Happy reading, semoga suka.
Yang mau baca cepat, bab 21-23 sudah update di Karyakarsa ya. Bab2 tersebut mengandung adegan dewasa, yang mau baca malam intim mereka berdua, ke KK saja ya.
Luv,Carmen
____________________________________________________________________________
Pagi berikutnya, Ophelia mengejutkan Florence dengan memberikan Florence salah satu gaun terbaiknya untuk ia kenakan. Lalu ayah gadis itu memberitahu Florence bahwa dia harus pergi bersamanya untuk mengurus sesuatu hal. Florence ikut tanpa bertanya dan mereka berdua tiba di sebuah kastil besar pagi-pagi sekali.
Sementara itu, Archibald terkejut ketika melihat bahwa George ada di halaman kastilnya dan pria itu mengantar putrinya sendiri pada Archibald? Dari jendela, ia menatap mereka keluar dari kereta kuda dan berjalan menaiki tangga. Tak lama, keduanya sudah diantar ke ruang perpustakannya.
"Aku terkejut melihatmu di sini, George. Kupikir kau hanya akan mengantarnya dan kembali pulang."
George menyeringai gugup padanya dan menunduk dalam. "Tidak, My Lord. Aku sudah memikirkan tentang apa yang kau katakan kemarin dan aku sadar bahwa aku terlalu memanjakannya. Dia tumbuh menjadi gadis manja dan suka berbohong, jadi aku tidak percaya untuk membiarkannya datang sendiri. Jadi aku memutuskan untuk mengantarnya langsung padamu, sebagai bentuk kesetiaan dan pertanggungjawabanku, sesuai janji kita, My Lord."
Archibald mendengus sangat pelan. Ia lalu berdiri dan berjalan mendekati gadis itu kemudian menyentak lengannya. Refleks, gadis itu menyentak balik dan buru-buru melangkah mundur menjauhinya. "Apa... apa maksud semua ini? Apa yang terjadi di sini?"
Alis sempurna Archibald terangkat dan ia menatap George. "Aku yakin kau sudah menjelaskan semuanya padanya dan alasan mengapa dia berada di sini?"
"My Lord, tentu saja aku sudah menjelaskan semuanya termasuk alasan dia berada di sini, dia hanya sedang berpura-pura bodoh. Pada awalnya, dia setuju untuk datang ke sini, berpikir bahwa mungkin dia bisa membujuk Anda. Tapi ketika aku berkata bahwa itu tidak mungkin, dia mulai menangis sepanjang malam dan berteriak serta memakiku dan tadi dalam perjalanan, dia mulai menolak sehingga aku kehilangan kesabaran. Aku akhirnya sadar bahwa apa yang Anda katakan memang benar dan aku memang sudah gagal mendidiknya. Karena itulah aku memutuskan untuk membawana ke sini, agar Anda bisa membantuku mendidiknya."
Lalu pria itu membungkuk rendah lagi padanya.
Archibald ragu akan alasan yang diberikan pria itu tapi ia yakin bahwa George memutuskan untuk membawa putrinya ke sini karena pria itu tidak bersedia menghabiskan bahkan satu malam sekalipun di penjara. Bukannya Archibald keberatan, ia sama sekali tidak keberatan dengan pengaturan ini. Sekali lagi ia merenggut lengan Florence dan kali ini menolak untuk melepaskan gadis itu. Ia lalu menoleh pada George. "Aku sudah memeriksa pembukuan dan menghitung semua kerugian yang hilang akibat perbuatanmu. Dia akan terpaksa tinggal di sini selama enam tahun dan lima bulan. Semua sudah tertera di kertas utang. Saat dia bebas dan memiliki kebebasan untuk membuat pilihan, aku tidak yakin akan ada yang bersedia menikahinya, tapi jika dia bersedia, dia boleh bekerja padaku. Aku juga tidak perlu menjabarkan bagaimana aku akan menghukumnya, dia akan berada di dalam kontrolku, hanya aku yang berhak membuat keputusan untuknya dan kau tidak diperbolehkan ikut campur. Jika sampai dia hamil, aku tidak akan mengakui anak itu. Aku hanya berjanji tidak akan mencelakainya atau membunuhnya, tapi selain dari itu, aku memiliki hak sepenuhnya atas dirinya. Kau memahami semua syaratku?"
Pria itu bergeming lalu menundukkan kepalanya kembali pada Archibald dan mengatakan bahwa dia mengerti semua syaratnya.
"Bagus, kalau begitu kau perlu menandatangi dokumen ini, semua sudah tertera di dalam." Ia kembali menyeret gadis itu bersamanya ke meja dan menunjuk dokumen yang harus ditandangani oleh ayah gadis itu.
Setelah George menandatangi dokumen tersebut, pria itu langsung meninggalkan kantor tanpa sekalipun menatap putrinya lagi apalagi mengucapkan salam perpisahan. Tapi untuk pria penipu seperti George, Archibald tidak benar-benar heran.
Pada saat itu, Florence telah berhenti memberontak dan hanya berdiri di samping pria itu sambil menatap pintu yang telah tertutup. Ia yakin ada kesalahpahaman di sini. Apa yang sudah dilakukan walinya itu? Kelihatannya seperti pria itu telah menjualnya pada bangsawan ini. Tapi itu tidak mungkin, bukan? Ia tahu pria itu memang berengsek dan penipu, tapi apa mungkin dia bisa sampai sekejam dan serendah itu itu? Bagaimanapun, ia juga bukan sembarang gadis. Ayahnya masih berdarah biru. Ia kembali menatap bangsawan tadi, berharap ada kesalahanpahaman di sini. Tapi pria itu meraihnya cepat, mencengkeram kedua lengan Florence dan memaksanya agar menghadap pria itu sepenuhnya.
"Jangan berpura-pura tolol lagi. Ayahmu sudah memberitahu semuanya di hadapanmu dan aku tidak akan tertipu oleh gadis manja sepertimu. Aku tidak punya waktu untuk bermain-main. Kau akan segera sadar bahwa kau memiliki pilihan, yaitu pengalaman nikmat yang tidak akan pernah kau bayangkan atau kau juga bisa memilih untuk mendapatkan pengalaman yang sangat tidak menyenangkan, semua terserah padamu. Sekarang katakan padaku, siapa namamu?" Pria itu lalu melepaskan lengannya dan duduk kembali di kursinya, sambil menatap wajah Florence, menunggu.
Florence hanya berdiri di sana, terlalu bingung untuk merespon. Benaknya belum benar-benar memproses apa yang sedang terjadi. Pria itu juga sepertinya sedang tidak bercanda. Tapi ia memiliki perasaan bahwa apapun yang sedang terjadi, itu tidak akan baik untuknya.
Archibald menjadi semakin tidak sabar saat ia menatap gadis itu. Waktu gadis itu pertama kali masuk, dia terlihat begitu cantik sehingga Archibald bahkan mempertimbangkan keberuntungannya. Tapi jika gadis itu terus berpura-pura tolol dan menyulitkannya, Archibald tidak akan senang. Karena gadis itu masih membisu dan tidak merespon, dia mendesah dan kemudian berdiri. Saat ia mendekat, gadis itu kembali mundur terburu. Archibald lalu menjulurkan lengannya dan menangkap lengan gadis itu dan suaranya kini dipenuhi oleh nada tidak sabar. "Aku tidak akan mengulangi lagi pertanyaanku. Kau harus belajar untuk patuh dan menjawab semua yang kutanyakan. Aku bukan pria yang sabar dan aku tidak akan menyabarkan diri untukmu, percayalah. Sekarang katakan, siapa namamu!"
"Flo... Florence."
Sambil menyebutkan namanya, benak Florence berputar, memikirkan tentang pilihan yang dimilikinya. Seperti apapun ia bercerita, pria ini sepertinya tidak akan percaya dan hanya akan menjadi semakin marah. Mungkin jika ia memutuskan untuk patuh dan mendengarkan pria itu, ia bisa mencari kesempatan, sesuatu yang bisa menguntungkan dirinya. Mungkin lebih baik ia di sini daripada di rumahnya yang kini berubah seperti neraka. Tempat ini tidak mungkin lebih buruk dari rumahnya sendiri, bukan? Berapa lama tadi ia harus tinggal di sini? Ia terkejut ketika mendengar pria itu berteriak dan seseorang memasuki kamar.
"My... My Lord?" Apakah pria itu tadi mengatakan sesuatu padanya. Ia yakin pria itu mengatakan sesuatu, tapi ia terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga tidak fokus mendengarkan. "Apa... Apa Anda tadi mengatakan sesuatu?"
Pria itu menoleh padanya dan mengulang. "Aku bilang, aku ingin memeriksa propertiku. Sekarang, mulailah dengan melepaskan pakaianmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sold to The Devil - a dark romance
Romance"Baiklah, aku mengerti, George. Dan aku bersimpati padamu, tapi bagaimanapun, hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja." Archibald melihat pria itu berdiri dan siap kembali memohon, merendah, menjilat, apapun itu demi mengubah pikiran Archibald, jad...