan entengnya Martha berjalan keluar meninggalkan Archibald tanpa mengucapkan satu pun kata permisi.

Dasar wanita yang suka ikut campur!

Tapi tentu saja ia tidak marah pada wanita itu. Jika Martha adalah pelayan lain, ia mungkin sudah menghukum pelayan itu sebelum mendepaknya keluar dari kastil. Tapi Martha bukanlah pelayan biasa. Ia menyayangi wanita itu dan wanita itulah satu-satunya yang tersisa dari apa yang bisa ia sebut sebagai keluarga. Martha sudah ada bersamanya sejak ia masih kecil dan ia tahu kalau pelayan itu juga menyayanginya. Mendesah pelan, ia memulai sarapannya. Setelah itu, Archibald akan pergi ke taman untuk menyusul Florence. Dan mungkin di sana, ia bisa mendapatkan kesempatan untuk mengobrol dengan gadis itu tanpa membuatnya merasa terintimidasi.


Sold to The Devil - a dark romanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang